Kini
di warkop mau pesan apa saja ada dengan cuman modal kopi segelas langsung bisa
searching, browsing, dan download yang kamu mau berkat wi-fi masuk ke
warkop-warkop. Dulu saat penulis masih seorang bocah ingusan dan kebetulan ayah
penulis doyan banget ngopi. Bisa-bisa sehari tidak ngopi langsung ngga enak
badan dan terasa kurang darah, seperti ada yang kurang.
Penulis langsung dibawa ke warkop buat ngopi, siapa sih yang ngga senang apalagi bisa minum kopi dan makan kue khas Aceh sepuasnya ditemani koran olahraga sambil santai-santai goyangin kaki di atas kursi malas. Warkop dulu yang kesannya ngga ada dinding sehingga angin sepoi-sepoi yang adem di tengah cuaca yang panas terik di luar. #OhNikmatnya
Penulis langsung dibawa ke warkop buat ngopi, siapa sih yang ngga senang apalagi bisa minum kopi dan makan kue khas Aceh sepuasnya ditemani koran olahraga sambil santai-santai goyangin kaki di atas kursi malas. Warkop dulu yang kesannya ngga ada dinding sehingga angin sepoi-sepoi yang adem di tengah cuaca yang panas terik di luar. #OhNikmatnya
Baca juga: Rakyat Aceh Berjiwa Raja
Perkembangan
usaha bisnis warkop cukup pesat dan menjamur terutama di kota kelahiran penulis
sulit dibendung. Dalam satu sisi Kota Banda Aceh yang sangat bergantung akan
kemajuan ekonomi dari sentral jasa dan bisnis. Ini disadari banyaknya nilai
bisnis yang tersaji dari bidang tersebut serta budaya Jiep Kupi (Ngopi) yang berakar oleh masyarakat Banda Aceh khususnya
kaum adam.
Nah,
kini penulis mau mengklarifikasikan perbedaan kontras antara genre warkop dulu
vs sekarang, yaitu:
Warkop Dulu
Warkop
dulu umumnya dipenuhi orang tua yang setia dari pagi, jelang siang, jelang sore
dan setelah isya mejeng di warkop yang sama. Bila dari teman-teman orang tua
yang doyan ngopi ngga nonggol pasti ditanyain oleh komunitas duduk ngopi.
Materi yang dibahas ngga jauh-jauh dari curhatan akan problematika hidup
sehari-hari, mengkritisi pemerintah yang ngga pro terhadap rakyat hingga bini
yang marah-marah melulu akibat kebanyakan nuntun. Nah warkop dulu punya andalan
yang sudah jarang ditemukan di warkop modern yaitu “kursi malas dan koran
berita lokal dan nasional update untuk hari itu”. Di jamin bikin lupa waktu,
karena nilai seni tersendiri membolak-balik koran beda kesannya dengan melihat
berita via gadget.
Warkop dulu punya andalan yang ngga
kalah seru dari TV LCD dan Wi-fi, apakah itu?
Pasti
di meja tersedia catur yang sebenarnya menyita banyak waktu serta menguras
pikiran apalagi bila lawan tandingnya sebanding. Kan laki tanding bila lawannya
sebanding!!! Pengunjung yang datang umumnya langganan setiap hari yang sudah
begitu lama eksis di warkop itu, bila ada pengunjung lain yang datang pasti
jumlahnya jarang dan cuman mampir sebentar bukan untuk tanding catur.
Warkop
Kini
Hampir
semua warkop punya akses wifi ngebut yang buat pelanggan lupa diri, tontonan
keren yang tersedia ngga mengenal waktu semuanya seru dan up to date.
Apakah itu di pagi hari, siang, dan malam hari tersaji melalui TV LCD di setiap
sudut atau melalui layar tancap bila ada pertandingan bola seru yang
ditayangkan baik akhir pekan, tengah pekan hingga highlight pertandingan.
Konsumen
yang datang ngga hanya dari pengunjung setia tapi yang kebetulan lewat, sudah
merasa nyaman serta pelanggan setia harian. Jumlah pengunjung yang heterogen
ini yang buat suasana warkop lebih berwarna. Bisa jadi tempat yang mengadakan
rapat, buat tugas buat anak kuliahan hingga ngecas gadget gratis tanpa dikenai
biaya. Selain itu, dengan berkembangnya warkop berkonsep modern mampu menyerap
tenaga kerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan kini dari karyawan warkop,
tukang parkir, pedagang asongan di dekat lokasi usaha warkop, SPG rokok hingga
peminta sedekah.
Well...!!! Jadi bagusan warkop
bergaya klasik tempo dulu atau bergaya modern kini?
Ini
adalah penilaian relatif dan masing-masing punya konsumen yang butuh suasana
dan kepentingan berbeda.
Muncul pertanyaan saat ini yang mana
siapa banyak menyita waktu, apakah warkop konsep dahulu atau modern?
Sebenarnya
sih jawabannya tergantung, tempat nongkrong apapun kalo udah bawaannya asik dan
nyaman hingga lupa waktu serta lupa pulang ke rumah. Bedanya warkop tempo dulu
ngga buka terlalu larut malam dan saat listrik padam di malam hari langsung
segera tutup. Beda dengan warkop kini yang banyak buka 24 jam dan saat listrik
padam bisa diakali dengan penerangan Genset.
Well....
problem yang terlalu bahaya dari menjamurnya warkop di Aceh khususnya di Banda
Aceh menurut penulis, membuat efisiensi waktu berkurang akibat kebanyakan jiep kupi dan buat kantong jebol.
Kebayang ngga bila paginya ngopi warkop dekat rumah, jelang siang ngopi lagi di
kantin, jelang sore di warkop dan malam juga demikian. Jadi waktu belajar,
kerja, family time, dan kegiatan lain kapan? Masak asik ngopi melulu??
Ngga
salah sih ngopi, selain menghilangkan penat setelah lelah beraktivitas dengan
rehat sejenak dan bertemu dengan teman sejawat. Akan tetapi waktunya bisa
sedikit dikurangi atau mempercepat ngopi. Kasihankan waktu produktif hilang di
warkop dan berlanjut terus-terusan.
Anak-anak
sekolah pun sudah ikut-ikutan ke warkop buat main game sepulang sekolahan
bermodal gadget, pesan minuman, login wi-fi dan internetan sepuasnya.
Dibandingkan harus ke warnet yang harus antri dan biayanya membengkak bila main
kelamaan. Anak-anak tumbuh kembangnya ada baiknya diberi stimulus pentingnya
belajar, bersosialisasi dengan lingkunganya. Bukan nongkrong dengan sebuah
gadget sambil main game tanpa kontrol orang tua hingga lupa waktu setelah
pulang sekolah.
Warkop
jadi tempat penuh akan asap rokok dan jadi tempat ngga ramah buat paru-paru
non-perokok. Pengalaman penulis yang ngga merokok merasakan dampak pulang dari
warkop paru-paru terasa sesak apalagi bila warkop yang penulis kunjungi
memiliki sirkulasi udaranya buruk. Pilihan terbaik ialah duduk di teras depan
warkop sehingga sedikit terhindar dari menghirup asap rokok yang terbawa angin.
Larangan
merokok di tempat umum salah satunya seperti di warkop sulit digubris oleh para
pengunjung yang perokok. Kebayang ngga karena ada satu pengunjung yang merokok
terus asapnya berputar-putar di warkop akibat sirkulasi yang buruk dan semua
yang lagi ngopi pun menghirup asap rokok.
Petisi ngga merokok di ruang publik salah satunya kebijakan palingsulit diterapkan
mengingat tinggi angka perokok kini dan rendahnya kesadaran.
Andai
pemilik usaha warkop mau membatasi atau menyediakan ruangan khusus yang
diperuntukkan buat pengunjung perokok. Anggapan orang awam bahwa ngopi sambil
ngerokok itu jleb banget adalah salah besar. Andai waktu yang terbuang cukup
banyak karena intensitas ngopi serta merokok dilakukan bersamaan, berarti kita
rugi dua kali. Bener ngga?
Mengurangi
ngopi dan nongkrong penulis rasa tidak menghilangkan budaya ngopi masyarakat
Aceh yang telah mengakar kuat. Apalagi bila membatasi merokok di warkop untuk
kebaikan pelanggan lainya. Ngopi jadi nikmat dan ngga ada lagi yang pulang
warkop dadanya sesak serta banyak waktu lain bisa dimanfaatkan bukan cuman
goyang-goyang kaki warkop untuk hal lebih berguna.
0 komentar:
Post a Comment