Membaca kata-kata
di atas sedikit menampar dan membuat panas-dingin diri penulis. Sering banget
kita perhatikan, mau minta jodoh yang serba baik akhlaknya, berparas
tampan/cantik, menarik dan rezekinya berkecukupan lagi halal. Tanpa disadari yang minta doa sedikit lupa
intropeksi diri dan memantaskan diri apakah dirinya layak ataukah tidak.
Ibaratnya seperti si cebol merindukan bulan, mau ke sana jauh dan ngga ada
usaha nyata alias mimpi semata.
Maunya yang baik
akhlaknya tapi akhlak sendiri buat orang mengerit dahi, sinis mata dan
menghindar dari kamu. Mau yang berparas menarik tapi wajahmu kurang mumpuni,
walaupun wajah bisa disamarkan dengan karyamu yang membuat dirinya takjub, status sosial, pendidikan, ekonomi dan agama
punya peranan memuluskan dirimu bisa setara dengannya. Well... memang cinta itu
tidak bisa hanya saling menyempurnakan satu insan dengan insan yang lain, tapi
saling bekerja sama mencapai tujuan hidup keduanya dalam lingkar tali
pernikahan.
Hmmm... bagaimana caranya agar semuanya bisa terjalin?
Caranya dengan
memantaskan diri, banyak yang sedikit bingung dan kurang paham apa sebenarnya
dari memantaskan diri. Ini adalah cara terbaik membuat dirimu lebih baik,
setara dengan orang yang kamu idam-idamkan selama ini. Bagaimana bidadari mau
singgah coba, apabila tempat yang kamu sediakan “gubuk reot nan kumuh” bukan
surga yang bikin dirinya betah berlama-lama dan buat dia tersenyum bahagia.
Klise perumpamaan
di atas gambaran harus adanya kesetaraan antara iman dan hati. Segi pendidikan, kekayaan, dan status akan kalah
dengan dua makna penting tadi. Namun
faktor-faktor itu ngga selamanya buat kamu nyaman setelah pantas dengan si
“dia”. Kadang faktor pendidikan, kekayaan, dan status semata yang setara malah pantas diri belum cukup, karena semua bermuara pada hati masing-masing.
Nah.... dengan intropeksi
diri dan memantaskan diri ke arah lebih baik, jodoh yang akan datang dengan
sendirinya. Ngga perlu kejar sana, kejar sini. pamer sana-sini untuk bisa
dilirik serta digubris. Cukup perbaiki diri bukan mengobral diri dengan nilai
dan norma yang salah serta memaksa.
Walaupun butuh proses lanjut dan waktu yang lama, ngga ada salahnya sembari menunggu ada baiknya memperbaiki diri. Memperbaiki diri ke arah lebih baik bukan sebaliknya dan ingatlah saat kamu sedang memperbaiki diri, orang yang kamu idam-idamkan pula melakukan hal yang sama. Ngga mungkin seorang yang bercermin lupa atau tidak mengenali rupanya saat bercermin.
Walaupun butuh proses lanjut dan waktu yang lama, ngga ada salahnya sembari menunggu ada baiknya memperbaiki diri. Memperbaiki diri ke arah lebih baik bukan sebaliknya dan ingatlah saat kamu sedang memperbaiki diri, orang yang kamu idam-idamkan pula melakukan hal yang sama. Ngga mungkin seorang yang bercermin lupa atau tidak mengenali rupanya saat bercermin.
Menganggap segala
kekurangannya juga kekuranganmu, karena melengkapi itu lebih baik dibandingkan
merasa diri paling sempurna satu sama lain. Hidup itu ibarat puzzle yang masih teracak
susunannya dan kini saatnya bersama-sama saling menyusun bersama-sama untuk
menyiapakan serta tau gambar apa yang ada dari puzzle tadi, kamu dan pasanganmu
ibarat dua sisi mata uang yang berbeda tapi saling melengkapi satu sama lain.
Coba saja cinta itu lahir dari hal sama-sama misalnya karena kesamaan profesi,
hobi, dan status. Maka ngga bakal ada perbedaan, dan Allah Maha Adil dengan
segala perbedaan buat dua insan manusia saling menghargai dan mengasihi bukan
saling saling tangkap siapa yang hebat dan punya ego yang paling tinggi.
Mencari yang
sempurna itu tidak ada, seakan-akan membuat dirimu tersiksa dan tertekan akibat
tidak pernah menemukan apa yang kamu cari. Ngga selamanya berbagai kesamaan
menjamin kemulusan hubunganmu cukup saja
memantaskan diri. Kadang segala kriteria yang kamu patok selama ini untuk
jodohmu akan kalah dengan rasa jatuh cinta dan kasih sayang tak terduga.
Hal-hal yang rasional akan kalah dengan rasa ngga rasional yang semua itu
bermuara dari hati, bukan dari logika. Matematika itu punya nilai pasti tapi
akan kalah dengan rasa intuisi dua insan.
Orang yang punya
seabrek jam terbang di dunia perpacaran ngga menjamin bisa dapat jodoh cepat
akan tetapi mereka akan kalah dengan orang yang memantaskan diri walaupun tanpa
jam terbang dan hanya bermodalkan pengenalan karakter semata. Fokus ke diri
sendiri (me time) itu lebih penting
dari terlalu fokus dengan orang lain dengan kata lain membanding-bandingkan
dengan orang lain. Di satu sisi membandingkan diri dengan orang lain perlu agar
kita semakin motivasi lebih baik tapi bila hal yang kita banding-bandingkan
tidak kesampaian atau punya target terlalu tinggi bisa menambah stres.
Percaya kepada kemampuan sendiri serta melihat orang lain sebagai motivasi bukan sebagai kompetisi yang bikin iri. Itulah kunci!!
Cara terbaik yakni
dengan meningkat kualitas diri secara bertahap, bila dulunya salatnya jarang
berjamaah sekarangnya jadi berjamaah, bila dulunya pakaian dan jilbabnya masih
nanggung sekarang sudah menutupi serta lebih islami. Bla dulunya ngajinya
ibarat kambing jalan di atas bebatuan, kini ngajinya ibarat jalan padang rumput. Perubahan sedikit namun lama-kelamaan jadi berarti, daripada
perubahan signifikan hanya karena ada moment sesuatu akan tetapi setelah moment
itu berlalu malah kembali seperti sedia akal.
Berdoa berharap
yang terbaik, karena ngga ada istilah jodoh yang ketukar paling sementara masih
beluum keliatan aja. Karena yang ketukar hanya cuman terjadi di dunia sinetron
yang ngejar rating semata. Makanya modalnya cukup sabar. Bila juga ngga kunjung
datang datang sedangkan kamu sudah begitu ngotot agar dia datang malah yang
kamu temui malah bukan orang yang tepat di waktu ngga tepat. Yang butuhkan kini
yakni orang yang tepat di waktu yang tepat dan cepat atau lambat itu masalah
waktu seberapa baik kamu memantaskan diri dan orang yang memantaskan dirinya
untukmu kelak.
Cinta itu bukan
rumus matematika dan juga spesifikasi ibarat produk, bila diibaratkan seperti
itu banyak orang yang jago matematika dan pintar dalam membandingkan antara
spesifikasi satu dengan yang lain. Ia akan menang banyak dan gampang banget
dapat jodoh yang dia inginkan. Nyatanya hal seperti ngga ada. Cinta ngga hanya
mencari yang terbaik untuk yang merasa diri yang terbaik, tetapi bisa saja
cinta melengkapi diri yang sangat baik untuk pribadi yang masih jauh dari kata baik.
Apakah dengan tidak memantaskan diri,
akankah jodoh datang?
Jodoh sudah diatur
oleh Allah SWT, tapi bila segala perjuanganmu tidak sekuat dan setangguh
mendapatkan pujaan hati, malah kamu dapat yang tidak sesuai dan bikin menyesal
serta sakit hati. Dan jodoh itu gampang, cuma diri kita saja yang menganggap
sulit misalnya dengan galau dengan orang yang salah, mikirin orang yang ngga
mikirin balik dan nganggap diri ngga laku karena tampang kurang meyakinkan dan
duit pas-pasan. Nah saat diri kita kurang bisa jadi waktu yang baik buat memantaskan
diri bukan pesimis diri dari segala kekurangan. Malah kekurangan membuat kita
tau segala yang kurang bila dimanfaatkan malah bernilai lebih.
Memang dunia ini dipenuhi segala sesuatu yang kita
inginkan tapi yang kita inginkan tidak tertarik dengan kita. Sebuah paradoks
nyata dan kompleks. Seperti itu pula bila kita benar-benar memantaskan diri
sebaik mungkin, apa yang kita sukai malah mempertimbangkan diri kita untuk yang
terbaik buat dirinya. Paradoks apa yang kita sukai namun tidak menyukai kita
bisa sedikit tertolong dari rasa pantas diri dan mempersiapkan diri lebih baik.
Semoga tulisan ini memberikan pencerahan dan Have a Nice Days.
Semoga tulisan ini memberikan pencerahan dan Have a Nice Days.
Semangat terus yaa untuk selalu memantaskan diri agar menjadi pribadi yang lebih baik :)
ReplyDeletepribadi yang pantas butuh kerja keras kedua belah pihak biar tak ada yang kecewa saat merajut masa depan
Deletesangat menginspirasi M.iqbal, jodoh itu siapa siap dia dapat, bukan siapa cepat dia dapat :D
ReplyDeleteHmm.... tapi dilema kini banyak yang gregetan saat melihat temannya dulu dan berujar dalam hati: aku kapan ya!!
DeleteSama yg aku alami sekarang ini, tapi aku mikir lagi apakah aku saat ini pantas untuk mendapat kan yg terbaik , terbaik disini bukan maksud sempurna tapi yang bisa menjujung diri ini kesurga nya allah
ReplyDelete