Berkembangnya
perusahaan teknologi terutama pada bisnis Startup sedang begitu
digandrungi kalangan anak muda kini, tak hanya di luar negeri namun di dalam
negeri. Kesuksesan Startup lokal
hasil buah karya anak-anak negeri membuat banyak anak muda ikut
mengalihkan pandangan dan termotivasi untuk mendirikan Startup serupa.
Apalagi Startup berbentuk perusahaan rintisan yang baru saja berdiri sembari melihat
pangsa pasar yang belum dilirik oleh perusahaan besar dan umumnya jasa yang
ditawarkan khususnya berbasis digital. Sembari menularkan ide-ide segar dan
inovatif ala anak-anak muda dan berharap Startup yang mereka dirikan
sukses besar di masa depan.
Berdasarkan hasil
survei yang dilakukan oleh Majalah Forbes berbasis di New york, hanya
persentase 10 % Startup yang berhasil atau 1 dari 10 Startup
hanya bertahan dan dibutuhkan publik. Sudah persaingannya berat, butuh
pendanaan besar dan kaya inovasi.
Bermimpi perusahaan Startup berjalan lancar tanpa kendala, kedatangan investor asing yang rela
mengucurkan dana besar. Tak berapa lama kemudian wajah anda serta perusahaan sudah
terpampang di halaman depan majalah terkemuka sambil melipatkan tangan dengan
background perusahaan anda.
Hidup tak sebencana dan bercanda itu bro!!!
Supaya Startup
tetap mampu bersaing butuh ide yang kreatif, inovatif dan tetap konsisten.
Kerja sama antar tim juga sangat penting. Mendirikan Startup tidaklah mudah, serta yang bertahan dan tertinggal persentasenya jomplang. Iming-iming bisa
kerja santai, dapat gaji besar, pakai bebas dan relasi antara atasan serta
tanpa sekat harus dilupakan sejenak di awal berdiri.
Semua itu terjadi
andai Startup yang anda bangun sudah berkembang begitu pesat setelah
begitu lama merasakan pahit dan getirnya, sebaiknya di mulai dari bawah
terlebih dahulu. Itulah penyebab utama begitu banyak Startup pemula
yang harus gagal dan tak bisa sukses walaupun peluang terpampang begitu luas.
Karena itu, saya
mau membahas apa sajakah yang menyebabkan bisnis Startup yang digalang
bersama-sama bisa mundur di tengah jalan. Saya melansir beberapa hal yang
membuat Startup gugur sebelum berkembang yaitu:
Konflik internal,
Hampir sebahagian besar perbedaan prinsip, ego anggota yang saling tuding
samping meruncing mengakibatkan perusahaan yang dirintis ikutan goyah di tengah
jalan. Perbedaan usia yang relatif dekat punya sisi negatif terutama kurangnya Leader
dalam suatu tim. Saya pun melihat beberapa perusahaan teknologi besar di
awal berdiri, salah satu meredam konflik adalah dengan memilih CEO yang berusia
lebih tua dan kaya akan pengalaman.
Saat Google
pertama berdiri dari kolaborasi Larry Page dan Sergey Brin, mereka memilih Eric
Schmidt yang sarat pengalaman dalam menjalankan roda perusahaan yang saat itu
masih dalam masa perintis. Alhasil Google jadi salah satu perusahaan paling
bonafid di muka bumi.
Nah... bila tak
mampu menunjuk atau membayar orang yang lebih berpengalaman, ada baiknya
memilih para anggota yang satu visi dan misi dan tidak menomorsatukan ego. Di
kala kesuksesan Startup datang ego juga muncul, ini terjadi perubahan
visi mengingat perusahaan telah berkembang sangat pesat. Malah di fase tersebut
kehancuran juga bisa mengintai, itulah kenapa kecocokan antara anggota pendiri
jadi kunci perusahaan jauh dari konflik internal yang melanda.
Konsep tak jelas,
Mendirikan Startup terasa menjadi mengambang dan tak berkembang akibat
konsep yang ditawarkan tidak jelas dan membingungkan para pelanggan. Salah satu
tujuan utama Startup berkembang yakni mencari pangsa pasar yang masih
kosong dalam bentuk digital.
Saya jadi ingat
dengan salah satu pepatah:
Orang hebat dan inovatif itu membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah agar bisa diaplikasikan oleh banyak orang sedangkan orang bodoh adalah membuat hal mudah jadi begitu sulit dan rumit.
Selaku perusahaan
yang baru saja berdiri, konsep yang jelas jadi modal berharga ke depan. Setiap
karyawan yang bekerja tahu apa yang ingin dikerjakan dan para pelanggan tidak
dibuat bingung oleh perusahaan yang berdiri.
Itu bisa dilakukan
dengan memberikan deskripsi singkat akan perusahaan Startup anda
berkembang di bidang apa dan solusi apa yang diberikan kepada pelanggan serta
pangsa apa saja yang dicari. Nah dengan konsep yang jelas ditambah dengan
promosi yang baik, dijamin anda sudah bisa mewujudkan salah satu syarat Startup yang baik.
Tak ada suntikan dana investor, Memulai Startup tak semudah membalikkan
telapak tangan apalagi langsung mendapatkan lirikan investor agar bisnis
berjalan lancar. Malahan begitu banyak Startup yang mengharuskan
melakukan semua serba sendiri, sedikit saja salah langkah langsung gagal dan
kehabisan dana.
Dana yang
dibutuhkan relatif besar jadi kendala tersendiri bagi pendiri Startup,
pendiri kadang rela menguras tabungannya, menggadai barang pribadinya, meminjam
uang kepada sanak keluarganya agar bisnisnya tetap bergeliat. Hanya sebahagian
kecil yang langsung didanai secara langsung oleh investor.
Umumnya investor
baru melihat saat perusahaan sudah melewati masa perintis dan mencapai masa
transisi, dari Startup kecil menjadi Startup potensial. Saat
mencapai proses itulah barulah para investor rela menyuntikkan dana segar untuk
kemajuan perusahaan.
Saya pernah
membaca salah satu kisah salah seorang pemilik Startup yang pernah 33
kali ditolak oleh perusahaan setamatnya di bangku perkuliahan. Hanya 2 ada
instansi perusahaan yang rela menerima dirinya yakni menjadi pengajar Bahasa
Inggris di Korea Selatan atau menerima salah satu pinangan di salah satu perusahaan
Startup yang bernaung di San
Fransisco.
Dirinya yang
merasa tidak nyaman bekerja di perusahaan orang lain dan ingin keluar dari zona
nyaman. Ia mengajak sahabat dekatnya untuk mendirikan salah satu Startup
yang menerima jasa aplikasi bagi restoran di tempat ia tinggal bernama
Appetizely. Hasilnya, Startup yang ia geluti gagal dan hanya bertahan 3
bulan setelah masa peluncuran.
Ia tak menyerah di
situ, kini ia malah menyasar Startup di bagian jasa kebersihan bernama
Exec. Startup tersebut lumayan berkembang, namun ia merasa ada sesuatu yang
mengganjal di dalam hati karena tak sesuai minat serta Passion. Ia ingin
sekali terjun ke bisnis Startup yang lebih besar dan menantang.
Semua bermula dari
diskusi serta tukar ide dengan sahabatnya, mereka tertarik pada salah satu
bidang mengenai pengembangan Self Driving pada mobil. Tekad kuat yang ia
bangun bersama temannya menjadikan mereka mampu mengembang konsep Self Driving, ditambah pengalaman panjangnya serat relasi dunia digital yang
mumpuni menjadikan konsep tersebut bukan isapan jempol semata.
Maka ia mendirikan
sebuah perusahaan Startup hasil rintisan mereka bernama Cruise
Automation. Puncaknya pada Bulan
Maret 2016 perusahaan mereka diakusisi oleh perusahaan raksasa automotif dunia yaitu
General Motor seharga 1 Miliar Dollar. Sebuah apresiasi bagi Startup
muda untuk berkembang dan orang itu adalah Daniel Kahn.
Tidak dibutuhkan oleh pasar, Ada begitu banyak Startup yang berseliweran di
dunia digital antara hidup segan mati tak mau terutama sekali karena tidak
dibutuhkan oleh pangsa pasar. Sifatnya yang terkesan “maksa”, “ribet” dan sudah
ada saingan yang lebih dahulu berkembang nan praktis membuat Startup
yang hadir terasa sia-sia.
Bila ingin bertahan
dari derasnya persaingan digital, salah satu cara adalah dengan melakukan
inovasi dan melihat kelemahan sang lawan. Menjadi peluang agar tetap
mempertahankan bila dirasa Startup yang sudah dibangun punya prospek
cerah ke depan.
Itulah kenapa dibutuhkan
proses survei lapangan yang panjang, waktu penerapan yang tepat dan mengkaji
segala skenario terburuk andai Startup yang berdiri tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
Seperti yang
dialami oleh Daniel Kahn sebelumnya, ia merasa Startup yang pertama ia
geluti terlalu kecil pangsanya dan tidak terlalu dibutuhkan oleh pasar.
Hasilnya ia berhenti dan melihat peluang lain yang lebih besar serta
menjanjikan. Bila terus bertahan ia tak akan berkembang pesat ditambah lagi, 2 Startup yang pertama digeluti tidak memberikan rasa nyaman dan kecilnya
tantangan.
Kurang paham ekonomi, Banyak para petinggi perusahaan Startup yang
telah berdiri mengabaikan neraca ekonomi perusahaan. Saat perusahaan masih
berdiri dengan sumber daya manusia yang sedikit, namun tidak bisa mengatur
strategi keuangan dengan bijak.
Itu terlihat
begitu jelas saat perusahaan mulai terlihat sedikit kemajuan pemasukan walaupun
tidak signifikan. Di masa itulah banyak perusahaan Startup yang
kehabisan bensin di tengah jalan. Dari membangun kantor di bilangan elit,
menggaji pegawai, dan jor-joran mengeluarkan uang di luar kepentingan
perusahaan.
Hasilnya malah
perusahaan kesulitan saat terjadi gangguan keuangan, mau ngga mau harus mencari
pinjaman atau rela gulung tikar akibat besar pengeluaran dibandingkan
pendapatan yang dihasilkan. Itulah kenapa masalah keuangan jangan dianggap
sepele.
Harga tak kompetitif,
Menjamurnya perusahaan Startup menjadikan sebagai lahan basah yang menguntungkan. Melihat
tingginya harga yang ditawarkan dibandingkan layanan yang diberikan membuat
pelanggan berpikir dua kali menjajal jasa perusahaan tersebut.
Memang inovasi dan
ide segar yang lahir layak dibayar mahal adalah sebuah apresiasi, namun lebih
baik lagi selain memudahkan para pengguna serta harganya terjangkau. Apalagi
bila saat Startup itu mulanya berdiri hanya dirinya sendiri, tetapi
kini berkembang dengan begitu banyak memiliki keunggulan termasuk masalah
harga.
Alhasil pembeli
akan berpaling dan berpegang teguh pada moto: yang lebih murah dan unggul
banyak jadi syarat utama para pelanggan. Oleh karena itu masalah harga jadi sebuah pertimbangan pelik, antara mengembalikan modal dan mendapatkan keuntungan atau
malah jadi bumerang akibat banyak pelanggan yang beralih ke perusahaan pesaing.
Baiklah, dari
segala problematika oleh para pendiri Startup, mereka sadar bahwa
potensi besar yang dimiliki Indonesia di dunia digital sangat terbuka lebar.
Berbagai problematika yang ada di masyarakat menjadikan peluang lahirnya Startup berdasarkan kebutuhan masyarakat inginkan serta mampu memajukan ekonomi
bangsa di industri e-commerce.
Andai saja ada
begitu banyak perusahaan digital raksasa buatan dalam negeri yang mendunia,
berapa banyak tenaga manusia yang bisa diserap. Memajukan perekonomian bangsa serta
anak-anak muda bangsa menjadi kreatif tidak berpangku hidup mengharap lowongan
kera instansi pemerintah.
Karena semua yang
gagal dan tetap bertahan hingga sukses besar di kemudian hari, tergantung
seberapa besar semangat pantang menyerah. Melakukan inovasi tanpa henti
untuk menghasilkan maha karya yang memudahkan manusia di sekitarnya. Karena sekat antara kesuksesan dan kegagalan begitu tipis, semua kembali akan seberapa besar keyakinan bahwa itu akan berhasil ke kelak.
Semoga postingan ini memberi inspirasi dan have a nice day.
0 komentar:
Post a Comment