Kamu kenapa gengsi ngomong bahasa daerah. Ini di daerah kita tinggal!!
Iya jelaslah, nanti terlihat ngga keren!!
Miris banget melihat
dari percakapan di atas. Harus diketahui semua bahwa ada lebih dari 748 bahasa
daerah di Indonesia, namun banyak masyarakat daerah tertentu tidak rutin atau
mulai memakai bahasa daerahnya. Padahal bahasa daerah ibarat mempertahankan
tradisi penutur nenek moyang suatu suku atau subsuku.
Terlihat begitu
aneh saat anak-anak di pedesaan bicara layaknya anak perkotaan dengan sejumlah
bahasa slang Indonesia:
Gue mau pergi ke sungai memancing ikan, Elo mau ikutan kagak?
Kagak,.. males nih
Oke deh, Gue cabut dulu!!!
*miris bukan*
Itu seakan-akan
anak-anak pedesaan mulai melupakan bahasa daerahnya dan bisa jadi pengaruh
tontonan atau malah ia mulai gengsi pakai bahasa daerahnya dengan teman
sejawat.
Itu semakin
cenderung tercermin dengan banyak warga Indonesia yang malas memakai bahasa
daerah. Ada beragam alasan yang mengemuka tidak memakai bahasa daerah. Walaupun
bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa, di tempat tertentu bahasa daerah
sangat dibutuhkan. Berikut alasannya
1.
Gengsi
Memakai bahasa daerah seakan terlihat ketinggalan
zaman dan dengan masuknya bahasa asing semakin menjepit bahasa daerah. Gengsi
sudah jelas, apalagi saat logat daerah yang begitu kental saat berbicara bahasa
Indonesia atau bahasa asing. Salah satunya dengan mengurangi penggunaan bahasa
daerah.
Saya pun sedikit heran, mengapa ada bahasa satu unggul
dari bahasa lain. Pada suatu saat, bahasa yang penuturnya banyak akan
menghilangkan sejumlah bahasa berpenutur relatif sedikit. Jumlah makin lama
makin berkurang, kelestarian bahasa wajib dijaga.
Masalah gengsi urusan belakangan, malah bisa bahasa
daerah lebih memudahkan berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Itu
menunjukkan kita bisa membaca budaya dan tatanan masyarakat sekitar. Masyarakat
tak menganggap anda orang asing. Jadi... turunkan gengsi pada tempat tertentu.
2.
Mulai Ditinggalkan
Pengaruh lain yang jelas begitu kentara yakni dengan
sedikitnya yang berminat. Anggapan memakai bahasa daerah seakan terlihat tidak
modern dan terkesan kampungan. Alhasil banyak yang mulai jarang atau bahkan
meninggalkan.
Itu pun berlanjut ke generasi selanjutnya, banyak
orang tua khususnya di perkotaan yang tidak mengajarkan bahasa daerah. Saat
anaknya besar, mereka hanya bisa bahasa Indonesia atau bahasa asing (bila
belajar).
Mendengar sanak keluarga memakai bahasa daerah asal
orang tuanya, si anak hanya manggut-manggut antara mengerti atau tidak saat
ditanya atau balas menjawab. Miris bukan.
Sedangkan bahasa asing jangan tanya canggihnya..., di
dalam pikiran mereka menganggap bahasa asing lebih terlihat pintar dan hebat.
Sebagai contoh, bisa bahasa Inggris dengan lancar berarti hebat. Bule gila di
negaranya fasih bahasanya namun mengapa tidak hebat?
Warga negara yang baik menurut hemat saya adalah orang
yang pintar berbahasa asing di pergaulan internasional, bertutur sopan saat
berbicara dengan masyarakat majemuk Indonesia dan lancar berbahasa daerah saat
di pergaulan.
3.
Hanya Dipahami Suatu Kelompok
Persoalan yang menjadi dasar banyak tak mau memakai
bahasa daerahnya adalah sulit orang lain dan hanya dimengerti oleh suatu suku.
Sebagai contoh seperti ini, saat bersekolah jauh dari daerah. Menggunakan
bahasa daerah jadi terlihat tidak menghargai teman lainnya yang buka
berdasarkan daerah bahasa tersebut.
Ia hanya bengong memperhatikan pembicaraan, antara ia
dibicarakan atau hal lainnya. Akibatnya memakai bahasa Indonesia jadi penengah
biar tak ada kecurigaan.
4.
Dianggap Aneh
Bahasa daerah suatu daerah kadang terlihat aneh saat
berada di daerah lain terutama daerah yang bahasanya terlihat agak asing. Orang
yang mendengarkan malah menyeletuk: itu bahasa daerah mana?
Pasti sekelompok penggunanya sedikit malu dan ia akan
gengsi menggunakan bahasa daerahnya. Selain itu menggunakan bahasa daerah di
daerah orang lain cenderung tidak membuka diri dengan pergaulan setempat.
5.
Susah Dicerna dan Dijelaskan
Dalam ilmu bahasa, ada ucapan yang sangat singkat
diucapkan oleh suatu bahasa namun sangat sulit buat dijelaskan ke bahasa lain.
Itulah kekuatan suatu bahasa dan kadang bahasa daerah yang dimiliki di
Indonesia punya setiap keunikan tersebut.
Karena itulah mereka yang bisa bahasa daerah akan
panjang lebar mengenai maksud tersebut biar orang lain paham maksudnya.
6.
Sulit Ditulis dan Dibaca
Harus diakui, hampir sebahagian besar bahasa daerah
yang ada di Indonesia begitu sulit dibaca, apalagi untuk ditulis. Kedudukannya
yang hanya di bawah bahasa persatuan Indonesia dan bahasa asing menjadikan
bahasa daerah jarang yang mengajarkan.
Bila pun ada, itu hanya ada di kelas sekolah dasar.
Kebanyakan bahasa daerah proses belajarnya melalui pergaulan dengan lingkungan
masyarakat. Masalah tulisan dengan bacaan kadang tidak ada.
Maka jangan heran, banyak yang bisa berbicara dengan
bahasa daerah. Menulis dengan maksud tersebut kadang sulitnya minta ampun.
Hanya mereka yang punya kemampuan super dan layak diapresiasikan saat mampu
membaca dan menulis bahasa daerah sama baiknya.
7.
Bahan Tertawaan
Faktor inilah yang menyebabkan kenapa bahasa daerah
mulai jarang digunakan. Paling kentara adalah jadi bahan tertawaan oleh suku
lain atau barang olok-olok. Padahal bahasa adalah kekayaan budaya yang
dilestarikan dan dihormati. Menghina bahasa suku lain sama dengan tidak
menghormati Bhinneka Tunggal Ika.
Anggaplah keunikan bahasa orang lain jadi sesuatu yang
enak didengar walaupun terdengar asing.
8.
Terdengar Kasar Namun Lembut Maknanya
Anggapan bahasa daerah yang keras dan intonasinya
tinggi terkesan kasar. Padahal maksudnya begitu lembut. Penutup katanya yang
terkesan berbicara berapi-api seakan ingin marah-marah. Namun nyatanya ia ingin
mengucapkan rata terima kasih.
Jadi jangan menilai bahasa dari kasar dan tinggi
intonasinya, nilailah dari makna yang terkandung. Lalu yang terdengar lembut
dan santun tetapi maksudnya buruk. Cara terbaik adalah mempelajari maksudnya
dan bertanya kepada penutur kata tentang maksudnya.
Itu sejumlah alasan mengapa bahasa daerah jangan
gengsi, karena bila terlalu mengeyampingkan sejumlah gengsi, si bahasa akan di
tinggal mati. Ayo kita lestarikan kembali bahasa daerah masing-masing wilayah kita. Semoga tulisan ini memberikan pencerahan dan jangan
lupa hidupkan kembali bahasa daerah.
Alhamdulillah kami dari Kota Naga masih mepertahankan bahasa ibu kami, bahasa taluak namonyo. Walaupun diblang orang sombong, atau terlalu fanatik dengan kesukuan, itulah cara kami untuk melestarikan bahasa ibu kami, ketika jumpa dgn orang kampung, aneh bagi kami jika kami tidak mengunakan bahasa ibu.
ReplyDeleteSungguh hal yang wajib diapresiasikan saat orang lain banyak yg sok kota dan sok hebat dari bahasa yang ia pelajari
Delete