Banyak sekali yang
beranggapan, kenapa sih ngomong itu mengalir mudah dan lancar sedang saat
menulis mandek minta ampun?
Apalagi hampir semua
bisa berbicara lepas tanpa beban, apalagi pembicaranya berupa curhat pribadi.
Semua uneg-uneg dengan mudah tersampaikan, lapang tanpa harus mengikuti
struktur bahasa dan tanda baca.
Panjang lebar dari
pagi hingga jelang sore hari. Kekuatan ngomong hampir semua miliki, tak harus
menjadi motivator handal, cukup dengan orang terdekat saja, ia bisa berbicara
sepuasnya.
Berbeda jauh
dibandingkan dengan menulis. Harus mengingat hal-hal penting merangkai menjadi
sebuah kalimat runtun yang enak dibaca dan dipahami oleh pembaca. Proses itu
ngga semuanya bisa dan saat itulah kenapa ngomong lebih gampang daripada
menulis.
Secara langsung
menulis mampu menyeimbangkan antara emosi dan logika. Penulis akan mencari
titik tengah agar tak terlalu emosional namun berbalut rasional. Ia
memilah-milah mana layak tulis dan layak dihilangkan.
Dalam sebuah
pembicaraan, sebuah ucapan atau pembicaraan akan melahirkan pendapat. Sedangkan
menulis, akan melahirkan pemikiran dan karya tulis. Semua orang punya kemampuan
dalam mengemukakan pendapat tapi dalam melahirkan pemikiran kadang ia harus
berdamai dengan alam terlebih dahulu.
Proses yang lebih
lama jadi salah hambatan, menulis butuh proses dan media sebagai menulis.
Kemampuan merangkai untaian kata-kata menjadi kalimat dan kemudian jadi sebuah
paragraf utuh sulit. Banyak yang menyerah menulis karena merasa tidak mampu.
Cara ini yang buat
mengapa lebih banyak yang menjadi pembaca bukan menjadi seorang penulis.
Seseorang yang tidak biasa menulis apabila disuruh menuliskan gagasan yang ia
ucapkan tadi pasti bingung. Harus mulai dari mana dan menulis apa, writer
block langsung menghinggapi kepala.
Namun ada beberapa
pengecualian, orang yang sangat hebat menulis tetapi lemah dalam berbicara atau
orang yang sangat hebat berorasi tapi buntu menulis sebuah tulisan. Ini lebih
banyak termasuk ke dalam kepercayaan diri dan jam terbang. Orang yang pintar
berbicara bisa jadi karena jam terbangnya yang tinggi sama halnya sebaliknya
bagi yang menulis.
Bisa saja orang
tidak biasa menulis hanya kuat dalam membaca tidak menulis. Pendapatnya terucap
lancar karena materi yang ia kuasai, ia hanya butuh kemampuan vokal untuk bisa
didengarkan oleh semua orang.
Menulis harus
memiliki kemampuan membaca dan menulis sama baiknya. Ia harus mengubah kemampuan
ide dan gagasan di kepala yang ia pelajari lebih melalui tulisan. Butuh
konsentrasi dan niat besar untuk mewujudkan tulisan yang renyah dibaca.
Menulis pulalah
yang buat kita berbicara seperlunya dan berpikir sebanyaknya sebelum berucap.
Kesalahan dari pembicaraan kadang sangat sulit dikembalikan, apalagi lidah tak
bertulang.
Menulis selama
tulisan belum terbit atau dipublikasikan tak apa, ada proses editing dan
swasunting hingga benar-benar layak beredar.
Jadi kalian ingin menjadi seperti kalangan apakah?
Keduanya sama-sama
punya kelebihan masing-masing asalkan memaksimalkan potensinya. seandainya
lebih suka berbicara, ada baiknya berbicara sepentingnya dan diam bila nantinya
berdampak buruk untuk orang lain serta diri sendiri.
Lalu yang punya niat dan potensi menulis ayo
dikembangkan, karena menjadi orang besar dan pemberani salah satunya melalui
menulis. Tulisan dan pemikiranmu tak akan padam melewati zaman. Semoga postingan ini menginspirasi dan Have a Nice Days
0 komentar:
Post a Comment