Di sore itu
seperti biasa saya bermain bola dengan beberapa kerabat yang punya hobi sama.
Walaupun bermain dalam sebuah instansi pemerintahan, tetapi pemain bola yang
bermain umumnya beragam dari pihak instansi terkait sampai yang kakinya gatal
tak merumput sehari.
Sebelumnya turun hujan yang lumayan membasahi lapangan, niat bermain bola terasa jadi was-was, sambil bertanya di dalam hati, ini jadi main apa ngga sih?
Karena penasaran
dan kegemaran bermain bola yang menggebu-gebu, diri ini dengan rela menembus
macet yang menggila di sore hari. Alhasil yang terjadi adalah tak ada yang
bermain bola, menyisakan genangan becek mengisi setiap celah di lapangan bola.
Tapi ada
pemandangan aneh di lapangan sore itu, banyak anak-anak yang tidak tahu dari
mana datangnya. Bermain bola sambil kotor-kotoran dengan lumpur. Orang dewasa
tak pasti mengeluh menghadapi suasana seperti ini, di dalam pikiran mereka akan
muncul: ngapain main becek-becek dan lumpur, pakaian kotor dan sakit bisa
melanda.
Pola pikir
anak-anak dan orang dewasa berbeda dalam menyalurkan hobi. Anak-anak tak ada
yang bisa menghalangi hobinya tak terlaksana hari ini sedangkan orang dewasa
memikirkan bagaimana bila hari ini hobinya batal, ada hari lainnya sebagai
gantinya.
Di permainan pun
seperti itu, saya yang sangat suka bermain dan menyaksikan pertandingan sepak
bola. Pertandingan sepak bola lebih jujur dan sederhana, mereka tak mengerti
taktik dan strategi. Terpenting bisa membobol gawang lawan.
Di tackle lawan
langsung bangun tanpa pura-pura sakit, tak ada istilah diving untuk
merugikan lawan dan mengelabuhi wasit, semua tulus hanya permainan. Saya juga
melihat bagaimana orang dewasa khususnya pemain sepak bola profesional bermain
dengan segala tekanan. Walaupun ia menjalankan minat hobinya sesuai passion
tekanan tak kalah besar, berbeda dengan anak-anak yang memainkan hobinya.
Tak pernah ada
keluhan lapangan becek, sepatu yang tak sesuai, bola yang harus sesuai standar
hingga perlengkapan bermain yang lengkap. Katakanlah harus ada wasit dan linesman,
punya tiang gawang dan waktu bermain yang pasti. Di saat waktu magrib datang,
suara ngaji di surau-surau bergema, itu tandanya pertandingan harus berhenti.
Permainan dan peraturan sepak bola masih kecil membuat
semua senyum-senyum mengingatnya. Bocah yang membawa bola ke lapangan punya hak
lebih mengatur siapa saja yang menjadi temannya. Ia seakan punya semua mandat
mengatur permainan ibarat kepala pelatih.
Lucunya lagi
adalah posisi paling favorit adalah menjadi penyerang dan kiper paling
dihindari lagi dibenci. Ibarat sebuah sosok pahlawan versus pecundang. Para
jajaran pemain belakang akan kena semprot saat kebobolan. Beralaskan tumpukan
sandal, jadilah gawang. Ukuran tinggi dan lebar pun diukur oleh ukuran kaki
untuk lebar serta tinggi sejauh mana kiper melompat.
Coba tanyakan siapa yang harus jadi kiper?
Mau tidak mau
teman yang bertubuh gempal akan jadi kiper abadi para anak-anak. Mereka
beranggapan sederhana, tubuh yang besar mampu menutupi ruang gawang dari
tendangan lawan.
Pertandingan pun
di mulai tak ada kick off dengan pemain bola yang menang undian melakukan kick
off. Cara kick off anak-anak mirip dengan basket., Menendang bola
setinggi-tingginya ke udara dan pertandingan pun di mulai.
Jangan tanyakan
formasi apa yang dipakai, semua tertuju ke mana arah bola datang. Bola bukannya
bergulir tapi terdiam, terjebak dengan lautan kaki yang ingin merebut dirinya.
Saya dari kejauhan melihat pertandingan anak-anak terasa menghilangkan rasa
jengkel tak bisa bermain. Pada posisi itu saya merasakan sesuatu pikiran yaitu:
Saat masih kecil kita semua bermimpi menjadi orang besar itu terlihat keren sedangkan saat besar ingin kembali merasakan masa indah menjadi kecil lagi
Begitulah para
anak kecil mula mengambil tumpukan sandal dan sepeda mereka untuk bergegas pulang
ke rumah. Pakaian kotor yang siap dimarahi ibunya masing-masing tak jadi
masalah. Terpenting cuaca bukan masalah tak bermain.
Pengalaman
anak-anak kecil itu kadang bikin kangen, orang dewasa mungkin tak bisa seperti
para anak-anak lakukan. Namun, prinsip dan alasan menunda hobi karena hal kecil
yang mengganjal seakan ada hari lain sungguh kerugian.
Nikmatilah segala ketidaksempurnaan memainkan hobi,
karena anak-anak saja mampu. Bermain sambil tak lupa bahagia, ini olahraga bro,
bukan tempat kerja. Lampiaskan segala stres di mana lapangan bola sudah
menunggu dipijaki penggila sepak bola. Ayo kini, bukan nanti. Menjadikan
pengalaman seindah masa kecil.
Semoga menginspirasi dan Have a Nice Days
0 komentar:
Post a Comment