Zaman kini
perkembangan berbagai teknologi berkembang sangat pesat termasuk gadget yang
setiap harinya perusahaan teknologi mengeluarkan produk anyarnya. Pergeseran
gaya hidup ke arah lebih banyak dilakukan di dunia maya, tanpa harus
capek-capek secara dunia nyata.
Mau belanja di
luar sedang panas dan macet, cukup pesan dari berbagai situs belanja online.
Dalam hitungan hari atau bahkan jam, barang yang diinginkan sudah sampai di depan
mata. Mau makan dan lapar, cukup menghubungi layanan pesan antar. Dalam sekejap
perut kenyang tanpa harus capek-capek harus gerak.
Gencarnya gempuran
sejumlah sosial media, menjadikan lahirnya generasi yang menggantungkan seluruh
hidupnya di dunia maya. Ibarat singa yang ganas di dunia maya dan bak anak
kucing di dunia nyata. Punya sejumlah kata-kata luar biasa apa dari pikiran
sendiri atau copas dari orang lain.
Cukup terkenal di
dunia maya tetapi di dunia nyata tetangga saja tak kenal dirinya. Sangat kuat
saat berada di dekat colokan dan langsung lemah saat colokan diambil orang atau
powebank ada yang pinjam.
Dunia maya juga
melahirkan generasi pacaran di sosial media. Dari jadian, pacaran, dan putus
semua di sosial media. mau pacaran cukup kepoin sosial medianya secara intens,
setelah diterima dan berteman. Langsung deh mulai percakapan dan bila diterima,
masing-masing menuliskan nama pasangnya di biodata atau status hubungan. Semua
drama percintaan disaksikan oleh teman dan follower.
Itulah agresi yang sering dilakukan oleh para preman
keyboard, dari jatuh cinta, mencari teman, sampai jadi preman keyboard.
Dalam pandangan
ini, gue menekan sekali banyak sekali para preman keyboard yang bertangan
sangat pedas. Siapa saja yang membaca komentarnya akan mengeryitkan dahi atau
panas dada. Menggertak semua orang atau berani WAR di dunia maya.
Pengalaman ini
mengingatkan saya tentang seseorang preman keyboard yang pernah terlihat di
dunia maya. Benar bahwa anggapan mereka cuma jago ngetik atau bersandiwara di
dunia maya.
Sangat asyik di
dunia maya, di dunia nyata malah pendiam dan sering jadi korban kejahilan
teman-temannya. Karena itu banyak yang pendiam itu memanfaatkan sosial media
atau berbagai forum online untuk menampilkan kekuatannya yang terpendam. Walaupun
ngga semua, umumnya mereka yang biasanya terbully di lingkungan.
Lawannya adalah
beberapa orang yang tak sependapat atau bertentangan dengannya. Misalnya dia
suka tim sepak bola, di dunia nyata ia akan membalas habis-habisan yang
menghina klubnya andai kalah. Ada pula yang lebih parah, mereka yang mencari
ribut dengan komentar atau kata-kata kontroversi. Apa niatnya mencari simpatik
biar orang lain menggubris dirinya, atau memang suka mencari keributan.
Pengalaman itu
mengingatkan gue tentang preman keyboard yang tertangkap langsung. Ia sering
beraksi di salah satu komentar media online terkemuka. Dalam pikiran gue,
mengapa setiap ada berita klub sepak bola favorit gue selalu ada komentar
miring Alhasil gue penasaran mencari
tahu siapa yang menjadi pemilik komentar. Namanya yang dipakai alay dan fotonya
adalah foto klub sepak bola dukungannya.
Melalui akunnya
akhir gue menemukan foto dan terkoneksi ke salah satu sosial media,
mengejutkannya adalah pemilik akun bocah 13 tahun yang gue rasa belum disunat
oleh emaknya. Hmm... akhir gue pribadi termenung dan berpikir bahwa, efek tak
tampang sering mengaburkan pandangan dengan siapa kita berhadapan di sosial
media. Bisa saja anak-anak yang suka berkata cela atau nenek-nenek tua mengaku
wanita muda.
Well, jadi bagaimana jangan sampai terpancing emosi
atau jadi korban preman keyboard?
Sebaiknya jangan
terlalu digubris, umumnya mereka adalah orang-orang kesepian yang hidupnya
sehari-hari hanya plototin gadget dan untuk menghilangkan kesepian adalah
mencari hiburan di dunia maya. Bila terlalu digubris, ia akan semakin agresi
dengan sejumlah kata-katanya.
Bisa saja hobi adu
komentar di sosial media, mencari target yang bisa diajak ngomong ke saat malam
hari yang sunyi. Namun saat diajak ketemuan pasti nyalinya ciut. Bukan ha yang
aneh, begitu banyak yang pintar berkata-kata di dunia maya namun saat bertemu
hanya diam seribu bahasa. Kekuatannya melemah bisa bertatap muka.
Bila termasuk
preman keyboard, bagaimana cara menyembuhkannya?
Hidup itu ngga selamanya
harus dengan internet dan gadget banyak hal lainnya yang menyenangkan tanpa
segenap teknologi dan memencetkan tangan ke gadget. Merasa minder atau kurang
percaya diri jadi alasan kuat kenapa banyak terjun jadi preman keyboard.
Andai punya teman
yang seperti itu, sebaiknya bimbing dia bukan dijauhi atau dibully. Ia butuh
perhatian dengan bertutur sapa atau ngobrol secara langsung. Bukan malah
membully sehingga ia menumpahkan emosinya di sosial media.
Sedangkan yang masih di bawah umur seperti yang gue
temui tadi caranya dengan membimbing anak di bawah umur. Pengawasan ketat harus
dilakukan di rumah, apalagi kolaborasi gadget dan internet bila salah digunakan
akan bahaya.
Well... itu saja curahan gue, semua kita semua menjadi
manusia inspirasi, kreatif dan inovatif di balik keyboard masing-masing. Bukan
pelempar dendam dan amarah ke ranah sosial media.
Semoga menginspirasi.
Sangat ringan namun penuh makna mas
ReplyDeleteiya mas sangat bermanfaat juga:)
Delete