Mae adalah seorang profesor bidang ilmu matematika terapan. Para mahasiswa bimbingan skripsinya sedikit marah
bercampur rasa kecewa karena sering disalahkan akibat tidak terlalu paham konsep yang beliau ajarkan. Menanggapi keluhan mahasiswanya Prof Mae pun menceritakan kisah kesulitan dan kegagalannya di masa lalu.
Saya lebih buruk
dari kalian walaupun dulu tak bisa apa-apa, saya belajar dari kegagalan dan
ketidakmampuan ujar beliau. Mahasiswa bimbingannya pun bingung kenapa beliau
bisa sangat jenius di bidang ilmu yang dikuasai.
Dulunya saya
adalah murid yang paling malas di kelas, kemalasan Mae muncul karena ia paling
benci dengan pelajaran berhitung. Tambah, kurang, kali dan bagi adalah komponen
yang memusingkan pikiran.
Salah satu cara adalah cabut dari pelajaran tersebut, pak guru pun marah besar kepadanya. Tindakannya diganjar dengan pemanggilan orang tua dan nilai merah pelajaran berhitung di setiap pengambilan rapor.
Salah satu cara adalah cabut dari pelajaran tersebut, pak guru pun marah besar kepadanya. Tindakannya diganjar dengan pemanggilan orang tua dan nilai merah pelajaran berhitung di setiap pengambilan rapor.
Setelah 6 tahun
mengelak dari tingkat SMP dan SMA, akhirnya saat menuju ke gerbang perguruan
tinggi. Untuk menghindari dari pelajaran berhitung, Mae mengambil jurusan yang
jauh dari hitung-hitungan. Pilihannya jatuh pada jurusan bahasa, olahraga, dan
tata boga.
Ujian pun
berlangsung dan Mae yakin bisa lewat dari 3 pilihan yang ia pilih, saat
pengumuman tidak ada namanya dan ia gagal lulus. Dunia serasa berhenti
berputar, pengangguran setelah tamat SMA di depan mata. Sebagai gantinya, ia
masuk melalui jalur mandiri yang harus mengeluarkan budget besar.
Ia menyiasati
dengan memilih jurusan yang paling murah dan jurusan yang paling murah jatuh
pada jurusan yang dominan berhitung. Apa boleh buat, daripada malu ngga kuliah.
Bila ngga nyaman, tahun depan bisa tes lagi atau pindah jurusan.
Perkuliahan di
mulai dan dari semester awal semua pelajaran matematika yang ia takutkan malah
kembali menghantui. Ibarat de javu, dihindari malah datang secara
menggebu-gebu. Karena malu dan juga ingin belajar dari kegagalan, ia pun
belajar mati-matian mengejar segala ketertinggalan.
Dari membeli buku
hitung-hitungan dasar anak SD, naik ke tingkat SMP, SMA, dan perguruan tinggi.
Karena bosan belajar sendiri, ia mengajak teman dekatnya di perkuliahan yaitu
Maman, tumben otaknya encer banget matematika.
Bila Mae matematika kemampuan di luar kepala (read: ngga ngerti apa-apa), temannya malah paham luar dalam. Andai kepalanya dibelah, mungkin yang keluar adalah Persamaan Aljabar, Rumus Phytagoras, dan Vektor.
Bila Mae matematika kemampuan di luar kepala (read: ngga ngerti apa-apa), temannya malah paham luar dalam. Andai kepalanya dibelah, mungkin yang keluar adalah Persamaan Aljabar, Rumus Phytagoras, dan Vektor.
Maman bilang,
banyak orang yang benci angka-angka karena dia menganggap akan sebagai definisi
rumit bukan sebagai teman bermain. Maman menanggap matematika sebagai permainan
angka dan siasat sendiri, banyak yang menyerah saat tak mampu menemukan atau
memecah jawaban. Ujung-ujungnya suntuk, bosan, dan benci.
Singkat cerita Mae
yang dulu benci sekarang merangkak naik kelas, bila ada Midtem atau
ujian dia biasa dapat nilai “ sisir atau kursi” (read: ngga lulus) kini dapat
nilai sembilan terbalik alias (6). Maman pun tamat dari kuliah dan Mae masih
tinggal di kampus karena memperbaiki nilai perkuliahannya yang buruk rupa. Maman akhirnya
diterima di salah satu perusahaan yang jauh dari hitung-hitungan, tapi ilmu
Maman berhasil diserap oleh Mae.
Mae merasa tertantang mengulangi mata kuliah yang buruk di awal semester perkuliahan, ia ingin mendapatkan nilai A terutama sekali mata kuliah berhitung. Di akhir
semester hampir semua mata kuliah yang ia ulangi mendapat hasil memuaskan.
Kegagalan dan kemauan belajar membuat dia kuat, dari ketakutan malah menjadi
kegemaran.
Dosen yang dulu
saat melihat mukanya langsung ngasih nilai E, kini malah takjub melihat
perkembangan Mae. Teman-temannya yang unggul sudah pada lulus dan bekerja, sang
dosen merasa usianya sudah lanjut dan ingin ada tongkat estafet ke depan.
Beliau menganggap bahwa Mae mampu menggantikannya perannya apabila kelak dibimbing dengan benar. Saat Pak Tarmizi hendak keluar ruang dan melihat Mae baru saja menyelesaikan mata kuliah dan kini tinggal menyisakan skripsi, dia bingung mau mengambil bimbingan dengan siapa.
Beliau menganggap bahwa Mae mampu menggantikannya perannya apabila kelak dibimbing dengan benar. Saat Pak Tarmizi hendak keluar ruang dan melihat Mae baru saja menyelesaikan mata kuliah dan kini tinggal menyisakan skripsi, dia bingung mau mengambil bimbingan dengan siapa.
Pak Tarmizi pun memanggilnya,
Mae, ke sini kamu jumpai saya. Kamu bimbingan skripsi
dengan saya saja.
Saya melihat potensi kamu dari gagal, terus belajar
dan melebih ekspektasi. Bila saya jadi Kamu, saya sudah jauh-jauh hari pindah
jurusan.
Hmm.. namanya aja hidup pak. Hehe!
Baik, besok kamu ikut penelitian dengan saya dan akan saya
ajarkan kamu.
Memang rezeki ngga
ke mana itu ada benarnya, takdir itu bisa diubah asalkan jalannya kita bisa
buka. Ibarat di tengah hujan, kita hanya butuh parang dan sabit buat membuka
jalan di tengah hujan dan matematika Mae yang biasa-biasa karena ia dibimbing dan
belajar dari kegagalan menghasilkan keahlian yang luar biasa.
Tamatlah Mae
setelah hampir 7 tahun berkuliah, tapi tak butuh waktu lama dia didaftarkan
oleh dosennya untuk kuliah S2 ke kampus terpandang di Pulau Jawa. Dalam tempo waktu 2
tahun ia mampu menyelesaikan studinya secara lancar berbeda dengan studi S1-nya
yang ngenes.
Beberapa tahun
kemudian, ia mendapatkan beasiswa S3 ke dataran Eropa. Dia menjadi dosen
termuda dan punya begitu banyak riset yang dipublikasikan ke jurnal nasional
dan internasional. Dari bocah yang gagal dan ditinggal lulus menjadi Profesor
kenamaan yang punya segudang karya tulis dan penghargaan di bidangnya.
Kisah panjang di
atas menjelaskan ngga ada yang memperkirakan kegagalan adalah batu loncatan
terutama saat rasa gagal menghinggapi.
Ketakutan serta rasa ketidakmampuan mendorong banyak yang mundur terlebih dahulu atau memilih jalan lain. Toh... dengan menghindar apakah akan mampu menghilangkan masalah? Jawabannya: JELAS NGGA!!!
Ketakutan serta rasa ketidakmampuan mendorong banyak yang mundur terlebih dahulu atau memilih jalan lain. Toh... dengan menghindar apakah akan mampu menghilangkan masalah? Jawabannya: JELAS NGGA!!!
Nyatanya masalah lain
timbul, dunia ini bersifat paralel yang saling berkaitan satu sama lain. Di
saat kita menghindari sesuatu ketakutan, akan muncul ketakutan lain dalam model
ketakutan terdahulu.
Contoh mudahnya
seperti ini, andai Mae tidak suka matematika dan menghindari segala macam
pelajaran berhitung di dalam ruangan. Ketidaksukaan itu berpengaruh kemampuan
berhitung serta logika terutama di lingkungan, saat ada hitung-hitungan si Mae
menjadi bingung dan akan ketakutan serta keengganan dalam memainkan logika.
Hal itu jadi ketakutan baru namun dalam konteks
ketakutan lama dalam berlarut-larut menjadi trauma.
Alurnya seperti ini:
Membenci > Sebisa mungkin menghindari > Jadi sebuah ketakutan > Tak bisa apa-apa.
Konteks di atas penulis ngomongin tentang Mae yang
takut dan malas masuk pelajaran matematika. Di awali rasa benci disusupi rasa
malas akan matematika membuat jiwa dan raga Mae mengantuk. Alasan-alasan pun
muncul: dari hitung-hitung kompleks. ngga enak badan, hingga muka gurunya
seram. Lengkap sudah...!!
Sebelum memulai
sesuatu, awali dengan niat yang tulus serta rasa ketertarikan (read: suka).
Kenapa ketertarikan itu perlu?
Katakan dalam
dunia percintaan, tak ada benih-benih cinta dari dari masing-masing insan sulit
sekali chemistry lahir, malahan bisa
bermuara ke rasa benci. Apakah buat kenalan, mau tau lebih banyak hingga
melancarkan aksi-aksi PDKT. Seperti halnya dalam belajar matematika, tak ada
minat dan bersifat paksaan akan menghasilkan kesia-siaan untuk yang belajar.
Semua berawal dari
niat dan minat, modal awal itu sangat menggugah mulai sesuatu. Belajar
matematika yang digeluti oleh Mae diawali penolakan dan pergolakan dalam
jiwanya. Minatnya tak muncul karena begitu banyak hal menyenangkan ditemukan di
luar ruangan. Ia gagal di tahap awal.
Benci itu efeknya
sangat besar, mampu membuat semua indera menolak segalanya dalam bentuk tak menggubris.
Iya.. proses menghindari adalah cara tersulit dan jadi sebuah tekanan bathin. Kamu mempersulit diri dan inderamu sendiri.
Terlalu sering
menghindar menjadi sebuah ketakutan berlebih (phobia) tersendiri
terhadap matematika dan segala hal yang mengenai matematika jadi hal horor dan apabila
ada yang menanyakan langsung dengan tegas berkata “maaf aku ngga bisa”.
Akhirnya kamu ngga bisa apa-apa oleh hal yang sepele.
Harusnya?
Melawan Alur tadi dengan:
Bangun ketertarikan (minat) > mencoba menghadapi > jadi sebuah ketekunan > menghasilkan sukses.
Mae merasakan pola
yang terjadi saat dia mengenyam bangku sekolah salah. Sebagai gantinya ia
membangun rasa ketertarikan pada momok yang menakutkan bagi dirinya yakni
matematika.
Mencoba belajar
dan mengejar segala ketertinggalan dari nol, awalnya sulit memang. Namun berkat
kebulatan tekad Mae mampu melakukan perubahan dari benci menjadi menggeluti
bidang tersebut.
Selama belum mencoba dan dirasa itu
jalan baik, apa salahnya untuk mencoba?
Proses repetisi (pengulangan)
serta trial error yang dialami
menjadi pelajaran berharga didukung ketekunan Mae yang tanpa henti belajar.
Hasil tak bisa berbohong dari segala kerja keras dan sedikit keberuntungan
hidup. Makanya jalan takdir seseorang sudah tergaris dan bagaimana caranya agar
jalan takdir kita sesuai dengan yang diharapkan.
Apa yang didapatkan bukan sekejap mata namun kerja
keras dan jangan pernah menghindari sesuatu karena tak mampu dan mencoba.
Malah saat dicoba kamu yang jadi ahlinya. Sedikit keberuntungan jadi kunci, jangan anggap keterlambatan adalah ketinggalan tapi keterlambatan adalah keberuntungan yang terlewati oleh orang lain dan kita yang dapatkan.
Semoga tulisan ini memberikan inspirasi dan Have a Nice Days.
Malah saat dicoba kamu yang jadi ahlinya. Sedikit keberuntungan jadi kunci, jangan anggap keterlambatan adalah ketinggalan tapi keterlambatan adalah keberuntungan yang terlewati oleh orang lain dan kita yang dapatkan.
Semoga tulisan ini memberikan inspirasi dan Have a Nice Days.
Semoga jadi inspirasi.
0 komentar:
Post a Comment