Menurut
penelitian, hal yang pertama sekali yang dilakukan oleh anak muda saat bangun
pagi adalah menge-check ponselnya dan melihat berapa banyak notifikasi yang
masuk.
Zaman sekarang
begitu gampang mendapatkan berita, cukup tinggal akses media online ternama
dari gadget masing-masing, sosial media, hingga channel TV. Dalam sekejab, semua
berita yang diinginkan hadir dalam genggaman. Mencolok banget dibandingkan
zaman dulu, berhubung ngga lama lagi kita akan merayakan hari kemerdekaan RI. Gue
mau kita bernostalgia tentang masa itu.
Dahulu saat Indonesia
baru berhasil memproklamirkan kemerdekaan, media seperti surat kabar dan radio
masih berada di bawah kendali penjajah Jepang. Para pejuang mengakali dengan
membuat pemancar radio, surat kabar tandingan serta menyebarkan melalui
selebaran. Capek ya, itulah niat tulus pejuang kita terdahulu lakukan sehingga
kini kita bisa goyang-goyang kaki sambil minum kopi tanpa harus jadi member
Romusha.
Andai sosial media
sudah ada kala itu, langsung deh komandan nanya begini kepada follower selaku
pasukannya:
Lapor komandan!!! Menurut informasi yang beredar, para
penjajah mulai mendekati markas. Oke, Segera Sebarkan!!! Jangan berhenti di
kamu!
Yang siap ikutan menyerang penjajah RT dan yang
nyalinya dan anu-nya kecil klik Like.
Biar gampang dicari tinggal bikin hastag
#PejuangSejati #RelaMati #BambuRuncing
Karena akun
komandannya ngga diproteksi, musuh ikutan stalking. Tak mau terkecoh, musuh
melakukan taktik balas yakni dengan mengirim pasukan anak-anak alay joget di TV
buat menyerang markas. #MisiBocor
Well... sekedar
intermezzo, kembali judul pembahasan kita tentang berita hoax. Media yang
semakin hari semakin gampang diakses. Ini dijadikan celah bagi orang-orang yang
ngga bertanggung jawab untuk menyebarkan berita hoax yang sangat meresahkan masyarakat.
Sering kita dibuat
kesal apalagi saat buka sosial media, banyak menyebarkan informasi hoax dari
kelompok ataupun teman sendiri lalu menyebarkan kembali secara berantai (read:
broadcast), nyeselin bukan. Setelah di check malah ngga benar lagi menyesatkan.
Sebelum sosial
messager berkembang pesat, SMS jadi salah satu cara target melakukan penyebaran
berita hoax salah satunya kisah dajjal yang ngga masuk akal:
Terdengar suara auman keras dajjal (memang dajjal udah jadi Singa Paddle Pop) yang menggema di mana-mana. Segera selamatkan diri anda, sanak keluarga dan teman anda dari fitnah keji dajjal. Sebarkan berita ini kepada teman-teman di kontak anda agar mereka selamat, jangan berhenti di anda.
Andai teman yang
menerima SMS ngga punya pulsa buat ngirim lagi sms ke orang lain gimana? Jadi dia
kena fitnah dajjal, duh teganya.
Ngga cuma berita
hoax yang disebarkan tapi kadang banyak oknum yang memanfaatkannya buat modus
penipuan, misalnya gini:
Modus Mama minta cucu pulsa saat disandera sindikat kartel obat bius internasional:
Ini mama lagi disandera sindikat kartel obat bius di wilayah Medellin, Kolumbia. Tolong kirim pulsa 50 rb segera. Jangan telepon/sms dulu. Nanti mama yang telepon balik, penting.
Contoh SMS ngehe
seperti ini bukan hal yang asing banyak pihak yang dirugikan baik secara
kepercayaan serta materi andai benar-benar jadi korban penipuan.
Lalu sejak SMS mulai turun pamornya, banyak yang
beralih menyebarkan berita melalui sosial messager melalui broadcast. Selain
lebih gampang tak perlu modal pulsa atau SMS sisa gratisan. Cukup modal nyari Wi-fi
gratis, apalagi semakin banyak grup chat akan makin mudah menyebarkan berita
hoax. Awas termakan berita hoax.....
Itulah kenapa broadcast kini jadi sesuatu yang ngga tulus, ngga mau ribet dan ngga sopan. Tanpa salam, datangnya tiba-tiba, dan kadang saat dibaca terlalu panjang mirip kayak pengantar obat tidur
Baru-baru ini gue
dapat broadcast dari teman tentang pendaftaran sebagai peserta uji nyali dan
hadiahnya lumayan gede. Di utamakan yang hafal surat kursi, bisa akting
kesurupan dan jago menjerit. Gue menyanggupi dengan latihan kesurupan, Ternyata
berita hoax-nya, pffft... gue ketipu.
Dan yang paling
ngehe adalah yang ini, siapa sih yang menyebarkan hingga kita jadi bener-bener
bego dan ikutan percaya. Bisa jadi karena yang mandi adalah kumpulan cewek-cewek
manis di sungai. Mungkin daerah itu aliran PDAM belum masuk.
Jelas Pembodohan publik |
Klik tombol 1 agar
air sungainya bisa surut. Di mana hubungannya, sungguh benar-benar pembodohan
publik. Tapi gue percaya karena bikin deg-degan dan ikutan menekan tombol 1.
Berarti gue termasuk korban gambar hoax...
Nah sebagai
pengalaman yang gue alamin, bisa teman-teman pembelajaran dan bisa
memilah-milah mana yang layak dicerna dan mana yang layak diacuhkan. Sebenarnya
guys, ngga sulit membedakan antara berita hoax dan berita realita. Yang sulit
itu membedakan cinta yang tulus sama sebatas PHP, hehe.. maaf yang lagi baper.
Baiklah apa sajakah itu, cekidot:
Pertama,
Tanyakan langsung kepada pihak yang bersangkutan apakah itu perorangan atau
kelompok. Melalui media sosialnya, media resmi hingga yang paling tepat kepada yang
bersangkutan langsung. Jangan langsung termakan pemberitaan yang simpang siur, banyak
oknum tak bertanggung jawab yang ingin tenar dari berita yang ia buat. Hanya
ingin beritanya banyak dibaca, dapat duit, dan penyebarnya jadi tenar.
Kedua,
penyebar berita hoax memulainya melalui broadcast, blog pribadi yang masih
diragukan keabsahannya, dan forum bebas yang tak kompeten. Banyak pihak yang
melakukan hal tersebut karena melalui media tersebut mereka ngga mengeluarkan biaya.
Apalagi media ternama tak mau namanya tercoret oleh para pembaca karena
mendapatkan informasi dari spekulasi yang ngga masuk akal untuk dicerna.
Ketiga,
liat sumber beritanya apakah berita itu ada mencantumkan sumber yang jelas dan
kompeten. Bisa dari nama penulisnya yang menjadi acuan merujuk bila berita yang
disebarkan menjadi keraguan publik. Publik bisa mengkritisi sang penulis andai
tulisan tersebut tak benar.
Keempat,
menggunakan kata-kata ilmiah namun sebenarnya ngga ilmiah dan diragukan kebenarannya.
Merujuk dari ilmuwan fiktif dan informasi dengan melabeli dari kampus ternama
di dunia. Siapa sih yang ngga tertarik dari informasi dari ilmuwan dan kampus
ternama namun ternyata beritanya hoax.
Ada baiknya check
lebih lanjut, apalagi berupa jurnal ilmiah. Kini berita hoax yang menerjemahkan
jurnal dan temuan dari ilmuwan terkemuka serba tanggung dan ngga nyambung.
Lebih baik kita baca langsung dari sumbernya. Google pun sangat canggih dengan melengkapi berbagai ftur keren yang memudahkan dan keabsahannya terjamin seperti fitur
scholar.google.com dan books.google.com
Kelima,
Memakai istilah asing untuk menjebak pembaca karena istilah asing terlihat keren
dan mudah dipercaya. Malahan artinya ngawur dan tak ada hubungan dengan berita
yang disebarkan. Lebih baik check dengan teman-teman yang lebih memahami istilah tersebut sebelum menyebarkannya kembali.
Keenam, memakai bahasa terkesan orang yang menerimanya menjadi
paranoid (read: ketakutan berlebih). Seperti yang gue jelasin di atas panjang
lebar, kalimatnya pasti mengandung kata-kata nan kampret seperti ini:
Sebarkan jangan berhenti di kamu, ini semua untuk
kebaikan umat kita. Duh ileh...!!!
Alur penyebar berita hoax:
Iseng ngga ada
kerjaan > buat berita hoax > masyarakat percaya > masyarakat ikutan
menyebarkan > si penyebar terkenal dan jadi artis
Dengan tingginya
tingkat pengangguran yang memenuhi warung kopi, sambil bengong ngga ada
kerjaan. Lagi ada pulsa lebih atau ada terkoneksi dengan jaringan Wi-fi gratis.
Kesempatan mengarang berita hoax sekalian biar ada kerjaan.
Melihat keadaan
masyarakat saat ini gampang susah dan gundah apalagi begitu banyak isu yang
bisa dikembangkan jadi kesempatan oleh para pengangguran dan orang iseng.
Apalagi di akhir zaman kini isu kiamat sudah dekat jadi isu yang sering
diangkat.
Kemunculan Dajjal, Turunnya Nabi Isa, Matahari akan
keluar dari sebelah barat, dan Touring bareng Yajuj dan Majuj.
Tak hanya menyebarkan
berita hoax, tapi berupa informasi lamaran pekerjaan atau mau duit cepat. Saat
dicheck ternyata modus penipuan untuk mencari mangsa. Kebayang ngga gimana
perasaan orang yang ketipu. Sudah lelah mendapatkan informasi, mempersiapkan segala
syarat, ternyata malah permainan dari pihak-pihak iseng. Ini harus di tindak
tegas.
Harusnya yang bikin berita hoax dapat ganjarannya
gini:
Isengan ngga ada
kerjaan > bikin berita hoax > masyarakat skeptis > masyarakat
mengadukan ke pihak berwajib > si penyebar masuk bui
Malah sebagai
sanksi tegas, pemerintah melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika melalui
UU ITE (Informasi Teknologi Elektronik) pada pasal 28 menegaskan:
1)Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian kepada konsumen dalam transaksi elektronik.
2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golong (SARA).
1)Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian kepada konsumen dalam transaksi elektronik.
2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golong (SARA).
Hayoo.... andai terbukti
itu berita hoax yang tersebar sangat meresahkan orang lain. Siap-siap saja
pelaku harus mendekam di balik jeruji besi dengan hukuman maksimal yakni 6
tahun dan denda maksimal adalah 1 Miliar. Serem juga ya, niat iseng-iseng
ngerjain temen atau orang lain. Pihak yang menerima merasa dirugikan ngga
terima dan melaporkan ke pihak berwajib, malamnya pelaku harus tidur di
dinginnya lantai penjara.
Makanya ada
baiknya pikir-pikir dulu sebelum menyebarkan informasi ke orang lain, karena informasi
yang gampang didapatkan kini membuat kita harus makin jeli menyaring mana yang
layak dibagikan dan mana yang layak dibuang.
So... pengalaman
apa saja yang kamu rasakan saat mendapatkan berita hoax, cerita di bawah ini.
Berita hoax tuh awalnya bikin terkejut, terus penasaran akhirnya dicheck sendiri. Ane pernah dapet berita hoax tentang lowongan kerja di taman safari gajinya 10juta/bulan tapi ngurus buaya. Dia nyertain link, dan persyaratan-persyaratan layaknya rekruitment. Akhirnya ane googling dan ternyata berita itu bohong. hahaha
ReplyDeleteArtikelnya menarik gan
Untung aja hoax gan, kasihan bukan. Pas besoknya mau terima gaji perdana, hari ini malah tidur di dalam lambung buaya.
Delete