Beberapa waktu
lalu, pemerintah mewacanakan menaikkan harga tarif rokok nasional kisaran harga Rp.50.000/bungkus.
Apabila benar terealisasi, saat nongkrong rokok jadi komoditi “mahal” yang bisa dipamer ke orang lain. Sebuah kabar buruk bagi perokok aktif karena harus ngirit dalam bakar rokok, sedikit-sedikit rokoknya dimatikan dan tak ada ada lagi istilah:
Hmm tanggung banget.... kenapa ngga 5 juta saja sekalian
Apabila benar terealisasi, saat nongkrong rokok jadi komoditi “mahal” yang bisa dipamer ke orang lain. Sebuah kabar buruk bagi perokok aktif karena harus ngirit dalam bakar rokok, sedikit-sedikit rokoknya dimatikan dan tak ada ada lagi istilah:
Bro... bagi rokok dong!!
Enak aja minta, beli sendiri tau!!
Rokok mahal cuy
Produsen rokok itu
adalah produk yang paling jujur dan kompeten. Sudah menuliskan kata-kata rokok
membunuhmu tak konsumennya makin ramai.
Penggantian logo rokok nanti menurut saya harus lebih inovatif serta sarat makna. Deretan gambar dari perokok yang mengidap penyakit kanker mulut, kanker leher, jantung membusuk, masalah gigi dan mulut.
Penggantian logo rokok nanti menurut saya harus lebih inovatif serta sarat makna. Deretan gambar dari perokok yang mengidap penyakit kanker mulut, kanker leher, jantung membusuk, masalah gigi dan mulut.
Jadi Tulisan:
Merokok sebabkan kanker mulut diganti gambar gelandangan kumal dan tulisan merokok sebabkan kantong jebol dan menderita di tanggal tua
Niat baik
pemerintah terutama mengurangi perokok dan para korban yang terpapar rokok.
Penolakan dari berbagai pihak mengalir deras, seperti rokok di negeri ini masih
banyak manfaat dibandingkan mudarat.
Negara pusing
tujuh keliling menghadapi problematika rokok. Menaikkan harga cukai rokok membuat banyak pihak
yang kehilangan lapangan pekerjaan. Tetap mempertahankan malahan memperburuk
kondisi kesehatan masyarakat.
Terbang jauh ke
barat Indonesia tepatnya Ibukota Provinsi Aceh, Kota Banda Aceh. Warkop sangat
mudah ditemui menjamur sepanjang jalanan dan nyari susah mencari kursi kosong
saat jam “ngopi”.
Ada yang menawarkan konsep sederhana dan sempit, hingga konsep futuristik khas pelayanan kelas Wahid disertai wi-fi nan ngebut. Warkop dikunjungi oleh pengunjung dari kalangan yang homogen (warga setempat) hingga pengunjung heterogen (bersifat dinamis).
Ada yang menawarkan konsep sederhana dan sempit, hingga konsep futuristik khas pelayanan kelas Wahid disertai wi-fi nan ngebut. Warkop dikunjungi oleh pengunjung dari kalangan yang homogen (warga setempat) hingga pengunjung heterogen (bersifat dinamis).
Warkop di Aceh
khususnya Kota Banda Aceh berbeda stigmanya dengan warkop di luar Aceh. Jauh
dari kesan kumal dan ketinggalan zaman, kesan aura mewah langsung terasa dan
didatangi oleh berbagai lapisan masyarakat dengan kebutuhan berbeda. Buat
kumpul-kumpul, buat tugas, nongkrong, berselancar di dunia maya hingga melepas
penat setelah seharian dilalaikan dengan kesibukan masing-masing.
Baca juga:
Warkop dan Waktu yang Terbuang
Kopi Aceh yang
begitu nikmat apalagi dinikmati dengan berbagai aneka panganan khas Aceh. Semua
tersedia dengan harga yang sangat terjangkau. Permasalahannya ialah Aceh merupakan
salah satu daerah perokok aktif tertinggi di Indonesia didominasi oleh kaum
lelaki. Tempat paling banyak warga Aceh (perokok) mengepulkan asap ke udara
ialah “warkop”.
Korban terbanyak
(read: perokok pasif) datangnya dari pengunjung lainnya yang tak merokok. Asap
yang mengepul ke mana-mana, buruknya sistem udara di warkop tersebut menambah
akumulasi asap. Derita pengunjung bertambah, harus menghirup emisi rokok yang
zat berbahaya terus-terusan hingga beranjak pulang.
Kemampuan asap rokok bisa bertahan dalam waktu dua sampai tiga jam mengendap di udara, walaupun tak lagi berbentuk asap putih yang terdeteksi oleh indera penciuman dan penglihatan kita. Akan tetapi nikotin dan antek-anteknya masih bertebaran di udara
Saya setiap kali
pulang dari warkop selalu dalam keadaan batuk, sesak dan nafas terasa berat
seakan-akan ada yang mengganjal. Performa paru-paru melemah, ia sepertinya
harus bekerja ekstra mencari oksigen terbaik yang telah bercampur dengan asap
rokok.
Saya sering sekali
dituduh oleh orang tua saya setelah pulang ke warkop dengan baru saja merokok,
padahal saya hanya korban asap. Apalagi pakaian saya bau rokok yang dikepulkan
pengunjung perokok.
Tak ada bedanya
mana yang perokok dan korban asap rokok. Pulang dari warkop tetap bau asap
rokok, hanya dari bau mulut saja. Siapa sih yang mau mencium bau nafas, tetap
patokan bau rokok adalah pakaian.
Sangat merugikan, apalagi pakaian yang kenakan sebelumnya disemprot harum semerbak parfum ternama. Hilang sekejap bercampur dengan berbagai zat berbahaya dalam rokok yang masuk dalam pori-pori pakaian.
Sangat merugikan, apalagi pakaian yang kenakan sebelumnya disemprot harum semerbak parfum ternama. Hilang sekejap bercampur dengan berbagai zat berbahaya dalam rokok yang masuk dalam pori-pori pakaian.
Begitu banyak
pengunjung warkop merasakan aura yang tak nyaman selama berada di warkop.
Terlebih lagi warkop hampir didominasi asap rokok hingga pengunjung yang
gampang sesak nafas mengurungkan niat untuk pergi. Kasihan bukan, terzalimi
asap.
Dengan wacana kenaikan harga rokok apakah asap rokok di warkop Kota Banda Aceh bisa hilang? Hanya waktu yang bisa menjawab dan regulasi ketat dari Pemko setempat selaku stakeholder
Membatasi
gerak-gerik asap rokok berarti salah satu cara menekan angka perokok di bawah
umur yang semakin tahun semakin besar. Hampir 7 dari 10 pengunjung warkop di
Aceh adalah perokok dan yang paling dominan adalah usia yang sangat produktif.
Masih muda, bertenaga, berperawakan rupawan tapi dari mulut mereka mengepul
asap putih ke udara.
Pemerintah Kota
Banda Aceh melalui gebrakan pembatasan rokok di tempat umum melalui Qanun Nomor
47 Tahun 2011 tentang KTR (Kawasan Tanpa Rokok) berupa kantor pemerintahan,
swasta, sarana kesehatan, sarana pendidikan, arena bermain anak, sarana
olahraga, tempat ibadah, pengisian bahan bakar, angkutan umum dan tempat umum
tertutup (termasuk warkop) hanya sebatas himbauan di atas kertas saja.
Anekdot bahwa di Aceh hanya di dalam laut yang bebas asap rokok karena tak bisa menyala, sisanya semua asap rokok mengepul bebas ke mana-mana
Himbauan seperti
kurang digubris oleh para perokok. Apa karena kurang ketatnya peraturan,
kurangnya sosialisasi pada lokasi KTR ataukah banyak dari pembuat kebijakan
ternyata perokok berat yang tak cas kepala dan terasa asam mulutnya saat tak
“narik”.
Malahan begitu banyak brosur rokok bertebaran ke atau dari menuju tempat pendidikan, rokok punya segudang iklan dan kata-kata yang ajakan halus nan menggoda.
Malahan begitu banyak brosur rokok bertebaran ke atau dari menuju tempat pendidikan, rokok punya segudang iklan dan kata-kata yang ajakan halus nan menggoda.
Bermodalkan model
nan rupawan yang menjadi inspirasi setiap jelang tengah malam. Siapa sih yang
tak tahu rokok adalah penyedia cukai terbesar negara dengan keuntungan yang
berlipat ganda pula rokok mampu menghidupi begitu banyak orang yang bekerja di
dalamnya. Semua pun sudah tahu, rokok di negeri ini jadi penyedia beasiswa yang
sangat populer. Uang-uang dari perokok mengalir ke berbagai aspek yang
menguntungkan.
Kata perokok, rokok dan kopi adalah dua sahabat sejati. Mereka adalah komponen yang sulit banget bisa dipisahkan. Sesungguhnya itu adalah kata-kata salah dan tak ada data valid
Kebijakan naiknya
harga rokok berkali-kali lipat sedikit
mengurangi kapabilitas perokok berat dengan mudahnya mengepulkan asal atau yang
baru memulai mengenal rokok harus berpikir dua kali merokok.
Saya pesimistis perokok menghilang akan tetapi bisa sedikit berkurang untuk level yang masih coba-coba dan berpangku tangan dari jajan orang tua.
Saya pesimistis perokok menghilang akan tetapi bisa sedikit berkurang untuk level yang masih coba-coba dan berpangku tangan dari jajan orang tua.
Andai rokok naik, ia akan jadi barang mahal di tongkrongan, sangat sedikit yang rela berbagi dan mereka semakin sadar bahwa sehat itu mahal apalagi sakit
Andai wacana
pemerintah nantinya terealisasi dan semakin ketatnya Pemko dalam membatasi
ruang perokok. Maka menurunkan angka perokok yang menganggap merokok hak
pribadi tetapi asap milik semua orang.
Tak hanya di
warkop selaku tempat umum, tempat lain yang masih begitu bersahaja perokok melakukan
aksinya ke tempat ibadah, lembaga pendidikan, instansi pemerintahan, rumah
sakit hingga di tempat pengisian bahan bakar.
Perlu tindak tegas
menekan angka perokok apalagi kebiasaan warga Aceh yang “suka ngopi dan
ngumpul” mengindikasikan zona ini harus sepenuhnya lepas dari asap rokok.
Pemerintah sudah berusaha, kini kembali ke masing-masing individu perokok yang
sayang temannya ataukah pengunjung lain menghirup kepulan dari asap darinya.
Pemilik usaha pun
ikut andil menyukseskan Qanun yang telah dibuat. Istilah aturan dibuat untuk
“dilanggar” bisa hilang, tetapi aturan dibuat untuk kemaslahatan semua.
Dengan begitu, mau
ngopi berapa lama pun, stigma warkop di Aceh bisa berlaku tempat umum tertutup
bebas asap rokok. Andai warkop bisa lebih melakukan gebrakan nyata serta
dukungan kuat Pemko dan pemilik usaha.
Di jamin warkop berubah bentuknya, apalagi dengan berbagai konsep minimalis mampu menyedot pengunjung tanpa pulang bau asap. Nyaman di pelayanan dan nyaman menghirup nafas.
Di jamin warkop berubah bentuknya, apalagi dengan berbagai konsep minimalis mampu menyedot pengunjung tanpa pulang bau asap. Nyaman di pelayanan dan nyaman menghirup nafas.
*Penulis menulis artikel
ini dalam keadaan menahan nafas dan sesekali menghembus nafas serta menghindari
kepulan asap rokok*
Kayanya susah tuh.. karena udah pasangannya antara rokok dan kopi.. di mall saja kalau ada cofee shop yang tidak boleh merokok, kondisinya tidak ramai..
ReplyDeleteRokok sudah ibarat istri, istri ketinggalan ngga apa-apa. Rokok dan korek tinggal langsung kelabakan.
Delete