Sekarang tak perlu
repot-repot lagi kuliah jauh-jauh dan takut kekurangan dana. Sudah tersedia
beragam beasiswa yang bisa dipilih sesuai pilihan penerima beasiswa, terpenting
memenuhi persyaratan yang tersedia. Semua berhak mendaftarkan diri.
Berasal dari
keluarga kurang mampu terbantu melalui beasiswa program pemerintah salah
satunya Program Bidik Misi. Berawal dari proses masuk kuliah hingga tamat
sesuai waktu yang ditetapkan semua ditanggung gratis. Ini jadi dorongan
semangat buat anak-anak negeri yang kurang mampu untuk sekolah bisa merasakan
nikmat pendidikan.
Pemerintah bangga
bisa terus menelurkan generasi terdidik melalui anggaran pendidikan yang
ditujukan kepada anak-anak negeri yang membutuhkan. Di saat proses perkuliahan,
beasiswa pun tak kalah banyak.
Mulai dari kampus setempat, perusahaan besar, hingga daerah asal si mahasiswa turut andil menawarkan beasiswa di saat studi. Mahasiswa diawal kuliah tak menerima beasiswa, berbondong-bondong memenuhi persyaratan.
Mulai dari kampus setempat, perusahaan besar, hingga daerah asal si mahasiswa turut andil menawarkan beasiswa di saat studi. Mahasiswa diawal kuliah tak menerima beasiswa, berbondong-bondong memenuhi persyaratan.
Misalnya:
IPK > 3,00
Berasal dari kalangan keluarga kurang mampu
Menyertakan surat kurang mampu dari lurah berasal setempat
Turut aktif di organisasi di dalam maupun luar kampus
Segala kemudahan
itu punya sisi gelap, apalagi sifat buruk masyarakat kita ingin terlihat miskin
di satu sisi namun sangat hartawan di sisi lain. Misalnya, contoh lain saat di
SPBU. Berbondong-bondong ikut antre di tempat pengisian BBM bersubsidi. Padahal
tunggang yang ia naiki adalah motor atau mobil mewah kelas atas.
Sama hal dengan
pengadaan beasiswa, syarat di atas yang saya tekankan sekali untuk kalangan
kurang mampu. Kala itulah begitu banyak mahasiswa ingin terlihat kurang mampu
padahal nyatanya sangat mampu. Mereka mengakali berbagai syarat dengan
mengatakan berasal dari keluarga miskin dengan meminta surat kurang mampu.
Mengubah gaji
orang tua dan memfoto rumah tua kakeknya di kampung. Seandainya ada kucing main
di atas genteng langsung roboh dan gerimis sedikit rumah langsung tergenang.
Sebegitunya hingga rela menggadai harga diri keluarga untuk memalsukan surat-surat untuk beasiswa. Apalagi kouta yang tersedia untuk beasiswa miskin sangat banyak, kesempatan mencari uang beasiswa pun tiba.
Sebegitunya hingga rela menggadai harga diri keluarga untuk memalsukan surat-surat untuk beasiswa. Apalagi kouta yang tersedia untuk beasiswa miskin sangat banyak, kesempatan mencari uang beasiswa pun tiba.
Setelah semua
syarat-syarat sudah terpenuhi, tinggal mengajukan berkas beasiswa. Beberapa
Minggu kemudian nama yang bersangkutan menjadi penerima beasiswa dari pemberi
beasiswa. Sedangkan mahasiswa tak mampu dan benar-benar memenuhi syarat malah
tereliminasi.
Mereka yang dapat tertawa senang dengan bangganya sambil berujar: Akhirnya dapat beasiswa, sambil tersenyum nyengir.
Hasil uang
didapatkan bukan diperuntukkan studi, tetapi buat beli barang mewah kelas atas.
Makan-makan di tempat elit dan liburan sambil hura-hura sekaligus buat
dipamerkan ke teman-teman yang tak dapat.
Mahasiswa umumnya punya jiwa idealis, melakukan demo
dan orasi saat ada wakil rakyat atau pemerintah melakukan tindakan yang
berpihak kepada rakyat.
Namun diam seribu bahasa saat ada mahasiswa berupa kolega atau dirinya sendiri dapat beasiswa yang bukan selayaknya ia dapat. Dengan alasan, kami kami juga layak. Koruptor kecil lahir dari kampus.
Namun diam seribu bahasa saat ada mahasiswa berupa kolega atau dirinya sendiri dapat beasiswa yang bukan selayaknya ia dapat. Dengan alasan, kami kami juga layak. Koruptor kecil lahir dari kampus.
Tak pernah ada
berita yang meliput demo dan orasi dari mahasiswa terhadap penerima beasiswa
yang tak layak menerima agar ditindak tegas. Semua seakan diam seribu bahasa
satu sama lain, saling berbisik satu satu sama lain untuk tutup mulut.
Selepas
menyelesaikan kuliah (level S1), bertabur beasiswa yang ditawarkan dari
berbagai donatur. Syaratnya yakni mahasiswa yang cerdas, kompeten dan mampu
bersaing ke depan. Persaingan yang semakin ketat antara lintas kampus membuat
calon yang lewat adalah mahasiswa kompoten.
Donator bila
dulunya saat S1 masih sebatas pemberi beasiswa hanya dari pemerintah,
perusahaan nasional, dan kampus. Saat ke jenjang yang lebih tinggi seperti
program magister dan doktoral, malah pemerintah luar negeri, perusahaan luar
negeri, LSM hingga kampus setempat.
Melanjutkan studi
ke jenjang yang lebih tinggi terjadi pengerucutan persaingan daerah, persaingan
lebih menjurus ke arah global. Bila dulunya hanya bersaing dengan teman-teman
kampus atau se-universitas dan se-daerah. Kini ke level nasional atau
internasional untuk bisa menggenggam tiket beasiswa.
Syarat yang
diberikan lebih berat dan perlu begitu banyak persiapan yang begitu matang
untuk dapat itu beasiswa. Dalam hal ini penerima dan pemberi memberikan syarat
yang wajib dipenuhi seperti kemampuan akademik, bahasa, program setelah tamat
hingga jiwa kepemimpinan dari penerima beasiswa.
Berbondong-bondong
siapa yang paling siap dan memenuhi syarat untuk turut serta. Dari proses
seleksi berkas, wawancara, waktu pelatihan, proses persiapan keberangkatan,
studi ke tujuan hingga proses kepulangan ke tanah air.
Memang yang
namanya beasiswa itu sulit banget. Harus
mempersiapkan dari hal terbesar hingga yang terkecil, hingga menunggu jadwal
keberangkatan yang lamanya bikin gregetan. Alternatif yang tak mau repot, pakai
duit pribadi dan pulangnya tak terikat oleh siapa pun.
Saya kembali teringat dulu pernah baca buku Habibie
berjudul: Detik-Detik yang Menentukan, di dalam sesuatu paragraf saya
menyimpulkan:
Saat beliau
bersekolah di Jerman, umumnya pelajar Indonesia yang berkuliah di Jerman
menggunakan biaya beasiswa dari pemerintah Indonesia. Dahulu mahasiswa yang
mendapatkan beasiswa luar negeri berasal dari kalangan anak-anak orang kaya.
Habibie hidup terlunta-lunta jauh dari tanah air dengan keuangan yang terbatas.
Bermodal dari
kirim uang dari orang tua hasil dari usaha kecil-kecilan ibunya membuka
katering dan kos-kosan. Habibie sukses dan berhasil mengejar mimpinya menjadi
insinyur pesawat terbang dan memiliki puluhan paten atas namanya. Perjuangan
dari keterbatasan maka beliau mampu merajut sukses.
Kuliah pakai duit
sendiri namun beliau tak pernah lupa pada negeri sendiri. Kembali ke tanah air
dengan mengabdikan semua ilmu yang ia dapatkan untuk kemajuan bangsa. Jarang
yang beginian sekarang, hasil uang pribadi malah lupa tanah air, lupa daratan.
Kembali ke masalah beasiswa, takaran beasiswa yang
kian banyak dan beragam menjadikan penerima beasiswa bisa memilih tujuan mana
ia bersekolah kelak. Mau ke negeri favorit, kampus favorit dan bidang studi
favorit di kampus.
Bila dilakukan
survei, hampir kebanyakan penerima beasiswa menginginkan kuliah di luar negeri.
Benar bukan? Itu tak bisa ditampik oleh pelamar.
Apalagi di luar negeri menawarkan jurusan dan universitas lebih kompeten, suasana belajar lebih hidup dan kondisi alam yang lebih eksotik dibandingkan di dalam negeri.
Apalagi di luar negeri menawarkan jurusan dan universitas lebih kompeten, suasana belajar lebih hidup dan kondisi alam yang lebih eksotik dibandingkan di dalam negeri.
Kadang penerima
beasiswa sengaja mencari lokasi perkuliahan yang jauh dari negeri sekalian bisa
jalan-jalan gratis berbasis studi. Memang itu hak si penerima, terutama
merasakan suasana baru selama pembelajaran di negeri orang. Itulah sebab banyak
dana beasiswa melenceng daripada tempatnya.
Dalam hal ini saya
mau sedikit mengulas tentang hal yang tak etis terutama dalam penyalahgunaan
dana (beasiswa) yang sudah lama menghinggap.
Pertama, paling
sering penerima beasiswa menyalahkan gunakan beasiswa buat bukan studi. Secara
finansial penerima beasiswa umumnya masih ada menerima uang kiriman dari
keluarga atau gaji di luar beasiswa untuk bertahan hidup.
Berupaya hidup seirit mungkin dan uang beasiswa bisa dimanfaatkan di luar kebutuhan, yakni mewujudkan secercah keinginan. Menurut saya tak salah dengan tujuan menabung untuk menghadapi masa depan yang relatif dinamis.
Berupaya hidup seirit mungkin dan uang beasiswa bisa dimanfaatkan di luar kebutuhan, yakni mewujudkan secercah keinginan. Menurut saya tak salah dengan tujuan menabung untuk menghadapi masa depan yang relatif dinamis.
Sebenarnya duit
yang diberikan pemberi beasiswa beragam. Misalnya pemerintah operasionalnya berasal dari
insentif pajak, perusahaan berasal dari dana khusus yang perusahaan tersebut
tujukan ke pendidikan.
Pernahkah terbesit bagaimana hati pemerintah, lembaga riset pendidikan, LSM hingga perusahaan penggelontorkan dana malah dananya diselewengkan bukan pada tempatnya.
Pernahkah terbesit bagaimana hati pemerintah, lembaga riset pendidikan, LSM hingga perusahaan penggelontorkan dana malah dananya diselewengkan bukan pada tempatnya.
Kasus yang parah
dana langsung ludes terpakai jauh dari operasional pendidikan dan biaya hidup.
Memang itu hak masing-masing dalam mengelola, tetapi banyak tujuan lain yang
bertentangan dengan studi yang dijalankan.
Misalnya kawin pakai duit beasiswa. Saat kekurangan duit malah kerja serabutan di negeri orang, jalan-jalan ke mana-mana sehingga harus makan pas-pasan dengan makan makanan tak bergizi. Duit beasiswanya ludes ke jalan-jalan atau beli barang menaikkan taraf hidup.
Misalnya kawin pakai duit beasiswa. Saat kekurangan duit malah kerja serabutan di negeri orang, jalan-jalan ke mana-mana sehingga harus makan pas-pasan dengan makan makanan tak bergizi. Duit beasiswanya ludes ke jalan-jalan atau beli barang menaikkan taraf hidup.
Nah di situ dapat
diperhatikan bahwa penerima beasiswa lebih mementingkan keinginan dibandingkan akan kebutuhan. Beasiswa diperuntukkan untuk sebagai program orang terdidik yang
kelak melakukan pengabdian nyata terhadap perjanjian yang ditetapkan. Sang pengabdi
kelak tampaknya tak layak, bila gaya hidupnya bertaraf tinggi.
Baca juga:
Kebutuhan vs Keinginan
Itu sedikit
terkait dengan berkembangnya jejaring sosial sebagai tempat eksis terutama pada
tempat yang dinilai indah dan eksotik. Misalnya foto tempat ia bersekolah di
luar negeri, tur ke negeri lain, selfie bareng beruang hingga kayang bareng
kangguru.
Satu sisi tak ada
yang salah, sisi lain begitu banyak teman-teman yang kurang beruntung saat
melihat bisa iri hati. Apalagi bila tujuan utama penerima beasiswa bukan ilmu
yang didapatkan tapi lebih ke kecenderungan pamer bahwa ia adalah orang hebat
terpilih.
Sungguh disayangkan bukan? Hanya mengharapkan jalan-jalan atau dikuliahkan secara gratis, lalu kabur hilang entah ke mana rimbanya. Bila nantinya saat kembali untuk mengabdi bekerja terasa tanpa motivasi, sebab mimpinya telah terwujud.
Sungguh disayangkan bukan? Hanya mengharapkan jalan-jalan atau dikuliahkan secara gratis, lalu kabur hilang entah ke mana rimbanya. Bila nantinya saat kembali untuk mengabdi bekerja terasa tanpa motivasi, sebab mimpinya telah terwujud.
Menurut opini
saya, beasiswa tanpa pamrih dan paling ikhlas tanpa balasan apapun itu dari
kedua orang tua. Kita hanya perlu amanah dan tak dituntut keras layaknya
pemberi beasiswa yang buat kamu terikat.
Syaratnya hanya hubungan darah dan ikatan batin, tak ada syarat yang berbelit-belit. Serta tanpa proses wawancara yang bikin keringat dingin.
Syaratnya hanya hubungan darah dan ikatan batin, tak ada syarat yang berbelit-belit. Serta tanpa proses wawancara yang bikin keringat dingin.
Sambil menutup
pencerahan ini, ingatlah tujuan utama dari beasiswa untuk membanggakan promotor dan
pengabdian manis kelak.
Siapa yang tak bangga bisa dapat beasiswa. Rasa bangga yang besar harus dibarengi lebih besar rasa malu apabila tak memberikan hal terbaik ke semua pihak, khususnya bangsa sekembali kelak.
Siapa yang tak bangga bisa dapat beasiswa. Rasa bangga yang besar harus dibarengi lebih besar rasa malu apabila tak memberikan hal terbaik ke semua pihak, khususnya bangsa sekembali kelak.
Andai anda pernah
menyaksikan dan merasakan, silakan berbagi pengalaman dan keluh-kesah kalian di
kolom komentar. Semoga memberi pencerahan.
itu benar sekali mas, kadang saya sedih melihatnya.
ReplyDeletesaya sangat suka dengan semua tulisan mas, semoga semakin keceh badai..
Terima kasih atas kunjungannya.
Delete