Rutinitas ngeblog
sudah jadi kebutuhan wajib bagi penulis blog (Blogger) dalam memposting
tulisannya Mereka punya segmen pembaca setia dari setiap informasi yang
disajikan di blognya. Tak mau kalah dengan media terkemuka, blog mereka malah
mampu menyaingi dan bahkan melewati pencapaian media.
Tulisan yang
lugas, jujur dan punya keunikan tersendiri jadi magnet tersendiri bagi para
pembaca. Gaya tulisan dan penyampaian unik menjadi salah satu ciri khas yang
dimiliki oleh Blogger. Kesan yang lebih informal dan nyantai berbeda dengan
media ternama yang harus memenuhi sejumlah syarat.
Ada beberapa gaya
bahasa model penyampaian, tergantung blogger tersebut kehendaki. Di dalam dunia
blogger ada dua model penyampaian yang begitu lazim digunakan. Model
penyampaian itu yakni storytelling (mengawali dengan cerita) dan listicle
(poin-poin penting).
Mau tahu apa saja perbedaan mendasar dari keduanya, berikut ini ulasan
mendalamnya.
Kita mulai pertama dari Storytelling. Model tulisan seperti ini begitu lekat dengan
pengalaman pribadi yang penulis rasakan dan lihat. Mulai dari pengalaman
jalan-jalan, mencicipi berbagai kuliner, sampai kemampuan menulis cerpen.
Storytelling jadi pengalaman berharga bagi pembaca setia rasakan.
Selain jumlahnya lumayan terbatas, penulis harus menentukan ide dasar terlebih
dahulu. Baru kemudian alur cerita dimulai. Inilah yang membuat storytelling
lebih lama proses menggarapnya dibandingkan dengan listicle.
Sedangkan listicle
lebih mengarah kepada sejumlah tips-tips atau mengulas poin-poin tertentu. Cara
ini lebih populer dan punya pembaca yang dominan. Selain itu proses
pembuatannya relatif lebih mudah dan tak memakan waktu lama.
Pertama sekali
dibuka oleh pembukaan atau perkenalan cerita, di dalamnya ada sejumlah sejumlah
tokoh atau dirinya sendiri sebagai tokoh utama. Melalui sudut pandang penulis
ia memulai storytelling-nya. Di mulai dengan menentukan alur atau plot,
latar cerita, gaya bahasa hingga penyampaian amanat.
Ada beberapa
komponen lainnya yang harus ada dalam storytelling dan perannya cukup penting, apa
sajakah itu:
Perkenalan, semua
cerita diawali dengan perkenalan akan tema cerita yang akan diangkat dan
dikembangkan penulis. Tujuannya cukup sederhana, agar para pembaca terarah
dengan alur cerita yang disajikan.
Konflik, setelah
perkenalan begitu mulus, akan tiba waktu penanjakan arah cerita ke konflik yang
ditimbulkan. Sebuah cerita yang baik sangat membutuhkan bumbu-bumbu konflik
yang menarik, agar pembaca semakin terpacu serta penasaran pada tulisan anda.
Konflik-konflik
bermunculan satu persatu hingga mencapai puncaknya (klimaks). Konflik yang
dihadirkan beragam, bisa saja dengan diri sendiri, dengan lingkungan, alam, dan
benda. Segalanya dijabarkan hingga puncak konflik, semisalnya saja menceritakan
pengalaman travelling pelik seperti.
Solusi,
setiap konflik yang terjadi maka harus ada penyelesaian akhirnya. Masalah
tersebut mampu penulis diatasi dengan caranya sendiri. Mengiring pembaca
penasaran akan solusinya yang dicapai. Setelah melewati fase klimaks, mulai masuk
dalam fase antiklimaks sebelum ditutup dengan manis dengan pemecahan solusi.
Sedikit
penjelasan, menyampaikan cerita tanpa solusi lebih mirip curhatan semata.
Selaku penulis yang kompeten, harus ada yang lebih dari curhatan semata. Solusi
yang dihadirkan kadang jadi daya tarik apabila punya gaya bahasa unik, tak
harus terlalu formal. Asalkan disesuaikan dengan pembacanya.
Kesimpulan,
apa yang telah anda bahas tadi akan terasa sia-sia andai tak ada hikmah yang
bisa dipetik. Pembaca yang telah menghabiskan waktunya membaca postingan anda
dan mendapatkan informasi dan pengetahuan yang anda transfer melalui tulisan.
Bila anda berhasil berarti tulisan anda termasuk digandrungi pembaca,
pertahankan itu.
Tak hanya saja,
cara memperkaya menulis storytelling dibutuhkan kemampuan terhadap
beberapa kerangka penting lainnya, apa sajakah itu:
Sederhana,
akan lebih bermakna andai tulisan yang ditulis sederhana serta tidak
bertele-tele. Siapa sih yang tidak kesal saat membaca, tulisannya malah meluber
ke mana-mana. Waktu pembaca terasa terbuang sia-sia, karena arah ceritanya tak
jelas.
Banyak pembaca
yang menyerah di tengah jalan, dibandingkan baca panjang-panjang lebih baik di
ia skip saja. Ada tulisan di blog
lain yang menarik dan sederhana.
Bagaimana dengan anda,
simpelkah alur cerita yang anda bawa selama ini?
Perkaya bahasa, tak
hanya menulis gaya storytelling saja, gaya menulis lain dibutuhkan
kemampuan kosa kata yang kaya. Tujuannya yakni memudahkan menulis dan membuat
tulisan yang anda tulis menjadi lebih bermakna.
Istilah-istilah
populer dan kekinian masuk dalam susunan kalimat yang anda susun untuk tulis di
postingan selanjutnya. Dijamin pembaca jadi manja membaca setiap tulisan yang
ditulis.
Runtun,
banyak yang bingung saat storytelling tak berurutan, itu sangat jelas
mengganggu dan buat pembaca salah fokus. Susunan dari konflik, solusi dan
kesimpulan harus runtun agar memudahkan pembaca. Tak harus serumit layaknya
menuliskan novel, terpenting pembaca mengerti makna yang ingin disampaikan
langsung oleh penulis.
Buat pembaca nyaman,
storytelling yang menarik ialah yang
tidak bertele-tele. Jangan sampai apa yang ia tulis lucu dan menarik, tetapi
bagi pembaca malah terlihat garing dan tak nyambung.
Salah satu cara
yang bisa dicoba agar pembaca nyaman adalah menulis dengan jujur ringan. Di
jamin pembaca nyaman dan terbawa dengan gaya bahasa serta penyampaian anda.
Cara lain yang
bisa dicoba ialah menggunakan kombinasi dengan gambar. Cara ini jadi alternatif
buat pembaca merasa nyaman, karena gambar sedikit banyak berpengaruh pada
kekuatan tulisan yang diangkat.
Selain itu,
paragraf terlalu panjang cukup banyak berpengaruh pada ketertarikan pembaca.
Banyak pembaca yang jenuh saat membaca tulisan dengan paragraf panjang. Pembaca
seakan kehilangan fokus sambil berkata:
Tadi sampai mana bacanya ya? Bacaannya hilang di dalam
tumpukan kalimat panjang.
Cara lainnya yang
cukup populer ialah listicle. Selain lebih gampang dipahami apalagi
setiap list sudah memberikan pesan secara langsung pada pembaca. Menulis
dengan cara ini banyak digunakan oleh para Blogger terutama menuliskan tips dan
tutorial.
Pembaca juga cukup
memahami setiap listicle atau
poin-poin yang dijabarkan, tak perlu terlalu fokus dalam paragraf
panjang dari storytelling. Cara ini banyak digunakan oleh artikel
populer dalam menuliskan artikel. Penulis hanya membutuhkan proses brainstroming ide dasar dan kemudian
dijadikan poin-poin.
Selain ringan
bentuk listicle cukup banyak berpengaruh pada jumlah artikel yang
berseliweran. dan berpotensi viral. Trik membuat artikel listicle terlihat rapi dan para pembaca hanya membutuhkan waktu
yang lebih singkat. Para penulis pemula banyak yang memulai dari gaya ngeblog listicle, termasuk saya pribadi.
Sebenarnya bagus
penyampaian yang mana, storytelling atau listicle?
Tergantung, ada
yang menyukai model storytelling dan suka kadung terbiasa dengan listicle.
Saya pribadi lebih suka mengkombinasikan keduanya, sesuai tulisan apa yang
diangkat nantinya.
Selain lebih mudah
dan jelas, pembaca jadi tidak mengantuk dan ada variasi cerita dengan poin-poin
tulisan. Pasti ada hal menarik ada kedua gaya ngeblog tersebut bisa disesuaikan
dengan tema yang anda angkat.
Jadi tunggu
apalagi, bisa silakan dicoba sekaligus memperkaya variasi tulisan anda di blog.
Di jamin para pembaca semakin betah berlama-lama di blog anda.
Semoga tulisan ini
menginspirasi dan memberikan secercah edukasi.
Izin menggunakan gambarnya. Terima kasih
ReplyDelete