Saat ini sedang
begini hits oleh musik elektronik yang sering disebut dengan EDM. Saya sering
sekali mendapatkan pertanyaan negatif dari teman dan kolega dengan genre musik
ini, seperti:
EDM itu musik aliran hore-hore dan clubbing gitu ya?
Itu aliran musik yang suka remix musik terkenal jadi aneh itu?
Musik yang lekat dengan party, mabuk dan bahkan narkotika ya?
Anggapan negatif
begitu melekat dan saya punya pandangan pribadi mengenai hal tersebut.
Sebenarnya sejak kapan EDM mulai terbentuk dan siapa penemunya?
Menurut sumber Wikipedia:
Awal mulanya genre musik ini mulai dipopulerkan oleh salah satu Giorgio Moroder
dan rekannya Pete Bellotte vokalis Donna Summer pada lagu “I Feel Love” para era 70-an. Mulai
saat itulah genre EDM mulai berkembang pesat dan kini telah masuk ke dalam prospek
industri musik yang menjanjikan.
Berbagai
peralatan elektronik menjadi instrumen penunjang di antaranya: Controller,
Mixer, Recorder, dan Keyboard. Selain itu aplikasi seperti Ableton, FL
Studio, Logic Pro, Pro tools dan
sebagainya. Tergantung apa yang akan digunakan oleh DJ Produser tersebut.
Secara tak
langsung, semuanya instrumen dan aplikasi tadi terintegrasi dengan Digital
Audio Workstation (DAW). Hampir semua musisi dan DJ produser menggunakan terutama pada proses merekam, mengedit, memproduksi file lagu, musik dan sejumlah efek suara. DAW
bukan hanya memproduksi musik saja, namun radio, televisi, podcast dan multimedia
bisa digunakan pada DAW.
Berikut ini
sejumlah anggapan yang sering terlontar dan saya selaku penikmat musik bisa
menjelaskan dan menjabarkannya. Apa sajakah itu, berikut ulasannya:
EDM identik dengan Remix, Pernyataan seperti ini sangat sering keluar dari
para pendengar sekilas akan EDM. Bagi mereka, EDM banyak memanfaatkan musik yang
telah terlebih dahulu populer dan kemudian diremix ulang sedemikian rupa. Nyatanya
tidak, malah banyak dari musik tenar saat ini ialah EDM.
Serta dalam
proses pembuatan musiknya hampir sama dengan musik saat ini. Mulai dari susunan
instrumen yang baik, beat, dan mixing seakan membuat jadi musik yang enak. Terbukti
banyak musik EDM tak hanya mengandalkan beat dan instrumen musik kosong saja.
Para DJ produser
ternama juga bekerja sama dengan penyanyi ternama dalam menggarap lagu atau
malah kebanjiran pekerjaan bekerja sama mengingat besarnya animo musik EDM saat
ini. Padahal banyak musik yang populer tersebut, siapa sangka aliran musiknya
adalah EDM.
Hanya play and pause, Praktisi EDM dianggap karena bermodal perangkap Midi
controler, CDJ, dan Turntable. Lalu tinggal play dan push musik yang sudah ada
di display.
Nyatanya tidak,
malah lebih sukar. DJ Produser harus merekam, mengedit, memproduksi file lagu,
musik dan sejumlah efek suara di studio menjadi satu kesatuan musik yang enak
didengar. Proses ini memakan waktu lama dan yang pasti DJ Produser tak mau fansnya
kecewa.
Apalagi sejumlah
fans punya sejumlah tuntunan besar agar selalu ada penyegaran lagu setiap
penampilan. Pasti sang DJ harus berpikir keras menciptakan tracklist yang
disukai penonton. Itulah mengapa, kemampuan wajib seorang DJ adalah tahu musik
yang populer dan bisa dikolaborasikan dengan lagi saat tampil.
Hanya ada satu genre, Anggapan
lain yang melenceng adalah EDM hanya satu jenis musik yang salah. Nyatanya ada
begitu banyak subgenre dari EDM, seperti House, Trance, Dubstep, Techno, Trap dan
sampai Hardcore.
Setiap aliran
musik punya BPM (Beat Per Minute) yang berbeda, tergantung genrenya.
Setiap EDM berada di kisaran 125 – 135 BPM. Kehebatan EDM ialah mampu berkolaborasi dari berbagai genre musik
lainnya berseberangan.
Misalnya RnB,
Pop, Hip-hop, Jazz, dan berbagai musik daerah yang diaransemen sedemikian rupa
menjadi terdengar segar. Apalagi musik lintas genre kini sangat digandrungi
saat ini dan berada pada chart billboard musik dunia.
Semuanya serba elektronik, Proses pembuatan musik EDM banyak bersinggungan dengan instrumen yang tak hanya virtual elektronik. Ada pula instrumen musik
sederhana dikolaborasikan seperti drum gitar, snare, piano, biola dan berbagai
unsur suara.
Semua disatukan
menjadi satu alunan musik yang enak didengar, karena banyak dari sejumlah DJ
produser tidak terpaku pada satu genre. Tujuannya agar bisa kreatif dalam menghasilkan
karya yang diinginkan oleh pasar.
Identik dengan
mabuk-mabukan dan narkoba, Anggapan lain
yang keliru ialah setiap rave party dekat dengan pesta miras dan
narkotika. Nyata untuk menggelar rave party, panitia acara butuh
pengaman ekstra ketat termasuk dari pihak kepolisian setempat termasuk membawa barang-barang terlarang akan disita hingga berurusan dengan pihak berwajib.
Pengamanan pun
tidak main-main, beberapa lapis pemeriksaan agar selama penyelenggaraan party
tidak mengganggu setiap DJ Produser yang tampil. Kini sejumlah rave party besar memakai teknologi Wristband yang memiliki Barcode. Saat memasuki arena rave party, itulah salah satu syarat wajib masuk dan juga pengenal selama party berlangsung.
Misalnya tak
membolehkan membawa flare, tongsis, kamera DSLR, pointer dan benda berbahaya
lainnya. Pihak panitia berhak menyitanya bila kedapatan sedangkan barang
terlarang harus berhadapan dengan pihak berwajib. Ketat bukan!!
Selain itu di
beberapa negara mulai menyelaraskan musik EDM ke semua kalangan, tak hanya
orang tua dan juga anak-anak bisa menyaksikan. Di Belanda dan Amerika, musik
EDM sudah dibuat semenarik dan eassy listening terutama semua kalangan.
Bukan hal yang
mengherankan saat ini anak-anak di bawah 17 tahun diperkenankan masuk, walaupun
diawasi oleh orang tuanya masing-masing. Bagi mereka musik EDM sudah melekat
sebagai budaya dan jauh dari citra negatif tersebut.
Stigma dengan klub malam, Tidak selamanya pertunjukan EDM dilakukan di klub
malam, selain tempatnya relatif kecil mengingat animo yang begitu besar.
Alternatif lainnya adalah dilakukan di lapangan terbuka atau di ruang outdoor
relatif besar misalnya stadion.
Memang puncak setiap
rave party EDM sering dilakukan pada malam hari. Itu ditunjang dengan berbagai
permainan LED visual grafis dan ledakan kembang api jadi ciri khas rave
party.
Namun tak
menutup kemungkinan rave party EDM yang berlangsung di siang hari, selain
mampu menyedot banyak pengunjung dari sejumlah kalangan. Panitia tak terlalu terlalu
dibebankan dengan LED visual grafis yang mahal. Apalagi para penonton masih
semangat.
Mengumbar aurat, Kini begitu banyak artis yang banting setir ke arah
Disc Jockey saat melihat animo dan kekurangan job. Menurut penulis mereka itu
mencari sensasi saat booming dunia EDM musik yang sedang gandrungi. Bermodal
musik dan play dan push langsung mereka tampil.
Karena miskin
skill dan memanfaatkan kepopuleran sebagai artis, mereka memanfaatkan dengan
mengumbar aurat. Sudah pasti bagi peminat EDM tidak terlalu tertarik dengan.
Itulah membuat citra EDM rusak, padahal hanya sebahagian kecil.
Bagi yang
benar-benar mencintai musik EDM, mengutamakan performa dan skill hal yang utama
bukan malah aurat.
Peraturan begitu bebas, untuk sebuah rave party butuh pemeriksaan
berlipat-lipat. Barang-barang yang tidak bisa dibawa masuk akan ditahan, proses
pemeriksaan yang lama terbukti bahwa setiap EDM konser tidak sebebas yang
dianggap oleh orang awam.
Sekilas tentang
dunia EDM, ada perbedaan mencolok antara DJ dan produser sehingga menimbulkan
salah kaprah. Seorang Produser bisa merangkap sebagai DJ seperti Martin Garrix,
Avicii, Tiesto, Calvin Harris, Skrillex dan sebagainya. Mereka bermain musik
dengan cara DJ, terutama saat ada tawaran manggung di Event rave party ternama.
Misalnya Ultra Music Festival, Tomorrowland, Creamfield, Electric Daisy Festival dan
dari tanah air ada Djakarta Warehouse Project.
Sedangkan DJ
punya lingkup lebih rendah dari Produser, mereka hanya bertugas sebagai pemutar
musik saat party. Mereka hanya sekedar meremix, memutar turntable, mengatur
susunan lagu, meloop, scratching, mendelay, dan mereverbation musik. Lingkupnya
biasa hanya sekedar DJ club atau DJ radio.
Ada hal unik lainnya,
misalnya ada pula Produser EDM yang tidak mau melepaskan embel-embel DJ di
belakang namanya walaupun sudah tenar, misalnya DJ Snake, DJ Feel dan DJ
Khaled.
Selain itu
banyak para DJ Produser yang menggunakan nama panggung setiap pertunjukannya.
Misalnya Hardwell, Marshmello, Avicii, Skrillex, Daft Punk.The Chainsmoker, dan
R3hab.
Ada pula yang
menutupi jadi diri mereka, apalagi popularitas di dunia EDM menjadi keharusan.
Alasan ini dipakai oleh Daft Punk, Alan Walker dan Marshmello untuk menutup
jati diri sembari tetap berkarya hebat di EDM. Jadi siapa DJ Produser
favorit kalian saat ini?
Itulah sejumlah
fakta unik tentang EDM. Apa sudah mengubah pandangan anda tentang musik EDM?
Bila belum bisa share alasan Anda dan semoga tulisan ini memberikan inspirasi anda Have a Nice Days.
Sekarang emang lagi trend kali musik EDM ya, bang. Di tanggal lagu Billboard pun banyakan musik ajeb-ajeb itu yang bertahan lama.
ReplyDeletePasar kita mengikuti tren musik EDM. Kalo dahulu EDM yang mengikuti pasar, apalagi genre musik lain seperti jalan di tempat. Dan EDM menjawab keinginan pecinta musik.
Delete