Siapa di sini
yang tak punya sosial media?
Pasti semua
punya dan bahkan install semuanya. Well... alasan sebahagian besar orang
membuat akun sosial media punya beragam, mulai dari personal branding, membentuk
komunitas, mendapatkan informasi, berbisnis sampai pada perkembangan trend.
Saat ini saya
pribadi pun memperhatikan perkembangan sosial media yang begitu eksis saat ini.
Apalagi saya selaku anak muda masa kini yang ngga ada kerjaan ikutan menyempatkan
waktu untuk menginstal hampir semua sosial media. Alhasil yang saya dapatkan
ialah kouta dan baterai HP cepat habis.
Persaingan yang
begitu keras dari setiap aplikasi sosial media membuat siapa yang tidak mampu
berkreasi dan berinovasi lebih berarti ia siap-siap mengali kubur sendiri. Namun
yang tak mengenakkan adalah inovasi yang nyaris sama satu sama lain atau malah
menjiplak kesuksesan perusahaan lain.
Coba
perhatikan, sekarang sudah hampir semua sosial media ternama menggunakan Story,
apakah itu Messenger, Instagram, dan terbaru adalah Whatsapp. Ternyata ide itu
sudah terlebih dahulu dicetus oleh pesaing mereka serta perusahaan baru
Snapchat. Otomatis Messenger, Instagram dan Whatapp adalah perusahaan menang
banyak karena mereka punya popularitas pengguna relatif besar.
Kira-kira seperti
perbandingannya pengguna Story ketiga sosial media tersebut:
Sedikit cerita
tentang berdirinya perusahaan Snapchat. Awal mulanya berasal dari pemikiran
tiga orang anak muda salah satunya Evan Spiegel dan dua orang temannya di
Stanford University yaitu Bobby Murphy dan Reggie Brown.
Nama terakhir
akhir harus kaki karena ketidakcocokan dengan kedua rekannya saat perusahaan
mereka awal mula berkembang pesawat. Awal mulanya pemilihan namanya ialah
Picaboo dan kemudian mereka berdua sepakat dengan menggantinya menjadi Snapchat.
Walaupun di
awal berdirinya sedikit kesulitan mencari pendanaan, akhir Snapchat berjaya dan
jadi aplikasi yang begitu digandrungi oleh para remaja. Kini Snapchat sedang
mempersiapkan diri untuk IPO di lantai bursa saham dengan target 3 Miliar USD.
Menggiurkan bukan.
Facebook selaku
perusahaan raksasa IT besutan Mark Zuckerberg ini melakukan akusisi ke sejumlah
perusahaan besar. Sejak awal mulanya berdiri Februari 2004, ada sebanyak 65
perusahaan yang telah berhasil diakusisi dan beberapanya ialah perusahaan ternama.
Sejumlah belanjaan Pesbuk |
Siapa yang tak
tahu dengan Whatsapp, Instagram dan Oculus VR. Untuk ketiga perusahaan tersebut
pihak Facebook harus merogoh kocek sebanyak 22 Miliar dollar.
Secara tak
langsung akusisi ini memperkuat lini suatu perusahaan dan kadang juga
menyamakan ide. Alhasil kini banyak kesamaan konsep yang ditawarkan dan memperlihatkan
sosial media tak punya keunikannya lagi.
Akhir-akhir ini
media sosial yang pernah diakusisi oleh Facebook tersebut yaitu Instagram yang
berpatok pada layanan photo sharing dan Whatsapp yang berpatok sebagai instant
messagging seakan begitu mirip dengan layanan mirip Snapchat yaitu fitur “Story”
Penjiplakan itu
membuat sosial media kini tak punya lain perbedaan satu sama lain. Bila dahulu
mereka yang suka menulis singkat 140 karakter di Twitter, berbagi foto bisa
memilih Instagram, chatting ria ada Whatsapp atau Line, serta yang suka menebar
berita hoax dan main game bisa kembali ke Facebook.
Kini perbedaan setiap
sosial media tak mencolok lagi. Berbagai alasan mengemuka, mulai dari banyak
perusahaan berada di divisi yang sama karena telah diakusisi dan miskin ide. Itu
jelas seakan membuat pengguna kecewa karena aplikasi yang ia install tak
punya keunikan tersendiri.
Memang setiap
sosial media punya segmennya masing-masing, bila semuanya sama untuk apa harus
install semuanya?
Anak muda dalam
negeri sering menginstal sejumlah aplikasi yang tidak digunakan, selain untuk
terlihat eksis dan kekinian. Kebiasaan anak muda kini sangat ingin dirinya bisa
membagi sejumlah aktivitas yang terlihat bahagia beragam untuk dilihat
pengikutnya, umumnya yang paling eksis menggunakan fitur itu ialah kaum wanita.
Sebagai contoh ini
kira-kira gambaran, berikut ini sejumlah data Instagram Story kaum hawa:
Dapat dilihat
bahwa tak hanya di Instagram, di Whatsaap dan juga Snapchat selaku pencetus
melakukan hal serupa. Akhirnya saat kita membuka sosial media A, kemudian B
yang ada potongan Story yang sama. Ibaratnya hanya memperbanyak dagangan
di lapak yang berbeda.
Setiap pengguna
sosial media punya penggunanya sesuai segmen yang ia inginkan. Misalnya saja Whatsapp
yang terkenal dengan instant Messenging harus punya Story, akibatnya
banyak pengguna tak terima inovasi tersebut. Ada baiknya dilakukan penyegaran
atau mungkin menambahkan fitur unik yang tidak dimiliki oleh sosial media A
namun dimiliki B sebagai ciri khas yang melekat.
Bila perusahaan
tersebut mau memikirkan hal tersebut yang pasti sosial media yang dulu punya keunikan
tersendiri dan konsep sederhana. Di jamin sosial media bisa kembali
mengasyikkan seperti dahulu dan yang pasti tak boros kouta.
Semoga
memberikan pencerahan dan Have a Nice Day
"Potongan Klip Drama Korea"
ReplyDeletewkwkwkwkwkwk
Tapi memang benar sih!
Terima kasih pencerahannya!
Apa boleh buat, karena Ig wanita tersebut cantik tetap saja di follow walaupun 'stories' nya nyeleneh semua.
Delete