Aku besar ingin jadi pesepakbola handal, ternyata saat besar harus kerja kantoran.
Aku ingin jadi musisi tenar dengan punya banyak fans setia, ternyata harus rela jadi pegawai bank.
Aku ingin jadi seniman yang punya karya fenomenal, ternyata tak ada pilihan lain selain jadi pelayan toko.
Itulah hidup
tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Berniat mengikuti
passion sebenarnya namun tak punya prospek yang lumayan cerah. Akibatnya tak
ada pilihan lain selain bekerja mengikuti desakan orang lain serta zaman.
Kita tarik
undur ke belakang, saat masih kecil begitu banyak bakat potensial yang
dimiliki. Namun perlahan-lahan menghilang karena itu semua hanya sebatas hobi
yang tak berkembang lebih lanjut. Tak ada lahan menyalurkan bakat-bakat unik
dan istimewa itu, alhasil bakat tersebut terkubur bersama cita-cita besar sang
anak.
Bukan hal yang
asing, saat anak-anak kecil yang tadi mulai beranjak dewasa. Tak ada pilihan
lain kecuali harus mengikuti patron yang sama dengan orang tuanya. Sedangkan hobi
ataupun itu passion-nya harus ditanggalkan atau harus dilupakan
selamanya.
Pepatah: Buah tidak
jauh dari pohonnya atau Like Father Like Son seperti sudah mendarah
daging. Memang sebenarnya sifat anak cenderung tak jauh dari kedua orang tuannya
tapi mimpi serta passion mereka bisa saja berbeda jauh dengan orang tuanya
inginkan. Bukan berarti sedarah harus searah, asalkan itu baik dan benar kenapa
harus jadi masalah.
Baiklah... bicara
tentang passion bagi yang belum tahu apa itu passion: semacam
hasrat atau kesenangan sekaligus hobi yang dilakukan sesuai keinginan tanpa
rasa capek dan keluh kesah. dan tidak menutup kemungkinan menghasilkan. Siapa
yang tak senang saat hobi yang dilakukan dibayar mahal saat orang lain harus
membayar mahal untuk sebuah hobi.
Memang cara
tersebut belum begitu populer di tanah air, apalagi saat ini ada 3 generasi berbeda
dalam menyikapi makna dari hobi, passion dan pekerjaan. Siapa sajakah
mereka dan bagaimana menyikapi makna tersebut, berikut ulasannya:
Pertama sekali
ialah bagi kalangan dari Generasi X, yang didominasi oleh kalangan kakek dan
nenek serta orang tua kita. Menurut pandangan mereka pekerjaan adalah sesuatu
yang dikerjakan mulai dari pagi hingga sore hari. Mengeluarkan keringat dan
kadang masih menggunakan menganut sistem 8 jam sehari, mereka juga tipe pekerja
keras.
Hobi bagi Generasi
X ialah sesuatu yang dilakukan saat
waktu senggang saja. Di saat hari libur tanggal merah datang atau akhir pekan
yang kosong. Hari kerja jangan harap pekerjaannya bisa diganggu gugat.
Melangkah ke
depan ada Generasi Y, konsep yang mereka percaya sedikit agak fleksibel.
Generasi ini mulai mempercayai passion tersebut, hanya saja masih sulit
bisa diwujudkan. Kecilnya atau malah tak ada peluang jadi alasan ragu akan masa
depannya kelak.
Pekerjaan yang
digeluti hampir sama dengan Generasi X, bekerja 8 jam sehari. Kadang harus
lembur sudah jadi kebiasaan hanya saja untuk lepas dari itu semua sangat sulit.
Generasi ini masih menganggap lebih baik mencintai apa yang dijalani
dibandingkan menjalani apa yang dicintai.
Peluang keluar
dari patron itu sangat sulit apalagi sudah berada di zona nyaman, walaupun di
dalam diri ada rasa memberontak dan mengubah arah hidup. Generasi hidup masa peralihan teknologi terutama
internet. Mereka berada di zona Generasi X yang bersifat kaku dan menjalani
hidup layaknya Generasi Z.
Terakhir ialah Generasi
Z, pada generasi ini telah mulai berani mempraktekkan passion yang
mereka rasa cocok dan sangat ingin keluar dari bayang-bayang yang tidak ia
sukai. Generasi ini menganggap bahwa hobi yang disenangi kenapa tidak digeluti
dengan cara yang serius dan bisa menghasilkan pundi-pundi uang.
Generasi yang
terakhir ini punya pemikiran yang sudah maju, mereka membuat patron baru dengan
bekerja secara fleksibel dan menghasilkan. Tak harus pergi ke kantor atau tak
harus kena macet dan keluar keringat.
Semua bisa bekerja
di mana saja sesuai tempat dan tidak lagi terpatron dengan jadwal bekerja 8
hari sehari dan 5 hari dalam seminggu. menjalankan bisa pakai pakaian seadanya,
tak perlu mandi dan kadang modal bersarung saja bisa bekerja. Atau tidak
terpengaruh tanggal sesuai hari kerja.
Namun itu semua
ada dasarnya terutama di dalam negeri. Selain itu faktor pekerjaan yang diidam-idamkan
pada generasi sebelumnya seperti sudah usang dengan zaman. Ada juga karena pekerjaan
mencapai titik jenuh karena lebih banyak yang mencari kerja dibandingkan
membuat lapangan kerja.
Generasi Z pun
banyak yang ingin mewujudkan cita-citanya sesuai passion walaupun masih
tetap dianggap sebelah mata. Berbagai asal menyeruak, seperti masa depan tak
jelas dan bersifat kontak atau tidak bersifat permanen. Apalagi pekerjaan
kantoran tetap jadi primadona meyakinkan orang tua dan calon mertua.
Sebagai Generasi
Z jangan berkecil hati, semua yang dilakukan ada benarnya asalkan percaya bahwa
setiap yang dilakukan sesuatu kemauan hati. Punya skill kekinian dan
mengedepankan passionate jadi modal berharga.
Saya pribadi
membaca sekilas tentang skill dan passionate tidak akan lekang
sama zaman. Pekerjaan yang sedang eksis saat ini bisa saja tergantikan dengan karena
kemajuan teknologi dan masanya.
Dahulu sebelum
teknologi sakelar lampu, ada pekerjaan bernama Lampfighter. Tugasnya
sederhana, cukup terampil dalam menghidupkan dan mematikan lampu saat malam dan
pagi hari. Namun saat ini itu tidak ada lagi pekerjaan seperti itu, sudah
digantikan dengan teknologi. Saat ini tukang parkir, supir atau pengantar
barang jenis pekerjaan yang menjanjikan. Di masa depan bisa saja tergantikan
dengan smart parking, autopilot driving dan drone.
Seperti itu
pulalah pekerjaan yang menjanjikan saat ini, terasa telah usang dengan
zamannya. Peran teknologi menghasilkan ladang rezeki dan skill baru yang tidak
diketahui generasi sebelumnya. Saat itulah lahirlah sejumlah passion baru
lainnya,
Jadi tak usah
takut menjalani masa depan sesuai passion, itulah mengapa menjalankan passion
harus dipikirkan matang-matang. Karena butuh perjuangan dari besar dibandingkan
mengikuti patron yang berlaku dan kreatif jadi modal berharga.
Jadi itu tak masalah tetap mengikuti apa yang sudah menjadi patron
atau mengikuti passion. Semua sah-sah saja, bukan berarti mengikuti passion
itu baik atau mengikuti zaman salah. Semua kembali bagaimana cara menanggapinya
dan persiapan diri sematang mungkin menjalani masa depan.
Toh dari itu semua, jangan lupa bahagia. Salam damai semuanya.
Ya, hobi kita kadang tidak sesuai dengan keinginan orang tua.. tapi siapa yg peduli? Kita yg menjalani.. orangtua berperan hnya untuk mengarahkan kita saja. :)
ReplyDeleteiya.. kadang keegoisan orang tua membuat setiap bakat terpendam anaknya terkubur selamanya. Saran yang bagus mas
Delete