Hampir setiap
harinya kita berselancar di dunia maya, mulai dari membuka aplikasi Instant Messaging,
mengecheck email pemberitahuan, situs berbagi video hingga mencari informasi di
berbagai kanal kanal berita. Akses internet yang begitu mudah membuat hampir
sebahagian besar generasi millenial menghabiskan waktunya menatap gadget
masing-masing.
Jelas asyik....,
hanya dari duduk menatap gadget saja, dalam sekejap serta satu waktu bisa mendapatkan
segala informasi, membayar transaksi online, hingga stalking akun
gebetan. Kalau ditarik beberapa dekade awal 2000-an atau akhir 90-an, semua
masih terasa sulit dan butuh usaha keras.
Mau mencari
informasi harus beli koran atau pergi ke pustaka letaknya jauh. Mau belanja harus ke pasar sambil rebutan barang yang di
mau dan mau tahu informasi tentang gebetan harus tanya sama temannya langsung.
Misalnya, untuk
bisa mengetahui alamat orang disukai atau mendapatkan saja foto butuh usaha
yang sangat keras. Harus tahu temannya siapa, tukaran diary hingga aksi
gila mencuri foto gebetan di ruang tata usaha.
Zaman sekarang
begitu gampang, cukup dengan mencari tahu nama dan dalam sekejap bisa bisa tahu
sang gebetan dan di sosial media mana ia
eksis. Tinggal follow dan dalam sekejap bisa tahu semua tentang si dia dan
bahkan aktivitas sehari-harinya.
Secara tak
langsung batas privasi sudah tergerus, bila dahulu kita sangat takut dengan
orang asing yang tidak dikenal. Kini berlomba untuk terkenal termasuk mengumbar
masalah privasi kepada siapa pun.
Tidak semua
orang yang jadi follower tahu tentang diri anda, bisa saja hater atau
langsung menghukum anda. Misalnya foto atau perkataan anda yang kurang etis,
karena dia tidak mengenal anda sepenuhnya. Salah satu cara dengan mengirim skrinshot
ke orang lain dan akibatnya anda bisa saja malu hingga dibully hingga bermasalah
dengan hukum.
Pihak yang
paling sering dirugikan biasa kaum wanita, kasus yang paling sering menimpa
adalah penyalahgunaan foto dan video di sosial media. Walaupun pria tidak
menutup kemungkinan, khususnya pria yang kurang PD dengan penampilannya
sehingga memakai foto orang lain yang terlihat tampan terutama menggaet para
wanita lugu di dunia maya.
Untuk kasus
kaum wanita sering dijadikan sebagai bahan konsumsi khususnya para lelaki. Tak
hanya itu saja, pelaku sering kali memanfaatkan foto hasil curian dari skrinshot,
save picture dan sebagainya. Bisanya digunakan untuk menggaet para korban,
mereka yang tertipu nantinya akan diperas habis-habisan.
Internet membuat
batas privasi yang makin sempit
Secara tak
langsung internet mulai memasuki semua sendi kehidupan secara menyeluruh. Semua
fokus menunduk pada gadgetnya masing-masing, panik saat baterainya lowbat
dan pusing saat kouta paket habis. Itu makin parah dengan batas privasi
mulai tergerus perlahan-lahan, malah ada
yang sengaja menyebarkan hal privasinya di dunia maya atau dari pihak ketiga.
Ada hal yang
mengganjal yaitu saat ini yaitu masalah privasi bagi saya pribadi ini adalah
masalah serius. Tak hanya itu saja, malahan dari kita sendiri yang membuka
aibnya di sosial media atau grup chatting dengan bangganya. Bisa sebagai
bahan tertawaan bersama atau untuk mencari simpatik hingga like yang
banyak. Miris bukan!
Walaupun
banyak instant messaging yang menggunakan fitur end to end
encryption, tetap saja bisa disadap oleh orang tak bertanggung jawab untuk
kepentingan umum. Apalagi pemerintah saat ini mulai memata-matai gerak-gerik
orang yang mencurigai seperti terorisme hingga kasus makar di sosial media
serta instant messaging caranya dengan melakukan aksi penyadapan. Kerja
sama ini dinilai dapat membatasi nilai privasi pengguna akan privasi yang
diawasi.
Privasi yang
diumbar oleh penyedia layanan atau mengumpulkan data, saat ini banyak dari
penyedia yang harus bekerja sama dengan pemerintah. Salah satu alasan kuat
ialah masalah spionase dan terorisme. Padahal menurut penulis pribadi, masalah
yang paling serius yaitu saat tidak ada sosial media yang dapat dipercaya
secara penuh menjaga privasi penggunanya.
Baca juga: Hati-Hati di Internet, Semua Bisa Terlacak
Pasti ingatan kita
masih segar dengan kasus Wikileaks dan yang terbaru ialah Panama Paper. Bocornya
sekian banyak data pemerintah dan para pesohor dunia dan disebarluaskan di
dunia maya. Itu jelas privasi dan masalah keamanan data jadi hal serius.
Dahulu bagi
sebahagian kita kenal dengan istilah “sahabat pena”. Paling surat yang dikirim
hanya tukang pos tahu isi (bila dia iseng). Kini semua data pribadi bisa bocor
dan tersebar bebas di internet. Siapa saja bisa mengaksesnya kapan saja dan di
mana saja.
Ayo sedikit kita
putar satu dekade ke belakang, saat pertama sekali ponsel layar sentuh hadir dan
menjamah pengguna gadget. Saat itu mungkin tidak ada yang berpikir dengan
ponsel yang notabennya hanya untuk menelepon dan SMS-an semata,
Sekarang dengan
mudah bisa transfer duit hanya dari sekali pencet atau dari pesan tiket pesawat
tak harus antre di loket pembayaran. Artinya teknologi memberi kemudahan dan
juga permasalahan manusia saat ini yaitu ruang privasi yang begitu sempit.
Internet kini
telah jadi kebutuhan banyak orang di Indonesia, itu didukung dengan besarnya
akses internet di tanah air. Untuk di kawasan Asia Pasifik, Indonesia ialah
negara yang paling doyan mengakses internet. Setidaknya masyarakat menghabiskan
waktu sebanyak 181 hanya dari mengakses telepon seluler dalam sehari dan belum
termasuk perangkat teknologi lainnya.
Angka tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain yang ada di kawasan Asia Pasifik
yang hanya rata-rata hanya menghabiskan 150 menit mengakses internet. Waktu
sebanyak itu lebih banyak dihabiskan untuk mengakses jejaring sosial dan juga
berita.
Tak hanya itu
saja, berdasarkan riset yang dilakukan oleh We Are Social dan Hootsuite
di tahun 2017. Pengguna internet di tanah air mengalami pertumbuhan pesat di
angka 51% dalam kurun waktu hanya setahun. Jelas itu sebuah angka terbesar
dibandingkan negara lain yang hanya berada di angka 10 %. Negara yang mendekati
Indonesia hanya Filipina dan Meksiko yaitu di angka 27%.
Perangkat yang
paling sering digunakan ialah perangkat mobile yaitu di angka 69% atau
nomor 4 di dunia. Hanya kalah dengan Nigeria, India, dan Afrika Selatan yang
masing-masing berada di angka 81%, 79%, dan 78%.
Yang paling
banyak diakses ialah sosial media, angka tersebut mencapai 82,05%. Kalah jauh
dengan mencari informasi dan berita di angka 73,5%. Selain itu internet juga
digunakan sebagai saran liburan yaitu di angka 45,1% dan terakhir untuk mencari
referensi hanya 35%.
Besarnya angka
yang mengakses sosial media jelas menunjukkan masyarakat kita suka berbagi.
Mulai dari chat, foto, dan video kepada sesama pada sejumlah sosial media.
Akibatnya dengan mudah ditemukan kebiasaan pamer hingga mengangkat masalah
privasi ke umum.
Coba ditilik
kembali saat mengunduh dan menginstall aplikasi mumpuni di gadget anda. Maka
secara tak langsung program aplikasi tersebut meminta izin anda untuk
menyetujui persyaratan beberapa hal privasi, misanya data kontak, foto, lokasi,
dan lain sebagainya.
Salah satu
aplikasi yang paling getol membutuhkan dan mengetahui lokasi anda yaitu
transportasi online. Mulai dari alamat rumah, lokasi bekerja hingga
tempat anda bisa nongkrong. Padahal itu ruang privasi anda, namun di zaman
millenial privasi lokasi jadi hal yang samar-samar dan semakin sempit
lingkupnya.
Privasi yang
mulai terbatas tersebut bisa digunakan sebagai data berharga bagi pemilik
program, mulai dari lokasi anda, kegemaran anda misalnya dalam berbelanja
hingga menjelajah ke berbagai video. Semua akan berkaitan sesuai minat anda.
Lalu anda pasti
sering menerima SMS tidak jelas siapa pengirimnya. Walaupun peran SMS mulai
mengecil setelah adanya instant messaging,
ternyata sering digunakan oknum menyebalkan dan tidak bertanggung jawab. Kontak
anda mungkin hanya diketahui oleh karib kerabat namun ini banyak oknum yang
mengirim SMS tanpa permisi.
Misalnya di
pagi hari kalian pasti membuka inbox SMS menemukan nomor tidak jelas,
mulai menawarkan barang dan jasa semisalnya jasa sedot tinja hingga promo
bubuk Abate. Jelas itu seperti spam pada email, jelas sangat berbahaya andai
kontak anda telah tersebar luas hingga jatuh ke orang yang salah. Pelakunya
ialah oknum tertentu mendapatkan nomor anda karena privasi nomor telepon dengan
mudah ditemukan.
Kembali lagi
kita mundur jauh ke belakang, dahulu untuk bisa mendapatkan nomor telepon orang
yang anda suka susahnya minta ampun. Pertama sekali kalian atau orang tersebut
harus memiliki telepon rumah.
Lalu punya buku
telepon, dengan mencari nama kepala keluarga di rumah target. Itu menelepon
kadang butuh keberanian, apalagi yang mengangkat telepon adalah orang tuanya. Siap-siaplah menutup telepon karena ketakutan
dengan suara orang tuannya.
Sekarang cukup
mudah, dengan mengetahui nomor telepon maka kita langsung tahu dia menggunakan instant
messaging apa saja seperti Whatsapp, Line hingga Telegram. Ada juga dengan
mengikuti sejumlah akun sosial media dan dalam sekejap langsung tahu dan
bertegur sapa.
Tak hanya itu
saja, sejumlah aplikasi mengedepankan berbagai ekosistem setiap pengguna. Mulai
dari yang suka curhat panjang bisa di Facebook, suka berkicau bisa di platform Twitter,
upload foto di Instagram, dan yang suka musik bisa upload di Soundcloud.
Semua tak ada
salah, apalagi sosial media jadi salah satu alat mengapresiasikan diri saat di
dunia nyata ruang itu terlalu sempit. Namun banyak ruang-ruang privasi yang
mulai dibuka secara blak-blakan di sosial media.
Akibatnya
program punya akses semua privasi yang anda miliki yang kapan saja bisa saja
bocor oleh orang yang tidak bertanggung jawab menggunakannya. Walaupun kita
tidak disadap namun ada beberapa ruang privasi kita yang digerus oleh sejumlah
aplikasi.
Pasti kalian
tak asing dengan status galau tidak jelas, check in asal nongkrong di
mana hingga foto bibir duckface di sosial media. Seakan dirinya sendiri
yang membuka privasi dan aib ke banyak orang lain. Bisa saja semua informasi
itu dimanfaatkan orang lain mulai dari bahan bully hingga aksi penculikan
selanjutnya ginjalnya diambil. Hayo!!
Baca juga: Jangan jadi Pengguna Sosial Media yang Kebablasan
Bagi kalian
yang suka pamer di internet khususnya yang suka upload foto atau video
di internet harus hati-hati. Sangat sulit atau tidak mungkin menghapusnya
secara total, apalagi foto dan video yang kalian upload mendadak
bertentangan atau dimanfaatkan orang lain. Banyak server yang menyimpan
dan menduplikatnya, sebaiknya pertimbangkan dulu masak-masak dan bijak dalam
menggunakan internet.
Internet punya
ruang yang sangat luas dari masyarakat dunia menyebutkan dengan cyberspace.
Ruang yang begitu besar tersebut membuat siapa saja pengguna bisa masuk tanpa
memiliki akun sekalipun. Apalagi mesin pencari menghubungkan sejumlah sosial
media di daftar pencaharian yang diinginkan.
Semua bisa
masuk ke ruangan itu dan akun tersebut tidak di privasi sehingga siapa saja
bisa masuk, tahu lebih banyak hingga mengambil data. Akibatnya ada orang usil
yang mengambil untuk kepentingan pribadi tanpa mencantumkan sumber. Misalnya
membuat akun palsu untuk menipu orang lain.
Nah...
sebaiknya hati-hati di internet, apalagi internet bisa digunakan oleh siapa
saja. Mulai dari bocah yang baru bisa berjalan hingga kakek rentan yang mulai
bau tanah. Sebaiknya bijak dan terpenting menjaga batas privasi pada zonanya.
Apa yang layak dibagikan atau tidak.
Hidup itu butuhnya bukti bukan apresiasi semu hingga mengorbankan privasi.
Saya pribadi
memprediksi manusia di masa depan akan kembali menutup rapat segala keterbukaan
seperti saat ini. Faktor yang jadi alasan yaitu rasa jenuh hanya untuk
mendapatkan apresiasi manusia lainnya termasuk mengekspos privasi secara
berlebihan.
Nah... bagaimana pengalaman pribadi kalian tentang masalah privasi,
silakan cerita anda di kolom komentar. Semoga menginspirasi.
Makasih gan infonya
ReplyDeleteterima kasih informasinya, sangat bermanfaat....
ReplyDeleteMantap gan, thanks untuk ilmunya...
ReplyDeletePrivasi itu sangat penting guys bagi saya...
Itulah alasannya harus ada batas privasi khususnya di sosmed
ReplyDeletePrivasi memang hal penting yang harus dijaga
ReplyDeleteIya mas... Apalagi banyak orang kini yang sengaja mengumbarnya sebagai gaya hidup
DeleteTerima kasih ya kak, artikelnya bagus untuk dipahami agar kita tidak mudah untuk mempublikasikan hal apapun dan agar kita lebih cermat terutama dalam menggunakan media sosial. Perkenalkan kak saya Rofi dari www.atmaluhur.ac.id
ReplyDelete