Zaman berubah
dengan cepatnya, perubahan itu jelas terasa sangat kentara khususnya pada
interaksi manusia dengan teknologi yang semakin intens. Perubahan itu jelas berpengaruh
kepada siapa saja termasuk anak-anak.
Bukan hal mengherankan
saat melihat balita sudah fasih menonton Youtube atau aksi bermain game dari
gawai yang diberikan orang tuanya. Nah... harus hati-hati, sebab anak-anak
belum mampu memproteksi dirinya dari teknologi termasuk efek negatifnya.
Mungkin kita
akrab dengan generasi millenial yang sangat akrab dengan teknologi, tunggu
dahulu.. sekarang zamannya Generasi Alpha. Generasi yang lahir di atas kuartal
kedua millenial (tepatnya di atas tahun 2010). Mereka besar dan hidup di
tengah-tengah perkembangan teknologi yang sedang pesat-pesatnya.
Anda masuk generasi apa? |
Perkembangan
dan rasa ingin tahu jelas sangat besar, jangan heran saat anak-anak lebih cepat
paham dari generasi sebelumnya. Semua berbeda dengan generasi sebelumnya,
mereka harus menyesuaikan dengan perubahan zaman sehingga banyak yang
tertinggal di bidang teknologi.
Semua semakin
pelik karena anak-anak juga peniru yang baik, segala yang dilakukan oleh orang
terdekatnya kemudian ditiru habis-habisan. Jangan harap sang anak tidak meminta
dan merengek minta gawai karena penasaran apa yang dilakukan oleh yang lebih
tua darinya. Rasa penasaran dan mau tahu terus timbul dari benak sang anak.
Terjadi kecemburuan sosial sudah pasti, apalagi buat anak-anak.
Mereka juga ingin berselancar dunia maya seperti para tetua yang duluan
mengenal dan eksis di dalamnya. Akan tetapi anak-anak belum mampu menggunakan
bijak dan banyak dari aplikasi yang tersedia tidak ramah anak. Jelas sangat
mempengaruhi tumbuh kembang si anak nantinya.
Proses perkembangan internet yang cepat membuat anak-anak jadi
lebih dewasa dibandingkan dengan usianya. Saat usianya masih saatnya bermain tanah
dengan dengan temannya, kini anak zaman now sudah sibuk bermain dengan
gawai.
Baca juga: Ayo Batasi Penggunaan Teknologi pada Anak
Batasan internet saat ini sudah mulai mencakup segala umur, mungkin
dahulu internet hanya diperlukan buat mereka yang sangat aktif di dunia maya
saja. Namun kini semua mengaksesnya. Mulai dari murahnya kouta dan akses
internet tanpa batas di mana saja dan kapan saja. Jelas saja hal ini mampu
membuat siapa datang dan mengaksesnya tanpa terkecuali.
Kapan anak-anak
perlu dikenalkan teknologi?
Kebutuhan akan
teknologi sudah jadi kebutuhan wajib bagi siapa saja termasuk anak-anak yang
tak mau kalah dalam mengakses teknologi. Memang bukan hal yang mengherankan
saat anak-anak sudah akrab sejak dini dengan gawai.
Harus ada usia
yang tepat memperkenalkan teknologi kepada mereka. Saya pun memperhatikan
dengan seksama pada sejumlah CEO teknologi ternama di dunia punya aturan ketat
dalam penggunaan gawai pada sang buah hatinya. Mereka melarang penggunaan gawai
sebelum usia yang tepat dan yaitu berusia > 13 tahun.
Penelitian juga
membeberkan bahwa tidak disarankan orang tua memperkenalkan anak dengan
teknologi terlalu dini. Apalagi sejumlah fungsi organ tubuh sedang proses
perkembangan dan belum dirasa dengan pantas dengan usia mereka. Pembelajaran
terbaik dengan cara interaksi dan pengalaman dunia nyata. Seperti interaksi
rutin dengan orang terdekat dan bermain dengan teman-temannya untuk mengasah
kemampuannya di usia dini.
Barulah para
ahli sepakat saat menjelang usia sekolah anak mulai diperkenalkan dengan
teknologi sebagai alat bantu belajar bukan media bermain penuh. Perangkat
teknologi menghadirkan gambar dan suara yang lebih beragam.
Harus diingat
juga peran orang sangat besar dalam mengontrol tindak-tanduk si anak dalam
menggunakan gawai. Intensitas yang tinggi jelas mengganggu aktivitas dan
membuat candu. Termasuk mengontrol sang anak jauh dalam mengakses konten
negatif.
Saya melihat orang
tua kini malah bangga saat anaknya sudah begitu mandiri dalam menggunakan gawai
padahal tidak baik buat tumbuh kembangnya. Gawai sifatnya candu dan membuka
peluang sang buah hati buat mengakses hal-hal negatif. Gawai dan koneksi internet
gerbang yang paling mudah mempengaruhi perilakunya.
Saya juga
pernah membaca bahwa anak-anak dari raksasa teknologi dunia di Kawasan elit
Silicon Valley. Mereka malah menyekolahkan anak-anaknya di sekolah sederhana
tanpa teknologi yaitu di Waldorf School of the Peninsula. Anak-anak diasah
dengan aktivitas melibatkan fisik, kreativitas, dan keterampilannya. Semuanya
jauh dari segala perangkat teknologi, kertas dan pulpen jadi senjata andalan dalam
menulis.
Waldorf School menawarkan pendidikan tanpa teknologi |
Itu berbanding
terbalik di tanah air, baru-baru ini adik sepupu saya yang masih sangat belia
membuat saya geleng-geleng. Selepas pulang sekolah mereka disuruh mencari PR oleh
gurunya di sekolah. Akibatnya ia harus menyelesaikan tugas secara mandiri,
padahal situs dan konten internet banyak tak ramah untuk anak. Ditambah lagi
orang tua tak melek teknologi, si anak bisa saja mengakses konten yang tidak
benar karena ketidaktahuannya.
Membentengi
anak dari konten negatif
Teknologi sudah
jadi kebutuhan wajib karena kemudahan yang ditawarkan, namun tidak menjadi
kebutuhan wajib untuk anak-anak. Alasan terbesarnya karena banyak konten
negatif yang dapat berpengaruh buruk pada sang anak khususnya internet.
Generasi yang
berbeda membuat pola pikir anak dan orang tua jelas berbeda dalam konteks
pemahaman teknologi. Anak yang sudah candu dengan teknologi memang cukup sulit
disembuhkan, harus ada tahap tertentu hingga sang anak bisa mengurangi
intensitasnya dan terhindar dari konten negatif. Salah satu cara yang dapat
dicoba yaitu dengan penerapan internet ramah anak.
Berikut cara
yang dapat orang tua gunakan dalam membentengi anaknya dari konten negatif yang
berseliweran di jagat internet, cekidot:
Mode
pengamanan, Banyak cara
sederhana yang dapat dicoba dalam memblokir sejumlah konten yang berbahaya bagi
anak. Di mulai dari memblokir di mesin pencari yaitu Google pada pada filter SafeSearch.
Nantinya sejumlah konten negatif yang ingin akses oleh sang buah hati tidak
terdapat di mesin pencarian Google.
Proses pengamanan pada mesin pencari Google |
Tak hanya itu
saja, fitur filter juga berlaku pada sharing konten terbesar saat ini
yaitu Youtube. Di Youtube sangat sering ditemukan video yang tidak ramah anak, cara
membatasinya dengan penggunaan fitur mode on yang ada di pengaturan
Youtube. Nantinya anak-anak tidak akan menemukan konten yang tidak sesuai
dengan umurnya, khususnya konten yang ditonton secara online.
Cara membatasi akses konten negatif anak di Youtube |
Bagi orang tua,
ada beberapa cara menghindarinya, mulai dari membuat offline Youtube
saat sang anak mengaksesnya. Video yang telah dipilih oleh orang tua hanya
dapat ditonton oleh sang anak. Lalu ada juga dengan cara pengaktifan mode
terbatas pada Youtube.
Nah.. dengan
begitu saat sang anak mengakses konten negatif, maka tidak dapat ditemukan.
Video yang punya pengaruh negatif pun tidak akan muncul walaupun berhasil duduk
di peringkat trending topic Youtube.
Mengunci Pencarian
Situs dan Play Store, tak hanya
melalui mesin pencarian dan video sharring saja. Anak sangat mudah candu
pada game. Banyak orang tua yang tak sadar sang anak dengan mudah
menginstal dan menguninstal program.
Cara
mengantisipasinya dengan mengunci Play Store dengan metode kontrol orang tua, seperti gambar di bawah ini. Nantinya sang anak tidak dapat mengunduh, apalagi semakin banyak mengunduh
aplikasi dapat membuat saat anak lalai apa yang harus ia kerjakan.
Cara mengaktifkan kontrol orang tua pada play store |
Cara paling
mudah lainnya dengan mengunci situs tidak bisa dijelajahi sang anak. Salah satu
aplikasi yang dapat dicoba yaitu Blocksite. Pada aplikasi ini Anda dapat
memilih situs apa saja yang ingin diblokir dan rawan andai diakses oleh sang
buah hati. Andai tidak menggunakan lagi, Anda dapat menonaktifkannya kapan
saja.
Proses pemblokiran situs dengan Blocksite |
Pengawasan pada
history pencarian, Anak-anak tak
sadar bahwa segala sesuatu hal dari penjelajahan di mesin pencari konvensional
akan tetap tersimpan. Makanya orang tua harus memeriksa segala pencarian yang
dirasa tidak sesuai. Tak hanya itu saja, orang tua mampu mengenai situs yang
tepat dan direkomendasikan buat si anak.
Tahu tentang
aksesnya, mungkin segala akses internet membutuhkan akun dan semuanya bisa
terwujud dari alamat email dan password yang digunakan. Memang terkesan
sangat protektif, itu baik karena mampu menyaring segala aktivitas sang anak.
Lebih baik lagi menggunakan akun yang khusus orang tua buat dan kontrol di
belakang layar.
Perangkat lunak
penyaring konten, Tak selamanya
orang tua bisa mengontrol sang anak secara penuh selama 24 jam. Salah satu opsi
ialah dengan pengawasan menggunakan perangkat lunak pilihan yang menyaring
konten negatif.
Ada beberapa perangkat
lunak khusus anak-anak, mulai dari Qustodio, Kurupira Web Filter, dan K9 Web
Protection. Anda dengan mudah bisa mengunduhnya sebagai proteksi pada anak
Anda. Aplikasi mampu memberikan akses unduh secara gratis bagi
penggunanya.
Sejumlah aplikasi penyaring konten |
Pembatasan
waktu pakai, orang tua
butuh tindakan tegas dalam penggunaan gawai. Ada waktu-waktu tertentu sang anak
mengaksesnya, jangan mengganggu aktivitasnya. Pembatasan bisa dilakukan saat
jam belajar, interaksi dengan orang tua, dan teman-teman. Cara ini mampu
membuat anak tak kecanduan gawai secara berlebihan dan anak menganggap gawai
bukan segalanya.
Aplikasi Ramah untuk Anak
Penyedia
layanan pun paham bahwa anak-anak juga butuh konten yang merata untuk proses
pembelajarannya. Zaman digital membuat interaksi dengan teknologi jadi sebuah
keharusan, namun juga ada pengawasan ekstra. Apalagi banyak orang tua khususnya
yang gaptek dengan teknologi.
Tak perlu
khawatir, ada beberapa cara yang dapat dicoba oleh para ibu-ibu dalam menangkal
sejumlah konten negatif yang berseliweran di internet. Berikut ini sejumlah
aplikasi dan situs yang dapat dicoba buat anak dan relatif aman dari konten
negatif, cekidot:
Kiddle, ialah website kerja sama antara mesin pencari seperti Google dan
Bing dalam mengembangkan situs pencarian yang ramah anak. Kiddle berbeda dengan mesin pencari
konvensional karena bersifat independen.
Cara kerjanya
dengan melakukan proses penyaring terhadap berbagai jenis kata kunci yang tidak
layak ditampilkan khususnya buat anak-anak. Walaupun tak sepenuhnya aman,
minimal mampu menghindarkan anak-anak dari konten negatif yang berseliweran di
internet.
Kiddle pun
menawarkan desain tampilan yang cocok mengalihkan pandangan buat anak-anak.
Misalnya saja mesin pencari Google terkesan polos hanya warna ciri khas Google
saja yang ditampilkan. Kiddle hadir dengan tema khas luar angkasa dengan langit
cerah dan hiasan sejumlah planet. Serta ada karakter robot yang terletak di
bawah kotak pencarian.
Tampilan dari Kiddle yang menarik minat anak-anak |
Hampir sama
dengan pengguna mesin pencarian umumnya, sang anak tinggal menuliskan kata
kunci yang diinginkan pada kolom pencarian. Selain itu ada beberapa kategori
yang tersedia, mulai dari situs web, gambar, berita, video, dan Kpedia.
Kiddle memiliki
sistem penangkal konten negatif yang diterapkan oleh Google yaitu SafeSearch.
Andai Google harus diaktifkan terlebih dahulu oleh penggunanya, sedangkan
Kiddle memang menerapkan secara langsung beserta keamanan ganda. Tak cukup
sampai di situ saja, Kiddle memiliki tim editor yang mengawasi konten khusus
anak.
Saya pribadi
pun mencoba menelusuri sejumlah pencarian konten dewasa yang ada di Kiddle.
Hasilnya tidak ditemukan dan mesin pencari langsung memberikan tanda dengan
tulisan: Oops, try agains! Itu artinya kata kunci yang dicari tidak tersedia
dan punya maksud konten negatif.
Dibandingkan
dengan fitur SafeSearch yang ada pada mesin pencari Google, pencarian kata
kunci negatif tidak sepenuhnya disaring. Anda masih bisa menemukan kata serupa
dari hasil pencarian, namun dengan konten yang disaring.
Pada Kiddle,
sang anak tak dapat menemukan konten seperti gosip artis dan jejaring
sosialnya. Hanya mendapatkan biografi yang tentunya aman bagi sang anak. Kiddle
tidak mengumpulkan informasi personal dan pencarian sang anak. Logs
pencarian akan terhapus setiap 24 jam. Apalagi anak-anak punya ingatan yang
lebih pendek khususnya hasil pencarian di internet.
Tak hanya itu
saja, orang tua juga dapat berkontribusi lebih dengan mengajukan permohonan
kata dan situs yang dianggap tidak sesuai. Cukup dengan mengisi formulir
pemblokiran pada bagian Site Blocking
yang disediakan oleh pihak Kiddle. Tim editor akan memeriksa kembali, andai
tidak sesuai dengan prinsip perusahaan, hasil pencarian akan dihilangkan
permanen.
Youtube Kids, hampir sama dengan Kiddle, lahir juga video sharring yang
ramah anak. Saya pribadi pun menganggap bahwa anak-anak lebih menyukai konten
yang menyuguhkan banyak gambar dan video. Itu didasari kemampuan kosa kata
anak-anak masih minim dan agak sulit memahami tulisan. Inilah yang menjadikan channel
video sangat digemari oleh anak-anak.
Tampilan dari Youtube Kids yang atraktif |
Namun bahaya
dengan mudah mengancam tumbuh kembang si anak, konten negatif dengan mudahnya
bisa diakses oleh anak. Media video sharring paling besar saat ini yaitu
Youtube bisa diakses oleh siapa saja termasuk anak-anak.
Malahan di trending
video sering ditemui konten yang tidak cocok buat anak-anak. Apa jadinya
pikiran mereka yang masih putih bersih ibarat ibarat kertas belum tercoreng
sedikit pun. Pasti berpengaruh pada mentalnya andai terus-terusan melihatnya.
Dalam 2 tahun
terakhir Youtube juga tak mau kalah membuat Youtube khusus yang diperuntukkan
buat anak-anak. Namanya adalah Youtube Kids, Punya fungsi yang hampir sama
dengan Youtube. Namun ada beberapa perbedaan seperti tampilan muka yang
terlihat atraktif.
Anda tak perlu
kesulitan dalam mencari channel khas anak-anak, berbeda dengan Youtube
yang banyak diisi oleh video berbagai kalangan. Youtube Kids terlihat
sangat sederhana karena hanya menampilkan judul, channel dan video tersebut.
Konten yang ada
di dalam Youtube Kids juga berbeda, kebanyakan video berupa kartun dan video
animasi. Ada kekurangannya ialah banyak konten yang ada di dalamnya hadir dalam
Bahasa Inggris dan membuat anak-anak kesulitan memahaminya.
Channel Youtube
untuk anak, kekurangan
yang ada Youtube Kids tak perlu disesalkan karena banyak animator handal tanah
air yang mampu menghadirkan konten khusus anak. Salah satunya ialah Channel
Hei Blo!..
Hei Blo! channel Youtube ramah anak |
Pembuat channel
sendiri merasa bahwa konten ramah anak saat ini sangat minim baik di TV dan
internet. Namun jumlah pengguna internet di bawah umur di tanah makin bertambah
setiap tahunnya. Atas inisiatif itulah lahirlah channel ramah anak yang
sederhana namun menyampaikan pesan langsung.
Semua video pun
bisa ditonton untuk segala usia bahkan untuk dewasa. Gabungan animasi dan unsur
manusia makin membuat video menarik. Pilihan suara seakan membuat video tidak
bosan. Saat saya mengakses, ada sekitar 8 ribu pengguna yang telah berlangganan
dan jutaan video yang telah ditonton.
Sejumlah artis
juga turut serta terlibat, seperti Dea Ananda dan Joshua Suherman turut serta.
Jadi tunggu apalagi, ubah channel Youtube dengan konten ramah anak dan channel
Hei Blo! salah satunya.
Nah.. itu dia
sejumlah cara dan berbagai aplikasi untuk mengamankan sang buah hati dari
konten negatif. Anda punya pengalaman dan cerita yang ingin ditanyakan, silakan
komentarnya di kolom komentar.
Semoga memberikan pencerahan lebih dalam berinternet yang baik dan
benar.
Zaman terus berubah, orang tua harus siaga :D
ReplyDeleteSiaga biar anaknya terhindar dari konten negatif di internet
Deleteserasa baca jurnal, panjang kaleeeee wkwkwkwkkw
ReplyDeleteMasak.. Memang panjang? Hanya 2000 kata sih (oh iya, panjang)
DeletePeran orang tua sangat besar dalam memberikan hal positif dari internet ke anak2.
ReplyDeleteYupps.. Karena orang tua gerbang pertama sang anak kenal teknologi dan merekalah yg bisa membatasi buat si anak
Delete2000 kata, wow keren (y)
ReplyDeleteIqbal emang jago yang beginian :D
Makasih masukannya, sekalian buat berbagi info
Deletetulisannya sangat bermanfaat untuk ibu-ibu kekinian untuk mendidik anak
ReplyDeleteIya.. Aplikasi ramah anak dan cara memproteksi anak dari konten negatif di internet
Delete