Siapa sih yang tidak pernah curhat di media sosial?
Mulai dari curhatin
masalah pribadi, masalah artis hingga masalah bangsa. Zaman saat ini sangat
mudah mengapresiasikan diri sesuai keinginan. Berkat kolaborasi teknologi dan
berbagai media sosial seakan semua jadi lebih mudah.
Hadirnya
beragam platform media sosial makin memudahkan penggunanya untuk berbagi segala
kegiatannya dari bangun tidur hingga tidur lagi. Bisa dibilang sudah menjadi
gaya hidup sehari-hari termasuk salah satunya: Curhat.
Sebelum adanya media
sosial, mungkin media paling sering dipakai ialah media offline, mulai
dari menulis di diary, di bawah kolong meja hingga halte penumpang. Kini
semenjak adanya media sosial membuat orang gampang curhat, tak perlu lagi ke
Polsek buat mengadukan keluhannya.
Cukup instal
aplikasi media sosial yang banyak berseliweran di app store, langsung bisa jadi sarana curhat. Mulai dari 140
karakter khas Twitter, Facebook yang bisa 63 ribu karakter sampai bisa melahirkan novel, dan Instagram dengan ciri khas foto dan caption.
Memang semua
pengguna punya hak menuliskan dan memosting apa saja yang ia mau di
media sosial tanpa menyinggung orang lain. Tapi tetap saja harus membatasi diri
dengan koridor tertentu salah satunya tak curhat colongan. Semua yang telah
dilempar ke publik pastinya akan menjadi konsumsi publik juga, bukan hanya Anda
tapi warganet.
Anak millenial
saat ini erat dengan keterbukaan yang dihadirkan dari beragam media sosial yang
terinstal di gawainya. Salah satu keterbukaan itu yaitu sering curhat colongan
di media sosial. Sebenarnya banyak yang melatari anak millenial senang curhat
di media sosial, berikut ini ulasannya.
Tak berani
bertatap wajah, Media sosial dan
teknologi makin membuat banyak orang yang tak PD-an berbicara langsung dengan
tatap muka. Cara paling aman dan jauh dari rasa gugup ialah dengan melancarkan
setiap percakapan dari balik layar gawainya masing-masing.
Lebih seru waktu chatting di dunia maya |
Pasti kita
sering melihat orang yang sangat asyik saat chat di dunia maya, namun saat
ketemuan di dunia nyata malah tak seasyik seperti di dunia maya. Bisa jadi dia
kehilangan auranya saat bertatap muka dan lebih PD chatnya melalui layar
gawainya.
Persoalan ini
banyak terjadi pada generasi millenial saat ini, alasan lainnya mengapa banyak
yang memanfaat media sosial untuk menutup dirinya yang begitu tak PD-an di
dunia nyata tapi bagaikan harimau di dunia maya.
Tak punya teman
dekat, Akibat terbiasa dengan pletokin jarinya
di gawai setiap harinya, seakan mereka tak punya teman atau orang terdekat yang
menemani saat senang dan susah. Akibatnya media sosial jadi alat yang paling
tepat mencurahkan semua keluh-kesahnya, bahkan sampai masalah pribadi semua
diumbar semuanya.
Cukup prihatin
memang, melihat orang tak punya teman atau orang terdekat, karena orang
terdekat punya solusi terhadap masalah yang Anda hadapi. Bukan media sosial
yang seakan menciptakan banyak teman palsu.
Saat dalam keadaan senang, para teman di dunia maya
mengapresiasikan mulai dari jumlah like, love, dan komentar pujian. Tapi
saat kesulitan pun sama misalnya kata-kata:
Sabar dan tabah ya!!!GWS ya!!!
Kalimat itu
tidak membuat diri Anda terasa lebih baik, namun melemahkan ikatan sosial
antara manusia. Bukan lagi ikatan perbuatan tapi hanya terwakili oleh teks dan
gambar doang. Ditambah dengan eksis di dunia maya, mereka akan mencari teman
berdasarkan kuantitas bukan lagi kualitas. Akhirnya akan banyak teman, tetapi
sangat sedikit yang memberikan kepedulian di dunia nyata.
Suka cari perhatian, Apapun yang ia alami saat ini merasa sangat disenangi saat
mendapatkan empati dari orang lain. Misalnya dengan pura-pura sakit dengan foto infus yang menempel di salah satu lengan, seakan cara itu bisa menimbulkan rasa empati dan percaya
dari orang lain. Mulai dari ucapan cepat sembuh, GWS, hingga sejumlah ucapan peduli lainnya dari orang lain.
Caper model
lainnya saat mencari panggung di media sosial biar orang lain teralihkan. Media
sosial kini melahirkan sejumlah seleb sesuai platform, yang menganggap
segala tindak-tanduk hidupnya sang penting di mata orang lain. Padahal orang
lain tidak peduli sedikit pun dengan kehidupan Anda, malahan bikin timeline
media sosial orang lain dipenuhi drama hidupnya.
Wujud Balas
dendam, Mau balas di dunia nyata tak berani
dan dunia maya jadi pelampiasan paling mudah. Modal dengan buat akun palsu atau
nyinyir dengan mode anonim. Mereka yang tak punya nyali memanfaatkan balas
dendam dengan Mempermalukan tanpa ketahuan.
Bagi pelaku,
cara ini paling aman dan lega khusus dalam setiap komentar miring dan
menjatuhkan dari setiap postingan korban. Gampang kan?
Sebenarnya apa
yang didapatkan dari curhat di media sosial?
Ada dua hal
yang didapatkan dari curhat di media sosial menurut saya pribadi. Pertama waktu
terbuang habis sia-sia sama yang kedua dapat nyinyiran balik dari orang lain.
Apalagi media
sosial kini begitu banyak teman palsu atau menerima pertemanan dengan orang
asing. Kenalan lalu janjian kemudian diculik dan ginjalnya dijual di pasar
gelap.
Ada sejumlah
efek tak baik yang didapatkan dari curhat di media sosial. Apa sajakah itu,
berikut ulasannya:
Perasaan semakin emosional, Di saat
mengunggah sesuatu postingan curhatan yang agak menimbulkan polemik jelas saja
emosi datang di dalam diri. Itu semakin terus dilakukan hingga amarah itu
hilang. Orang melihatnya pasti bingung dan ada juga yang ikutan emosi, apalagi
postingan tersebut penuh kontroversial.
Niat ingin
menumpahkan keluh kesah yang ada di dalam hati, malah merembet ke mana-mana.
Apalagi sifat penyampaian dilakukan secara anonim. Makin banyak yang
tersinggung dan pasti ikutan emosi.
Membuka aib
sendiri, Kebiasaan curhat di media sosial
kadang jadi petaka lainnya terutama di saat galau. Orang lain akan menganggap
anda sebagai orang yang pamer akan segala kegalauan. Pengguna lain jenuh dengan
sikap yang Anda tunjukkan dan seakan membuka kelemahan sendiri.
Masalah yang
sebenarnya kecil malah merembet jadi hal yang besar dan masalah pribadi malah
menjadi konsumsi publik. Orang-orang yang tidak menyukai Anda di media sosial
menjadikan hal tersebut sebagai bahan menjatuhkan diri Anda.
Makanya
curhatlah kepada orang terdekat dan paling baik curhat sama sang pencipta via doa.
Pasti jawabannya lebih baik dan hati jadi lebih tenang. Bukan curhat di media
sosial.
Mengganggu timeline
orang lain, Fungsi dasar
media sosial awalnya untuk mengoneksi pertemanan. Makin ke sini media sosial
jadi tempat mencari hiburan setelah capek di dunia nyata. Namun saat buka timeline
malah dipenuhi curhatan dan nada marah-marah orang lain.
Siapa yang
tidak tenang batinnya saat membaca, akibatnya mereka yang doyan curhat akan di benci
di jagat dunia maya. Tak hanya itu saja, ia harus kehilangan teman karena
sikapnya yang salah dalam menggunakan media sosial.
Muncul
kesalahpahaman, Setiap ciutan
atau postingan pasti setiap orang punya pandangan yang berbeda-beda. Ada yang
menganggap itu hanya gurauan semata, namun yang gampang terbakar kayak sumbu
kompor pasti menganggap hal itu sensitif.
Saat ini
membicarakan masalah yang sangat sensitif banyak pihak yang langsung panas. Apalagi
mereka yang tak kenal Anda dengan jelas. Akibatnya ia men-screen shoot
postingan Anda di media sosial dan menyebarkan ke khalayak ramai.
Nasibnya Anda
mendapatkan hujatan dari banyak pihak atas kesalahpahaman yang Anda tulis. Jangan
sampai karena sebuah postingan buat Anda kehilangan teman, pekerjaan, dan
paling parah harus tiduran di lantai penjara.
Untuk lingkup
teman di dunia maya pun seperti itu, terjadi perdebatan panjang dan
ujung-ujungnya Anda dihapus dari pertemanan di dunia maya dan dunia nyata.
Gara-gara salah paham, hubungan pertemanan berakhir dalam sekejap.
Bagaimana cara mengatasinya
orang doyan curhat?
Curhat boleh
saja, namun harus ada koridornya, harus ada pemahaman apa saja yang bisa
dibagikan dan yang tidak. Karena media sosial saat ini menggambarkan diri Anda
sebenarnya di dunia maya dan dunia nyata.
Ada sejumlah
cara yang dapat mengatasi punya kolega atau bahkan diri sendiri dalam curhat
yang tidak disalahartikan oleh orang lain. Berikut ini cara terhindar curhat
berlebih di media sosial.
Mencoba menfilter
diri, sang melakukan harus memikirkan
dampak baik dan buruknya bagi diri sendiri dan orang lain terutama di media
sosial. Mulai dari update status, upload gambar, dan mengomentari
postingan orang lain.
Sebaiknya coba
tanyakan dahulu pada diri sendiri, apakah yang akan disampaikan berdampak besar
nantinya bagi orang lain. Bila tidak, sebaiknya urungkan dibandingkan harus
menerima konsekuensi berat nantinya. Mengingat saat ini sudah ada UU ITE yang
mengawasi tindak tanduk dalam transaksi elektronik di internet.
Hidupkan
interaksi dengan sesama, teknologi tak
mampu menggantikan interaksi nyata sebenarnya, semuanya terlihat fana. Cobalah
bersosialisasi dengan orang terdekat mengenai masalah yang dihadapi. Walaupun
tidak mendapatkan jawaban terbaik, minimal mereka mendengar keluh-kesahmu.
Curhat yang
berkualitas dan menghasilkan karya
Tidak ada yang
salah dengan curhat, apalagi curhat sebagai bentuk kegundahan hati semua
manusia dan dibutuhkan media buat menyalurkan itu semua. Namun cobalah curhat
yang elegan dan kemudian jadi karya berharga.
Misalnya curhat
pengalaman pribadi yang kemudian menelurkan karya tulis dan lalu diterbitkan
menjadi sebuah buku. Curhat ilmuwan akan kegundahannya dan menghasilkan
penemuan yang dapat mengubah dunia.
Karena berkat setiap
energi negatif yang ada di dalam diri dapat dikeluarkan secara keren bukan
hanya ingin terlihat beken. Bukan malah memancing kontroversi, harus viral, dan
kadang harus menimbulkan reaksi negatif dari warganet.
Menjadikan
Timeline Nyaman dan Aman
Media sosial yang kalian punya ibarat taman bunga, apa yang disukai
harus terus dipupuk sedangkan yang mengganggu seperti gulma lebih baik
diberanguskan. Terlepas itu teman dekat sekalipun, kita punya hak dalam menentukan siapa yang harus diikuti atau tidak karena media sosial ialah lingkup hidup kita di dunia maya.
Tak senang dengan akunnya, langsung unfollowTidak suka dengan fotonya, tak usah di-likeTidak menarik dengan postingannya, tidak usah di-share
Gampang bukan,
yang ribet itu cuma permainan perasaan kita saja. Tidak menfollow, like dan sharenya
bukan berarti tidak berteman di dunia nyata. Namun itu prinsip, karena setiap
orang punya hak dalam menentukan yang menarik baginya di dunia maya.
Berkat curhat
membuat kita tetap waras tetapi harus mematuhi koridor di media sosial. Apa
yang harus dan tidak, karena apa yang diposting dan dikomentari mencerminkan
diri Anda bijak ataupun tidak di media sosial.
Punya pengalaman menarik tentang curhat di media sosial, silakan
berbagi pengalamannya di kolom komentar. Semoga menginspirasi.
0 komentar:
Post a Comment