Traveling kini sudah jadi gaya hidup, banyak orang yang rela
menghasilkan banyak uang buat jalan-jalan ke tempat yang ia inginkan. Ada sesuatu
yang paling dirasakan sepulang dari liburan, pengalaman tak terlupakan dan
kenangan.
Momen ini tidak bisa diulang kembali dan tak jarang salah satunya
dengan mengabadikannya. Salah satunya momen itu direkam atau difoto. Oleh-olehnya
pasti sebuah jepretan, bukti shahih sudah pernah melangkah ke sana. Sebuah
bukti foto berharga akan dikenang dengan sejuta kenangan di dalamnya.
Permasalahan datang, saat momen tersebut tidak berhasil diabadikan
dengan dengan baik. Kekecewaan saat hasil jepretan dilakukan berkali-kali.
Tetap saja buram, goyang, dan bahkan tidak menampilkan nilai estetika objek.
Ini pasti ada yang salah pada ponselnya, tapi apa boleh karena kita hanya bisa
mengingatnya tanpa menyimpan momen itu.
Dulu kebutuhan gambar yang memikat bukan hak seorang fotografer
saja. Kini di era serba digital, semua
pihak harus punya gawai yang mendukung penjepretan terbaik. Salah satu pihak
yang berhak ialah Blogger, ia punya kuasa menampilkan karya terbaiknya dibalut
dengan gaya tulisan berkarakter. Rangkaian kata dan kalimat akan terasa hambar
tanpa foto memikat. Kini tugas terbaik Blogger bukan hanya upgrade kualitas
tulisan tetapi gambar.
Peran gambar sangat kuat fungsinya, pembaca dengan mudah bisa
memahami segala yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi sebuah gambar perlu
sebuah tulisan untuk mengikat maksud dari gambar tersebut agar tidak salah
kaprah.
Nah... saya
rasa tidak cukup hanya satu gambar saja di awal sebuah tulisan, kemudian
menyajikan banyak kata dan kalimat. Nilai sebuah tulisan Anda kurang menarik,
walaupun dengan ulasan sangat lengkap. Pembaca bisa saja akan dengan cepat
keluar dari Blog atau langsung scroll ke bawah. Matanya tak termanjakan
dengan optimal. Gambar dan jepretan foto di sebuah postingan ibarat penyemat
mata pembaca yang lelah setelah disajikan rangkai kata.
Analogi sederhana saat melangkah ke sebuah rumah yang sangat megah,
di setiap ruangan hanya didominasi oleh satu warna saja. Misalnya warna putih,
tanpa perpaduan sedikit. Terlihat rumah tersebut seperti tidak punya kekuatan. Warna
adalah kekuatan yang bikin perasaan siapa saja di dalam ruangan tersebut ikutan
naik. Kemegahan ruangan tidak akan berarti kuat tanpa warna.
Begitu pun sebuah tulisan, tanpa gambar ini tidak punya daya tarik
yang cukup kuat. Konsep itu coba saya hadirkan di dalam setiap postingan saya
yang kaya gambar dan grafis. Hanya saja itu kurang didukung dengan performa
pengambilan gambar yang baik.
Bicara mengenai mengabadikan gambar, aktivitas tersebut sangat
sering saya lakukan di mana pun. Gambar pemandangan seakan begitu sering saya
abadikan, tujuannya buat gambar di Blog atau postingan sosial media.
Kini saya merasa ponsel yang saya miliki sudah ketinggalan zaman. Usianya
sudah menginjak lebih 2 tahun, saat saya membelinya di perengahan tahun 2016
silam. Sering hasilnya tidak optimal dan bisa saya katakan sudah mulai
ketinggalan khususnya dalam proses pengambilan gambar.
Resolusi kameranya masih tergolong kecil, hanya 13 MP dan tanpa ada
efek bokek seperti ponsel kekinian. Alhasil banyak hasil jepretannya buram dan
pecah, saya harus mengedit berkali-kali hingga dapatkan gambar optimal. Khusus
gambar pemandangan alam sering tidak terlalu detail dan optimal. Saya sudah mencoba
keras, tapi apa boleh buat hasil tetap kurang optimal.
Kebutuhan jepretan buat Blogger begitu vital, mengandalkan gambar
gratis di internet jelas tidak elok dan tidak punya estetika. Saya berharap ada
ponsel yang bisa menjawab segala permasalahan fotografi. Saat ada momen
menarik, langsung saja dengan sigap diabadikan dengan optimal.
Gawai untuk proses perekaman dan jepretan tidak harus DSLR, selain
mahal serta sulit dimasukkan dalam kantong. Cukup dengan smartphone yang
mengakomodir segala aktivitas fotografi dan perekaman gambar optimal. Sampai
itu semua itu sudah tergambar dengan jelas dari varian terbaru milik Huawei
yaitu Huawei Nova 3i
Hadirnya varian Huawei Nova 3i seakan menjawab segala kekecewaan
dengan mencoba menorehkan pengalaman selanjutnya saat ke sana. Seakan ingin
membayar semuanya dengan ponsel anyar milik Huawei.
Segala fitur yang dimiliki oleh Huawei Nova 3i seakan punya kelebihan
dan memberikan pengalaman tak terlupakan dalam menggunakan ponsel. Saya mencoba
memberikan alasan mengapa Huawei Nova 3i jadi ponsel yang tepat dalam
berkunjung ke alam bebas. Berikut ulasan dan cerita saya:
Beberapa bulan waktu yang lalu saya mendapatkan kesempatan langka
bersama teman-teman Leuser Lestari. Sebuah LSM yang punya peran aktif terhadap
ekosistem dan ekowisata di sekitar Kawasan Leuser. Pengalaman berharga tersebut
bisa saya dapatkan berkat menulis di Blog, saya sih tipikal orang yang jarang jalan-jalan
dan lebih sering nyaman di rumah sambil ngadem di AC.
Sampai pada akhirnya datang pengalaman yang sulit ditolak dan
pastinya sangat menarik. Pergi menjelajah sebuah desa di bawah kaki Gunung
Leuser, dulunya desa tersebut dikenal sebagai penghasil ganja terbesar di dunia.
Pikiran saya seakan campur aduk dan gundah karena harus datang ke
desa yang terkenal dengan catatan kriminal. Sebagai bukti persiapan dan tidak
kagok sampai di sana. Saya melakukan Googling desa tersebut, mulai dari
akses ke sana ketersediaan penginapan hingga masyarakat sekitar.
Pemandangan indah Agusen yang penuh kenangan |
Pencarian melelahkan tersebut hanya menghasilkan beberapa foto di
internet, macam foto aliran sungai, perkebunan kopi, dan perbukitan yang
mengelilingi desa tersebut. Cukup indah, apalagi kini Desa Agusen sudah
bertransformasi menjadi desa ekowisata yang kaya dengan segudang cerita.
Perjalanan yang paling mengesankan selama ini adalah hutan, bagi
saya menjelajah hutan begitu memesona. Pengalaman itu tidak datang setiap
harinya, saya pun berkesempatan datang ke sebuah desa paling ujung yang ada di
taman nasional Gunung Leuser. Bagaimana bahagianya bisa sampai ke lokasi paling
cintai, kecintaan pada ekosistem dan keragamannya buat saya tidak lelah untuk
sampai ke sana.
Hari yang menegangkan itu tiba...
Perjalanan untuk tiba ke sana tidaklah mudah, saya yang berdomisili
di Banda Aceh harus menempuh jarak ±416 km dengan menggunakan jalan darat
bersama teman-teman wartawan. Di awal dengan melewati jalur pantai timur Aceh dan
kemudian setelah di Kota Bireuen, berbelok ke kanan dan melewati jalan lintas
tengah Aceh.
Mulailah hamparan pegunungan terbentang begitu luas, sepanjang
jalan pemandangan pegunungan tak luput. Melewati Kota Takengon yang terkenal
dengan pemandangan Danau Laut Tawar-nya dan layaknya melihat kota di atas awan. Sangat menakjubkan mata, seakan
mata sulit berkedip melihat keindahan alam hampar pegunungan dan danau hingga sampai ke Kabupaten Gayo Lues. Bagi saya orang yang
tinggal di pesisir, pemandangan pegunungan seakan begitu menakjubkan.
Rasa takjub saat melihat Kota Takengon dari ketinggian |
Perjalanan darat yang melelahkan selama ±16 jam terbalaskan dengan
pemandangan yang menarik hingga akhirnya. Sepanjang jalan disuguhi dengan
berbagai aneka hutan hujan tropis yang begitu rapat, pegunungan yang luas
membentang dan jalan yang begitu berkelok-kelok. Bagi yang tidak kuat perut ke
sana, siap-siap harus mual sepanjang jalan dan menyediakan kantong kresek.
Berangkat di pagi buta dari Banda Aceh dan barulah tengah malam tiba
di Desa Agusen. Udara malam di sana begitu menusuk khas pegunungan, bagi saya
yang hidup di pesisir jelas kesulitan. Pemandangan gelap, hanya terlihat
perumahan warga yang diterangi listrik seadanya. Suara desiran anak Sungai Alas
begitu kentara, ibarat simfoni pengantar tidur.
Kokok ayam terdengar dari rumah warga pertanda pagi telah tiba....
Semalam saya menginap di salah seorang rumah pemandu wisata
setempat. Cuaca dingin seakan membuat semua tim bergegas bangun, segera melihat
kondisi alam sekitar. Merasakan kondisi pedesaan khas pegunungan, masyarakat pedesaan
tidak bisa lepas dari aktivitas dengan sungai.
Pemandangan yang tadi malamnya tidak terlihat sama sekali kini
terlihat jelas. Sungainya begitu deras dengan bebatuan di pinggirnya. Belum
lagi perbukitan yang mengapit desa tersebut, memang dari desa tersebut tidak
bisa melihat Gunung Leuser secara jelas karena terhalang perbukitan. Desa
Agusen adalah salah satu pilihan spot pendakian untuk menuju ke Puncak Gunung
Leuser. Jaraknya relatif jauh, namun lokasi ini dinilai punya panorama alam
yang memukau.
Pemandangan Kawasan Leuser dari perbukitan Desa Agusen |
Desa Agusen hanya berjarak ±51 km dari puncak Gunung Leuser dan
letaknya berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser yang mendunia.
Kualitasnya setara dengan hutan Amazon yang ada di Brasil, tugasnya sebagai
paru-paru dunia. Hanya tersedia sedikit hutan yang mampu menghasilkan banyak
oksigen di dunia saat dan TNGL termasuk yang masih terjaga alami.
Sekilas cerita mengenai Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), menurut
data, luas cakupan mencapai 2,63 Juta hektar
yang membentang di 7 kabupaten di dua provinsi. Dengan seluas 2,25 juta hektar
terbentang luas di daerah Aceh. Ada sekitar 380 spesies burung, 205 spesies,
dan 89 spesies langka. Termasuk empat satwa kunci yang ada di KEL berupa gajah,
harimau, orangutan, dan badak. Bahkan kawasan Leuser menopang bagi 4 juta
masyarakat yang hidup di sekitarnya.
Pemandangan khas hutan hujan tropis dan pengalaman ini tidak bisa
dilupakan. Berlibur ke destinasi pantai mungkin sudah terlalu mainstream,
beda halnya merasakan sensasi pedesaan yang dekat dengan hutan hujan tropis
terbesar di dunia.
Di setiap bukit ditumbuhi beragam hasil alam khas masyarakat
sekitar. Pagi hari tiba, para masyarakat bergegas ke kebun mereka. Mengontrol kebun
yang hasilnya mulai ranum, ada sejumlah hasil alam seperti tomat, cabai, seri
wangi, dan yang paling ikonik adalah kopi khas Agusen.
Masyarakat setempat yang menjemur kopi di halaman rumahnya |
Kami pun diajak hiking seharian, ada dua pilihan sulit yang harus
dipilih. Menjelajah tebing yang ada di sekitar Desa Agusen, kemudian naik ke
bukit cinta atau menjelajah perkebunan kopi milik warga yang terhampar luas.
Teman-teman pun sepakat untuk menjelajah pinggiran Sungai Alas yang
membelah Desa Agusen sekalian melakukan hiking ke Bukit Cinta. Sepanjang
perjalanan kami disuguhi dengan perkebunan serai wangi milik warga, aliran
sungai yang jernih, dan bukit yang berjejer di kiri serta kanan.
Hingga akhirnya kami menaiki ke Bukit Cinta, jalan ke sana begitu
terjal dan curam. Ada sebagian yang naik dan sebagian lainnya bertahan di
bawah. Kondisi saya saat itu tidak memungkinkan, pergelangan tangan yang masih
masa pemulihan bisa berakibat fatal. Alhasil saya memutuskan tidak naik ke
sana, hanya ada pesan saya buat teman-teman yaitu mengambil foto terbaik
sebagai dokumentasi.
Satu sisi itu sangat disesali, tetapi juga disyukuri karena saya
bisa menikmati desiran anak Sungai Alas yang terdengar syahdu. Seakan duduk di pinggirnya
menghilangkan stres pekerjaan yang menumpuk. Semua terasa lega. Saya sangat
sedikit mengambil gambar saat itu, tapi itu sudah cukup mengobati rasa
penasaran saya akan mahakarya ciptaan Sang Maha Kuasa.
Saya pun lebih banyak mengamati dan sesekali mengabadikan gambar,
penyebabnya karena hasil potret tidak terlalu baik. Sesekali saya meminta
bantuan rekan buat menjepret dan hasil jepretan tersebut bisa dikirimkan via Bluetooth.
Pengalaman berkeliling di aliran sungai pun tidak sempat saya
abadikan termasuk saat berkeliling ke perkebunan kopi. Ah... saya seperti
ngomong doang karena tidak punya bukti perjalanan.
Semua itu harus dibalaskan dengan performa gawai mumpuni menjepret
dan merekam segala kenangan Agusen dan Leuser. Tunggu saya akan kembali di
kemudian hari...!!!
Di akhir tahun 2018 ini, saya punya kesempatan kembali lagi ke Gayo
Lues, khususnya proses peliputan aksi Tarian Saman. Menurut info yang saya
dapatkan, ada 1.500 penari yang terlibat sekaligus memecahkan rekor di tahun
sebelumnya. Kesempatan ke sana seakan membalas rasa penasaran, sekaligus
singgah ke Desa Agusen.
Anak-anak Agusen yang sedang menampilkan Tarian Saman |
Momen yang paling menarik karena akan memecahkan rekor peserta di
tahun sebelumnya. Dan paling penting adalah punya gawai terbaik mereka segala
aktivitas di sana. Adanya Huawei Nova 3i seakan mencukupi segala
aktivitas memotret, mengirim informasi, dan pastinya mengabaikan momen terbaik.
Andai saya bisa terpilih memilikinya, pastinya gawai itu akan saya
genggam dengan gagah, siap bersaing dengan pada fotografer handal di garda
terdepan. Saya pun tidak minder dengan hasilnya yang malah lebih bagus dan
praktis.
Budaya Saman sudah mengakar erat di masyarakat Agusen, penyambutan
kami keesokan harinya diselingi dengan Tarian Saman. Menariknya yang menari ialah anak-anak sekolah dasar kampung setempat. Saya belum pernah melihat
atraksi Saman yang dimainkan oleh anak-anak dan ini jadi pengalaman pertama
saya melihat mereka belajar sejak dini.
Mereka tampil begitu semangat tapi hasil jepretanku tidak terlalu baik |
Anak-anak di sana seakan disokong sejak kecil dengan tarian daerah
mereka yang melegenda, Saman. Gerakan, bacaan-bacaan, dan kerja sama tim seakan
sudah padu sejak mereka kecil. Proses itu terus dilakukan regenerasi secara
turun-temurun secara intensif. Mempertahankan eksistensi budaya mereka
sekaligus memperkenalkan Saman pada dunia.
Saat acara tersebut, saya dibuat iri setengah mati melihat para
fotografer dengan DSLR miliknya. Sangat leluasa mengambil gambar dengan hasil
yang menakjubkan. Sedangkan saya malu-malu mengeluarkan ponsel karena hasilnya
tidak optimal. Setiap gerakan pasti menghasilkan jepretan yang buram, karena
gerakan Saman sangat cepat.
Tak jarang saya meminta mengambil foto dengan ponsel atau kamera
orang lain. Tujuannya untuk bisa mengambil gambar terbaik untuk hasil
perjalanan saya. Anak-anak kecil di sana begitu hafal syair, dan gerakan yang seirama
mengikuti anjuran pemberi aba-aba (Syekh).
Andai saja ada Huawei Nova 3i di genggaman, saya pasti tidak akan
menyia-nyiakannya karena padanya sudah disematkan efek Slow Motion, aksi spektakuler anak-anak pemain
Saman akan tertangkap secara detail dalam mode lambat.
Semua karena adanya Mode 16X
Super Slow Motion yang mampu merekam gerakan lambat jadi sesuatu
mengesankan dan mengubahnya jadi momen menakjubkan sebanyak 480 frame/detik. Saya
bisa mengambil gambar mana yang cocok buat diambil sebagai foto di Blogger.
Ada cerita menarik saat pergi ke sana, dan saya kurang menikmati.
Mulai dari mengabadikan gambar hingga menjelajah alam. Beberapa minggu sebelum
keberangkatan, pergelangan tangan kiri saya patah akibat bermain bola.
Tangan yang patah tidak mengurangi semangat menjelajahi alam |
Otomatis proses memotret tidak optimal dan relatif goyang, saya lebih
sering menyuruh orang lain. Memotret jadi sesuatu yang sangat sulit dan
ditambah dengan gawai kurang baik kualitas jepretannya. Semua terlewatkan...
nasibku begitu malang saat itu. Andai diberi kesempatan sekali lagi, ini akan
jadi pengalaman tak terlupakan.
Di kesempatan kedua nantinya saya pun akan menjajal pemandangan
alam di Agusen dan Taman Nasional Gunung Leuser dengan Huawei Nova 3i. Mulai
dari memotret kehidupan sehari-hari masyarakat Gayo yang hidup di sana. Kehidupan
masyarakat di sana sangat bertopang pada tiga sentra, perkebunan, pertanian,
dan kini ekowisata.
Banyak pengalaman menarik yang buat saya tidak bisa coba. Bermain
di river tubir, memanjat bukit cinta yang menggoda, berenang di DAS
hingga menjelajah kebun kopi. Saya pun ingin bisa mengabadikan segala aktivitas
tersebut, saat mereka memetik kopi di perkebunan, menggiling di persawahan, dan
pastinya saat anak-anak kecil setempat berlari ke sana kemari di aliran sungai.
Huawei Nova 3i dipersenjatai sektor kamera selfie sudah ada
kamera berukuran 24 MP + 2 MP untuk depth sensor yang
mampu mempercantik objek dengan algoritma mutakhir dan pengalaman foto bokeh
jadi begitu luar biasa. Semua berkat kemampuan
Saya nantinya bisa mendapatkan gambar terbaik dari cara selfie. Saat
anak-anak sedang bermain di aliran sungai, jepretannya selfie lebih
hidup dan smooth karena sudah ada teknologi AI. Secara tak langsung Quad
AI Camera mampu menyesuaikan kontras cahaya di lingkungan yang masuk dan
efek yang diberikan saat berfoto. Sangat cocok karena hampir semua foto yang
diambil bernuansa outdoor.
Pada kamera selfie ada 8 kategori yang bisa dimanfaatkan
dari teknologi AI Scenery Recognition. Salah satunya adalah pilihan Plant
yang digunakan di alam. Pemandangan alam Desa Agusen, begitu kuat dan nyata
dan pastinya akan didukung dengan baik oleh AI kamera.
Lanjut pada kamera utama yang sudah dibekali dengan pengaturan 16
MP + 2 MP depth sensor dengan Aperture f/2.2. Beragam
fitur lengkap khas fotografi seperti PDAF, CDAF, dan LED Flash sudah tersedia
lengkap. Kemampuannya sudah dibekali dengan algoritma AI yang punya pengetahuan
terhadap 100 juta gambar sekaligus. Sangat cocok dengan kondisi alam Agusen
yang kaya warna, setiap detail ditangkap dengan maksimal.
Pada bagian belakang bodi Huawei Nova 3i tertulis: Dual Lens
1:2.2/26 ASPH. Itu artinya ialah Dual Lens yang mengacu pada aperture
1:2.2/26 serta Focal Length pada kamera utama. Sedangkan ASPH merupakan
singkatan Aspheric Lens yang membuat begitu tipis dan minim distorsi
saat pemotretan.
Sedikit informasi bahwa Aspheric Lens adalah salah satu
jenis lensa yang punya ketebalan lebih tipis dan umum digunakan pada kacamata.
Nah... kacamata yang menggunakan Aspheric Lens mampu menyaring
sinar-sinar tertentu yang tidak bisa disaring oleh lensa biasa khususnya saat
pengguna melihat sesuatu.
Perbedaan yang bikin Aspheric Lens lebih unggul dari lensa biasa |
Aspheric Lens bikin lensanya jadi lebih tipis, fokus lebih tajam, dan juga punya
kemampuan layar lebih jernih. Bisa dibayangkan saat digunakan pada sebuah
smartphone seperti pada Huawei Nova 3i. Otomatis hasil gambar yang dihasilkan
lebih bagus dan nyata.
Hasil gambar lebih menarik dan ditambah dengan ditanam teknologi AI
yang mampu mengingat 22 kategori dengan lebih dari 500 momen. Huawei Nova 3i
mampu menghasilkan foto dengan kejernihan tinggi dan efek bokeh. Jadi tak perlu
khawatir dengan banyaknya pilihan tersebut, karena sudah mendukung pemandangan
alam.
Tak hanya itu saja, ada fitur HDR Pro canggih seakan foto dan video
yang dihasilkan begitu seimbang dan presisi. Kualitasnya jelas lebih bagus dan
detail termasuk dalam penjepretan dan perekaman di segala kondisi termasuk di bawah
sinar matahari.
Cocok banget diajak ngebolang di alam bebas Desa Agusen dan
Kawasan Leuser yang banyak cahaya. Segala gangguan tersebut tidak mengurangi
estetika yang Anda dapatkan dari mengabadikan keindahan alam.
Sudah saatnya punya ponsel terbaik punya daya pikat menawan, bukan
hanya mengandalkan performa gahar saja. Semua itu ada pada Huawei Nova 3i, ada dua pilihan warna terbaik
yang ditawarkan dan bikin merasa kekinian. Warnanya sangat memikat karena
memadukan dua warna dan punya efek pantulan saat terpapar sinar matahari. Huawei
memberikan opsi pada pengguna pada warna Irish Purple dan Black.
Walaupun secara harga tergolong Huawei Nova 3i tergolong ponsel kelas
Mid-end, namun kesannya terasa menggenggam ponsel flagship. Saya malah menganggap bahwa Huawei Nova 3i berada di level Mid-High. Semua karena ada kesan premium
yang melekat dari setiap lekuk bodi, bagian kaca menghiasi bagian belakang
ponsel termasuk pada bagian fingerprint yang melekat di belakangnya. Sisinya
dibuat halus dan padat melengkung dengan lapisan aluminium, sungguh finishingnya sangat compact.
Saat dibawa berkeliling dengan alam seakan pilihan warna Black
jadi sangat tepat, walaupun di satu sisi warna Irish Purple begitu
memikat karena tampilannya sangat eye-catching. Bagi saya warna hitam
seakan melambangkan ketegasan dan keagungan.
Bagi lelaki seperti saya, warna hitam sangat cocok terlebih saya
selalu akrab dengan warna hitam. Pantulan cahaya yang memantul pada Huawei Nova
3i seakan buat gradasi warna hitam mampu memikat siapa saja yang melihatnya.
Kesan selanjutnya datang pada layarnya yang membentang sebesar 6,3
inchi dengan rasio 19.5:9. Walaupun layarnya besar, tetap nyaman buat digenggam
satu tangan termasuk dimasukkan ke dalam kantong.
Pastinya tampilannya sudah FullView Display 2.0, terasa
layar terlihat lebih luas layaknya ponsel flagship. Pengguna semakin termanjakan
saat menatapnya karena sudah dibekali LTPS panel dengan resolusi FullHD+ 1080
x 2340 piksel. Makin keren lagi karena sudah mengusung Notch (poni)
di bagian atas.
Urusan chipset dianggap sebagai otak sebuah ponsel bekerja secara optimal.
Huawei Nova 3i menanamkan chipset buatan pabrikan mereka sendiri. Chipset
tersebut ialah HiSilicon Kirin 710. Huawei Nova 3i jadi ponsel pertama
yang diberi kesempatan menggunakan chipset gahar tersebut.
Performa chipset ini begitu menjanjikan karena sudah menggunakan
4x2.2 Ghz Cortex A73 High performance, sedangkan sisanya menggunakan
4x1.7 Ghz Cortex A53. Nah... tujuannya buat hasilkan ponsel yang hemat energi dan Huawei Nova
3i sudah menggunakan fabrikasi 12 nano meter.
Didukung dengan GPU Mali-G51 MP4 yang sudah ada fitur GPU Turbo,
bikin ngebut optimal saat diajak menjajal gaming namun tetap hemat daya. Semakin
lengkap karena sudah tertanam RAM sebesar 4GB yang mendukung segala aspek
multitasking tanpa harus ngelag saat membuka banyak aplikasi dan main
game berjam-jam.
Beragam game kekinian yang ngehits sejenis PUBG dan Mobile Legend
dilibas dengan lancar maksimal. Main game makin fokus tanpa gangguan karena
Huawei sudah membekali Mode Uninterrupted Gaming yang mampu
menyembunyikan notifikasi sejenak. Saatnya Me Time banget ala Huawei
Nova 3i.
Perjalanan jauh ke mana saja terasa begitu membosankan bagi saya,
apalagi menggunakan mobil carter yang minim hiburan. Banyak waktu yang saya
habiskan hanya dengan tidur atau melihat perjalanan. Ada saja saya nekat
mengeluarkan ponsel pasti baterainya cepat habis, toh kapasitas baterainya
tidak terlalu besar dan bisa saja ponsel saya haru kehabisan daya sebelum tiba
di tujuan.
Beda dengan Huawei Nova 3i yang dipersenjatai oleh baterai 3340
mAh, sangat cukup buat mendengarkan musik selama di jalan. Semua lagu yang ada
di aplikasi Sportify akan terputar, mendendang hingga sampai tujuan.
Saya pun sangat sering memutarkan habis semua musik EDM di playlist,
seakan perjalanan jadi lebih nyaman dan membunuh bosan. kapasitas baterai yang
besar dan daya super irit, dijamin baterai tidak cepat habis. Sekaligus
membunuh bosan saat yang lain terdiri lelap di dalam mobil.
Bicara masalah penyimpanan pastinya jadi daya pikat sebuah ponsel dan kapasitas besar sudah jadi kewajiban buat
ponsel kekinian. Bagaimana rasanya punya ponsel memorinya terbatas dan membuat
diri tidak leluasa menyimpan foto dan video.
Belum lagi sejumlah aplikasi yang sering update sendiri saat
terkoneksi internet, makin lama akan membuat sesak kapasitas internal ponsel
tersebut. Jangankan buat menyimpan foto atau video berkualitas tinggi, aplikasi
yang jadi kebutuhan pokok harus dikorbankan. Duh... ini kondisi yang paling
menyesalkan, mau tak mau harus beli MicroSD dan menambah biaya sebuah ponsel.
Masalah tersebut ada pada ponsel saya saat ini, kapasitasnya hanya
16GB dan sudah saya tingkatkan menjadi dengan membeli MicroSD 32GB secara
terpisah. Jumlah tersebut dirasakan sangat terbatas dan bahkan harus
pintar-pintar memindah video dan foto lama ke laptop.
Asalkan ada foto dan video terbaru, ada saja file lama yang dihapus
atau dipindahkan sebagai korban seleksi alam. Ternyata bukan hanya di alam
saja ada seleksi alam tetapi di file pada ponsel. Aduh... jelas mengganggu
banget.
Bagi saya standar ponsel saat ini adalah punya kapasitas ponsel 64GB dan dirasa sudah cukup
nyaman. Ada sesuatu bikin saya tercengang, karena Huawei Nova 3i sudah dibekali
128GB. Dan jadi ponsel Smartphone termurah di kelasnya dengan storage 128GB.
Ini luar biasa dan lapang banget ini penyimpanan.
Dengan kapasitas sebesar itu bisa memuat ribuan sampai puluhan foto
sekaligus. Misalnya saja penyimpanan kosong dan Anda memotret dengan ukuran
rata-rata foto antara 3-5 MB, akan muat 25 – 42 ribu foto sekaligus. Sedangkan
buat foto HDR yang relatif besar berukuran antara 80-100 MB bisa muat sampai
1.200 -1600 foto. Ini sih gila banget!!
Kalau dirasa masih kurang cukup, ada Slot Hybrid
memori tambahan berkecepatan tinggi yang mendukung MicroSD hingga 256 GB. Itu
artinya kalian akan bisa menampung hingga 384 GB di ponsel Huawei. Rasanya
seperti penyimpanan laptop saja dan kini semua tertampung manis di dalam ponsel
kalian.
Anda pun bisa memilih menggunakan dua buat kartu SIM atau satu SIM
saja dengan microSD tambahan. Terlihat praktis dan pastinya sungguh lega buat
menyimpan foto, video, dan install koleksi game. Masalah keterbatasan
penyimpanan ponsel, terjawab jelas oleh Huawei Nova 3i.
Pencarian segudang dokumen, foto, dan video yang tertimbun lama
memang melelahkan, persoalan waktunya hingga nama foldernya. Adanya AI Huawei
Nova 3i mampu mengatur ratusan atau ribuan foto yang sudah dijepret dengan
pencarian cepat berbasis AI.
Teknologi AI akan dengan mengurutkan segala kenangan yang mulai
terlupakan sesuai tanggal, tempat, orang, dan objek foto. Sangat cocok dengan
banyaknya foto yang dijepret dalam waktu banyak. Ia akan mengurutkan secara
otomatis. Jadi tidak perlu kewalahan saat harus digunakan sebagai pemanis
tulisan di Blog atau sosial media. Dan Pastinya semua momen tersimpan aman,
makin lega dengan kapasitas penyimpanan mencapai 128 GB.
Bagaimana malangnya saat pergi ke alam bebas dan baterai ponsel
cepat habis?
Waduh... pengalaman itu jelas tidak mengenakkan, dan itu sempat menimpa
diri saya. Baterai ponsel saya hanya bertahan dua jam untuk pemakaian normal.
Mau tak mau saya harus beli powerbank sebelum berangkat di sana. Sambil
menenteng ponsel yang tercolok erat kabel powerbank di bodinya.
Persoalan yang diperhatikan saat menjelajah alam ialah daya tahan
baterai yang kuat dan awet. Huawei Nova 3i dibekali baterai berkapasitas 3340
mAh. Sudah cukup buat diajak pakai seharian seperti aktivitas produktif saat
berada di alam bebas. Tak perlu khawatir harus bawa powerbank, pastinya
aktivitas di sana sedikit dan dijamin baterai tahan hingga seharian.
Berangkat pagi di penginapan dan malam harinya baru kembali kembali
dicas. Selain itu Huawei Nova 3i, punya proses cepat dalam pengisian yang hanya
memakan waktu 2 jam 15 menit saja. Jadi tak perlu menunggu semalaman supaya
baterai penuh. Analogi yang pantas saya sematkan ialah: Pakai sepuasnya
dan cas sebentar saja.
Menjelajahi alam bebas seakan harus vakum dari dunia internet, tak
jarang kita harus lebih banyak menyimpan ponsel rapat-rapat. Persoalannya
karena jaringannya tidak terlalu mendukung, ponsel hanya digunakan sebatas
memotret dan merekam saja karena sinyalnya pasti jelek.
Kini persoalan itu coba dijawab dengan sangat baik melalui AI pada
Huawei Nova 3i. Adanya konektivitas keren berbasis AI mampu meminimalisir gangguan
sinyal. Saat sinyal di daerah pelosok sangat terbatas, AI konektivitas akan
menstabilkan walaupun pada kondisi rendah, proses pemulihan sangat cepat karena
adanya mode elevator.
Apakah terhalang perbukitan, hutan hujan tropis, dan lembah khas alam bebas.
Adanya fitur Huawei Go 1.5 yang menstabilkan jaringan Anda di mana pun Anda berada termasuk di daerah terpencil. Portofolio panjang Huawei sebagai penyedia layanan untuk operator telekomunikasi raksasa tanah air. Ini jadi bukti Huawei sebagai leader of technology pada jaringan telekomunikasi dalam membantu optimalisasi smartphone sesuai keinginan.
Adanya fitur Huawei Go 1.5 yang menstabilkan jaringan Anda di mana pun Anda berada termasuk di daerah terpencil. Portofolio panjang Huawei sebagai penyedia layanan untuk operator telekomunikasi raksasa tanah air. Ini jadi bukti Huawei sebagai leader of technology pada jaringan telekomunikasi dalam membantu optimalisasi smartphone sesuai keinginan.
Itu mendukung sekali dengan fitur yang Huawei berikan, tetap
stabil hingga pelosok sekalipun. Jelas sekali karena semua tiang BTS hingga di Kawasan Leuser merupakan milik Huawei. Bila tiang BTS-nya sudah sampai ke pelosok, koneksi sinyal tetap stabil. Jadi tidak perlu repot-repot harus ke puncak bukit buat dapatkan sinyal terbaik karena sudah ada fitur Huawei Go 1.5.
Nah.... dari segala fitur yang ditawarkan
Huawei Nova 3i membuat pengguna bisa meresonansikan kenangannya di tempat
terbaik dengan ponsel terbaik pula. Kini ponsel itu akan ada di genggaman, HuaweiNova 3i jadi ponsel terbaik mengabadikan kenangan terbaik yang Anda jejaki. Ini
cerita saya dan silakan cerita kalian tentang smartphone idaman dan semoga
menginspirasi.
0 komentar:
Post a Comment