Sudah pasti anak muda ingin tetap eksis di manapun ia berada,
tangan sulit rasanya lepas dari gawai. Aktivitas macam update status,
baca berita sampai sharing segala informasi sekitarnya. Itulah gambaran
anak kekinian, lebih akrab disebut generasi milenial, generasi yang begitu kuat
akan pengaruh teknologi.
Lokasi mereka nongkrong tidak bisa lepas dari cafe atau kedai kopi.
Suguhan minuman yang menggugah selera dan membangkitkan ide. Anak milenial
terkenal dengan kreativitas dan inovatif, segelas kopi yang masih panas di
ujung gelas memecahkan masalahnya.
Di daerah saya, Aceh sangat terkenal dengan suguhan lagi di daerah
saya Aceh. Ada banyak makanan yang mampu menggoyangkan lidah, rasanya kadang
cukup pedas untuk orang awam yang tidak terbiasa dengan taburan rempah-rempah. Memulihkan
rasa pedas itu, air dari botol mineral jadi salah satu pilihan.
Mirisnya, ada begitu banyak botol plastik yang ada di atas meja
kedai dan cafe setelah pengunjung pulang. Kemudian masuk ke dalam kantong
sampah yang menggunung di tempat pembuangan sampah. Belum lagi yang dibuang
sembarangan, menyumbat selokan kala musim hujan tiba.
Pemandangan tumpukan botol sampah bahkan bisa ditemui di pesisir pantai.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat yang rela membuang sampah botol plastik
berbagai ukuran di pesisir. Tugas membersihkan sampah hanya diperuntukkan bagi
pemilik usaha di pantai, sedangkan masyarakat masih ada yang membuang sampah
sembarang.
Mungkin saja ingatan kita masih sangat segar dengan penemuan
bangkai matinya Paus di sebuah pantai di Wakatobi. Tubuhnya yang mulai melemah,
tak ada pilihan lain kecuali mencari perairan dangkal sampai akhirnya harus merenggang
nyawa.
Ada fakta yang mengejutkan dalam penemuan Paus terdampar tersebut. Ada
begitu banyak sampah ditemukan di lambungnya. Ada sebanyak 4 botol ditemukan di
dalam lambung, dengan berat mencapai 150 gram dari total 5,9 kilogram dari beragam
sampah plastik yang ditemukan peneliti di dalam lambung Ikan Paus.
Menurut data lembaga pecinta alam, ada 5-14 juta ton sampah yang
hanyut di dalam laut. Sebagian besar sulit diuraikan alam dan butuh waktu lebih dari 400 tahun mengurai secara
sempurna. Sejak pertama sekali plastik ditemukan dan digunakan dalam industri,
belum ada yang terurai sempurna di alam. Bisa dibayangkan berapa banyak botol
plastik yang ada di alam, mencemari dan bahkan mengganggu habitat hewan di
lingkungannya.
Apalagi Aceh terkenal sebagai daerah migrasi begitu banyak ikan
Paus dan habitat hewan laut lainnya. Penemuan berbagai Ikan Paus di tahun 2017
kemarin membuktikan perairan kita menjadi jalur pilihan mamalia terbesar itu.
Sampah plastik bisa menjadi ancamannya saat berada di dekat perairan.
Di beberapa negara maju, konsumsi jumlah botol minum plastik mulai
dibatasi jumlahnya. Ukurannya hanya pada ukuran tertentu dengan ukuran lebih besar.
Mungkin kita sering melihat jajanan minum berukuran gelas, di sejumlah negara
sudah dibatasi atau bahkan dihilangkan. Bahkan sedotan juga sudah hilangkan,
karena berisiko besar andai hanyut di laut dan ditelan oleh makhluk laut.
Pada sebuah channel Youtube SeaTurtleBiologist yang diunggah
beberapa tahun lalu. Memperlihatkan para ilmu para ilmuwan sedang berupaya
untuk mengeluarkan sebuah sedotan plastik yang menyumbat hidung si penyu malang tersebut. Sungguh
tragis dan berbahaya bagi banyak hewan laut lainnya, awalnya mereka kira
makanan nyatanya itu jebakan plastik yang mengancam hidup mereka.
Pembatasan buangan sampah yang tidak berhasil ditampung dapat
dilakukan oleh masyarakat. Membatasi jumlah plastik atau menggantinya dengan
bahan yang mudah terurai jadi solusi. Hanya saja, masih belum ada bahan
sintesis yang mudah larut di alam. Pilihannya hanya satu, membatasi jumlah
konsumsi plastik. Selaku generasi milenial, ada beragam cara yang bisa
diterapkan dalam membatasi sampah botol dan mengolah sampai menjadi barang
berharga.
Jadi milenial yang paham dan peduli lingkungan
Anak muda punya peran besar dalam mengampanyekan peduli lingkungan.
Mereka punya hal yang kreatif dan inovatif, dari gawai yang mereka pakai bisa
lahir berbagai postingan untuk peduli lingkungan.
Kampanye dari sosial media jadi opsi yang anak milenial lakukan.
Mulai dari postingan, tagar (#) peduli lingkungan, hingga menulis blog di dunia
maya. Ini dijamin buat masyarakat sadar untuk menjaga lingkungan jadi lebih
baik.
Penetrasi internet yang sudah hampir dinikmati berbagai kalangan
cukup membantu menjaga alam. Ada begitu banyak isu tentang alam yang berhasil
viral dan mendapatkan atensi besar dari masyarakat. Itu semua berkat
tangan-tangan anak milenial yang tidak pernah diam mengampanyekan peran menjaga
lingkungan.
Gaya hidup
ramah lingkungan dengan Tumbler
Apa yang terbayang saat mendengarkan tumbler?
Botol minum plastik yang bisa digunakan berkali-kali, air yang
diisi bisa bermacam-macam jenis air dan bahkan bisa menekan biaya pengeluaran.
Ini masuk akal karena setiap harinya manusia butuh 8 gelas air yang setara
dengan 2 liter air, jumlah ini bisa bertambah lagi buat yang punya aktivitas
ekstra.
Toh... dengan
membeli air botol mineral rata-rata 2 botol sehari dengan asumsi harga (Rp5.000).
Itu artinya sebulan kita bisa menekan biaya sampai 150 ribu. Biaya itu bisa
digunakan untuk keperluan lainnya dan bahkan mengurangi jumlah sampah botol. Andai
saja ada begitu banyak anak muda yang beralih ke tumbler, itu bisa mengurangi
jumlah sampah botol plastik.
Anak muda pakai tumbler itu cupu atau kekinian?
Jelas saja anak muda yang pakai tumbler itu kekinian dan sadar
lingkungan. Hanya anggapan keliru yang mengatakan seperti itu. Ada banyak
alasan yang bisa saya kemukakan. Misalnya saja penggunaan berulang kali yang
tidak bisa digunakan pada botol mineral, penggunaan berulang kali atau pada
suhu tinggi akan mengubah botol plastik termasuk membahayakan tubuh.
Itu tidak terjadi pada tumbler yang bisa digunakan berapa kali
tanpa henti, pengguna hanya cukup membersihkannya. Kemudian tidak ada perubahan
warna serta tumbler didesain tidak gampang peyot dan tahan pecah. Sedangkan
secara ekonomi bisa menekan biaya dan kesehatan. Saat makan di warung, kualitas
airnya bisa saja tidak baik. Adanya tumbler seakan bisa mengurangi efek seperti
sakit perut karena air yang kita bawa dari rumah lebih higienis.
Menjelajah alam dan menjaga alam khas milenial
Beberapa bulan lalu saya punya pengalaman unik, menjelajah alam
Leuser yang luas. Hamparan perbukitan, tebing curam, dan desir air dari
bebatuan begitu syahdu. Saya mendapatkan kesempatan langka ini, menjelajah
lokasi Taman Nasional Gunung Leuser yang jauh dari tangan manusia.
Salah satu desa destinasi ialah Agusen, desa di kaki Gunung Leuser
yang begitu menakjubkan. Pemandangan yang menawarkan berbagai pengalaman. Mulai
dari tebing curam menjulang, anak Sungai Alas yang begitu jernih hingga
rapatnya hutan hujan tropis.
Sebelum melakukan proses hiking dan camping, kami pun
dibagikan tumbler kosong. Tidak diperkenankan untuk membawa botol plastik. Ada
begitu besar pasokan air melimpah di alam, tak perlu takut dehidrasi karena
dengan tumbler yang diberikan panitia. Peserta bisa mengambil air yang mengalir
deras dari bebatuan cadas.
Ada hikmah yang bisa saya petik saat itu, tujuan utama panitia
melakukan hal demikian adalah untuk kesadaran lingkungan. Penggunaan botol
plastik berisiko besar dibuang oleh peserta yang ikut serta, sedangkan tumbler
dengan secara bentuk dan nilai lebih berharga akan kecil kemungkinan dibuang
peserta.
Selain itu, Desa Agusen sedang dalam proses mengampanyekan diri
sebagai desa ekowisata. Salah satu spot yang ditawarkan adalah pemandian
di Anak Sungai Alas. Kampanye lingkungan dengan melibatkan peserta akan mampu
mempromosikan, sekaligus menjaga lokasi wisata bebas sampah.
Kami juga punya berperan serta membersihkan sampah yang ditemui di
sepanjang. Sering sekali sebuah lokasi wisata yang sudah populer akan rusak
karena sedikitnya kesadaran dari pengunjung. Untuk itu dilakukan sosialisasi
dengan terbatasnya minuman botol di sana dan diperbanyaknya tong sampah. Agar
tetap menjaga alam Leuser dan Desa Agusen tetap asri bebas sampah.
Ide mengurangi botol plastik dengan tumbler jadi ide yang menarik.
Mengubah stigma tumbler yang hanya digunakan oleh anak perempuan dan ibu rumah
tangga. Tetapi semua kalangan, termasuk anak milenial. Bersama punya peran
penting dalam menjaga alam dari sampah botol ke arah tumbler.
Botol plastik
menjadi bahan kreatif
Bagaimana
dengan jumlah botol plastik yang banyak mencemari lingkungan sekitar Anda?
Nah... banyak dari botol plastik tadi yang tidak dipakai.
Kebanyakan dari botol plastik tadi dibawa ke tempat pembuangan akhir dan diolah
menjadi barang barang. Nyatanya ada sejumlah cara kreatif yang bisa dicoba.
Salah satu pilihan adalah dengan mengubahnya menjadi seni ecobrick.
teknik yang bisa menjadikan barang sampah yang ada di lingkungan seperti botol plastik
jadi barang berharga. Cara membuatnya cukup mudah, hanya dengan memasukkan
tumpukan plastik seperti plastik, bungkusan permen ke dalam plastik hingga
padat dengan menggunakan tongkat.
Meskipun butuh usaha ekstra memasukkan tumpukan plastik ke dalam
botol setelah mengutipnya berbagai lokasi yang jadi lokasi sampah botol
plastik. Hasilnya terbalaskan dari kerajinan tangan yang dihasilkan. Dengan
begitu kita sudah mengurangi zat buang sampah menghasilkan begitu banyak
karbondioksida yang tertahan di atmosfer bumi. Zat karbondioksida yang biasanya
dihasilkan dari beragam sampah plastik ke udara. Kini berhasil tertahan di dalam rongga botol.
Hasilnya ada beragam karya seni yang lahir, misalnya saja kesenian
seperti bahan baku untuk furnitur, barang dekorasi hingga bahan baku membuat
rumah. Anak milenial yang kreatif pastinya melihat ini sebagai ladang uang. Barang
yang tidak terpakai dan bahkan tidak bernilai harganya dari sampah botol. Di
sulap menjadi barang seni dengan nilai seni, kini giliran mereka memasarkan
produk tersebut dari gawainya.
Mencintai alam, mempromosikan gaya hidup hijau, dan mengubah barang
tak berguna jadi barang berharga dengan teknik Ecobrick. Segudang cara itu
adalah satu dari sekian banyak cara anak muda pilih dalam menyayangi alam. Kini
yang muda yang berkarya sembari menjaga alam sesuai anak milenial.
Semoga postingan ini menginspirasi kita semua dan Have a Nice Day.
0 komentar:
Post a Comment