Memori terngiang pertama sekali, tepat 9 tahun
yang lalu saya diterima di kampus Jantong Hate rakyat Aceh, Universitas
Syiah Kuala. Hingga 5 tahun berselang saya telah berhasil menyelesaikan studi
di salah satu Fakultas Kelautan dan Perikanan. Memori mendaftar ulang mahasiswa
baru kala itu dilaksanakan di pustaka Unsyiah.
Saat itulah saya menjadi salah satu mahasiswa di
bawah panji Unsyiah dan menuntut ilmu di sana. Sebagai seorang alumni, setiap
kali berkunjung ke Unsyiah, mungkin pilihan jatuh pada pustaka. Ada banyak kenangan
dan perjuangan hingga akhirnya meraih gelar sarjana. Gedungnya dahulu dan
sekarang terlihat menjulang seakan ada semangat di dalamnya.
Letaknya sangat strategis saat memasuki gerbang
KOPELMA (Kompleks Pelajar Mahasiswa). Unsyiah pun semakin asri dengan beragam pepohonan
hijau nan teduh. Beragam gedung baru mulai yang berdiri kokoh, ada satu gedung
yang mampu menarik perhatian pecinta literasi yaitu Pustaka Unsyiah. Ia tetap berdiri
dengan kokohnya di depan lapangan tugu sebagai simbol dari Unsyiah sebagai Jantong
Hatee Rakyat Aceh.
Pustaka Unsyiah jadi lokasi yang tidak asing
bagi saya semenjak awal perkuliahan dan bahkan setelah tamat sekalipun.
Transformasi wajah perpustakaan dari awal mula kuliah hingga saat ini begitu
saya rasakan. Dahulu saat mendengar kata perpustakaan, banyak yang terbesit di
dalam pikiran identik ialah rak buku tinggi yang sulit digapai dan tempat
perkumpulan kutu buku.
Namun kini hal itu tidak berlaku lagi saat
ini. UPT. Perpustakaan Unsyiah telah bertransformasi menjadi pustaka yang diakui di
tingkat Nasional. Mengusung tema More Than Just a Library, Saat
di depan terpampang jelas di papan ukir nama dari Pustaka Unsyiah. Tertulis
dengan jelas Knowledge is Free at Our Library, Just Bring Your Own
Container dari luar tergambar jelas Pustaka Unsyiah bukan hanya
sekedar pustaka namun banyak hal menarik yang ditawarkan.
Pustaka Unsyiah memang memberikan sesuatu yang
beda saat pertama sekali saya kuliah di medio 2010. Hanya sedikit mahasiswa yang
mau datang ke sana, itu pun ketika butuh dalam mengerjakan tugas dan anjuran
dosen. Fasilitas kurang lengkap dan nyaman seakan membuat mahasiswa sedikit
malas ke perpustakaan kala itu.
Mahasiswa lebih memilih menghabiskan tugas di
kedai kopi yang begitu menjamur di Banda Aceh. Alhasil perpustakaan hanya diisi
oleh yang benar-benar memiliki minat membaca dan mahasiswa yang terpaksa
mencari bahan kuliah karena tidak ditemukan di internet. Kini sudah mengalami
transformasi jadi ruang publik yang nyaman dan menyenangkan.
Pustaka Unsyiah dan Jalan Panjang nan terjal
Tahun 1970 menjadi awal berdirinya Pustaka
Unsyiah yang saat itu masih menggunakan gedung Fakultas Ekonomi. Jalan panjang
bertahun-tahun akhirnya tercapai pada April 1994 memiliki gedung sendiri. Semua
berkat Keputusan Rektor No. 060 Tahun 1994, sekaligus menyatukan semua
perpustakaan di lingkup Unsyiah dalam satu wadah UPT perpustakaan Unsyiah.
Cerita manis tersebut tak bertahan lama, di akhir
tahun 2004 jadi kisah yang pilu buat Aceh dan Unsyiah. Gempa bumi dan Tsunami
yang sempat melanda Aceh jadi saksi Gedung Perpustakaan Unsyiah tetap berdiri
kokoh. Walaupun menerjang kampus Jantong Hatee rakyat Aceh, sejumlah koleksinya
berhasil selamat dari amukan bencana tersebut dan tetap terawat hingga
sekarang.
Hampir 49 tahun pasang surut setelah berdiri,
kini transformasi ke arah digital dan modern berhasil dijalankan. Visi dan
misinya bukan hanya sebagai pustaka terbaik di tanah Aceh saja tapi hingga ke
level nasional.
Proses itu mulai diterapkan secara penuh di
bawah kepemimpinan Bapak Dr. Taufiq
Abdul Gani selaku Kepala Pustaka Unsyiah. Gebrakan yang dilakukan dengan
memodernisasikan Pustaka bukan hanya sebagai lokasi meminjam dan membaca buku,
namun bersifat multifungsi segala kegiatan kemahasiswaan.
Untuk meningkatkan kembali mutu pendidikan
yakni dengan cara meningkatkan minat baca dan kunjungan mahasiswa serta dosen
ke pustaka. Apalagi Unsyiah yang terkenal dengan publikasi terbaik tingkat
nasional, akan terasa sia-sia bila tidak didukung dengan perbaikan di pelayanan
pustaka. Cara yang dilakukan untuk menaikkan taraf Pustaka Unsyiah menjadi
kompeten dan bersaing di level nasional.
Pustaka Unsyiah yang punya Akreditasi A Perpusnas RI |
Langkah yang dilakukan yaitu dengan
memodernisasi pustaka ke arah yang diminati oleh para akademisi. Ganjarannya
dari segala kerja keras tersebut terbayar karena Pustaka Unsyiah berhasil
mengantongi akreditasi Nasional A dan sertifikasi ISO 9001:2008 mulai
dari tahun 2013 dari Lembaga Perpustakaan Nasional RI.
Gagahnya Penampilan Pustaka Unsyiah
Menuju Pustaka Unsyiah sangat mudah karena
letaknya sangat strategis, bersebelahan dengan Gedung Biro Utama Unsyiah dan
Masjid Putih Kampus. Selain letaknya yang strategis, menyediakan parkir yang
mampu menampung roda 2 dan 4 dengan penjagaan oleh pihak keamanan kampus.
Sehingga tak perlu khawatir dan was-was saat membawa kendaraan ke sana.
Selain itu di depan Pustaka Unsyiah terkoneksi
secara langsung dengan halte Bus Trans Koetaradja yang melintas sehingga
memudahkan pengunjung yang tidak membawa kendaraan. Berjalan beberapa puluh
meter langsung melihat megahnya Gedung Pustaka, berwarna putih dengan halaman
yang asri dan rindang.
Suasana siang itu sangat terik, tapi saya
seakan merasa sejuk saat masuk ke area halaman pustaka. Punya halaman yang luas
dan taman sering dimanfaatkan para mahasiswa yang ingin merasakan belajar
dengan alam outdoor. Keberadaan kursi taman yang ada di depan pustaka membantu
mahasiswa untuk beristirahat.
Seluruh ruangan dalam pustaka sudah memiliki
pendingin ruangan, hawa sejuk seakan mampu melupakan rasa terik sebelumnya. Pada
bagian depan terdapat papan informasi yang memberikan sejumlah informasi, papan
itu bisa ditemukan di lokasi proses masuk ke dalam pustaka. Ada banyak berbagai
event dan informasi lomba yang sangat bermanfaat buat pengunjung.
Ada banyak event lanjutan |
Pengunjung yang menunggu di luar pustaka tak
akan bosan karena terpampang TV LCD raksasa yang menyajikan tontonan edukasi.
Bak hiburan sembari menunggu teman di dalam pustaka. Pastinya Sebelum masuk ke
dalam pustaka para pengunjung khususnya dari mahasiswa Unsyiah melakukan harus
melakukan Scan elektronik menggunakan KTM.
Sedangkan bagi pihak luar kampus atau alumni
seperti saya dikenakan biaya sebesar Rp.5.000 setiap masuk ke pustaka. Proses
pembayaran bisa menggunakan sejumlah kartu ATM yang tersedia di dalam pustaka. Saya
selaku alumni pun memilih salah satu pembayaran dengan Brizzi BRI dan mendapatkan
akses masuk selama seharian hingga pukul 23:00 WIB meskipun nantinya saya
sempat keluar masuk pustaka.
Bayar sekali, nikmati fasilitas sepuasnya |
Bukan itu saja, saya mendapatkan kata sandi
untuk koneksi Wi-Fi dan LAN yang terhubung dengan koneksi pustaka. Ini mampu
mendukung pengguna dengan mudah mengakses sistem UILIS Unsyiah dan pencaharian
tugas lainnya di internet.
Yang uniknya,
Pustaka berkolaborasi dengan mahasiswa dalam memberikan tanggung jawab dalam mengelola
pustaka. Saya pun menemui beberapa mahasiswa yang menjadi volunteer di
pustaka dengan senyum manis merekah di bibir mereka. Cara ini menurut saya
mampu jiwa pustaka untuk cinta pada pustaka.
Siapa selanjutnya pengen jadi Volunteer? |
Selanjutnya di pintu masuk terdapat alat EM Detector
yang punya fungsi menghindari pencurian buku oleh pengunjung pustaka yang
tak bertanggung jawab, apalagi sejumlah buku yang ada tergolong langka. Hampir
seluruh buku yang ada di pustaka telah memiliki nomor kode dan terdaftar di EM Detector.
Sesaat memasuki perpustakaan, suasana terasa
sangat lebih hidup dan berwarna. Dulunya semua dinding pustaka hanya didominasi
warna putih saja. Kini seakan lebih berwarna dengan beragam kombinasi warna khas
retro dan fasilitas yang membuat nyaman di dalamnya. Semua itu dilakukan agar
pengunjung betah membaca buku dan mencoba segala fasilitas yang ada di dalam
pustaka.
Di bagian sebelah kanan di lantai bawah
terdapat sebuah layar digital yang mencatat pengunjung pustaka saat itu dan
jumlah pinjaman buku. Semua pengunjung yang masih akan terdata pada mesin EM
Detector dan mengetahui jumlah pengunjung setiap saat secara real-time.
Masih pagi tapi sudah ramai |
Sembari melepas lelah sekaligus rileks hanyut
dalam bacaan, ada banyak pilihan yang layak dipilih. Mulai dari ruang membaca
yang menyerupai lesehan, sering dimanfaatkan mahasiswa untuk membaca buku dan
membuat kelompok tugas. Sofa lounge buat para pengunjung ingin melahap
bacaan sambil duduk, semua memberi nyaman kepada siapa saja.
Setiap kejutan di setiap lantai Pustaka
Unsyiah
Setiap lantai pustaka Unsyiah punya beragam
buku bacaan yang sesuai dengan preferensi pengunjung. Pustaka Unsyiah memiliki
3 lantai yang dapat digunakan sesuai kebutuhan pengunjung ingin. Ada begitu
banyak koleksi buku di UPT. Perpustakaan Unsyiah, menurut data dari Onesearch,
sedikitnya ada sekitar 116.683 koleksi buku yang ada.
Jumlah totalnya ada 81.805 katalog pustaka,
22.973 berupa ETD dan sisanya sebanyak 11.905 berupa katalog dan jurnal dari
sejumlah kampus di Unsyiah. Angka
tersebut membuat Pustaka Unsyiah adalah pemilik koleksi pustaka terbanyak nomor
7 di Indonesia dan di peringkat ke 3 untuk tingkat Universitas.
Jumlah sebanyak itu diberikan kode buku sesuai
raknya dan jenis bidang ilmu terapannya, supaya memudahkan pengunjung menemukan
buku yang dicari. Cukup melihat petunjuk kode angka yang tertera dengan jelas
di setiap rak.
Pada lantai 1, pengunjung dapat menemukan
sejumlah koleksi katalog perpustakaan yang di dominasi oleh buku ilmu
pengetahuan sosial seperti hukum dan ekonomi. Selain itu, juga terdapat ruangan
tertutup yakni Ruangan Peminjaman Singkat. Di ruangan tersebut para pengunjung
dalam membaca buku atau meminjam secara singkat.
Setiap kode rak punya yang memudahkan pengunjung |
Cukup dengan menuliskan nama, NIM, dan asal
kampus. Pihak pustaka memberikan izin untuk mengopi buku yang ingin dipinjam
sementara. Cukup membantu terutama bagi para pengunjung yang berasal dari luar
lingkungan Unsyiah. Meskipun hanya bisa melakukan proses peminjaman singkat,
tak perlu khawatir karena sudah ada mesin foto kopi khusus yang melayani proses
mengopi materi yang diinginkan pengunjung.
Ada satu sudut yang menarik perhatian saya
saat berada di lantai 1 yaitu beragam artefak keramik yang berasal dari
kerajaan kuno di berbagai negara di dunia. Seakan menambahkan nilai sejarah
yang ditonjolkan sesuai dengan buku ilmu terapan sosial yang mendominasi lantai
1.
Segudang artefak yang kaya sejarah |
Beranjak ke lantai 2, di lantai tersebut lebih
banyak didominasi ilmu alam, teknologi dan kedokteran. Saya dahulu kuliah di
bidang sains dengan mudah dapat menemukan buku-buku sesuai jurusan yang saya
dalami dulu. Lantai 2 jadi lokasi favorit buat para pemburu berbagai materi
kuliah hingga tugas akhir.
Saya pun duduk sejenak sambil membuka laptop
dan mengambil beberapa buku di dalam rak. Para mahasiswa sibuk dengan tugasnya
masing-masing. Urusan koneksi internet bukanlah sebuah masalah, saya pun sudah
mendapatkan kata sandi yang diberikan dari pihak pustaka saat masuk pustaka.
Mahdi dan tugas akhir, serta mimpi menjadi sarjana |
Saya pun sempat berbincang-bincang dengan
salah seorang mahasiswa tahap akhir bernama Mahdi. Ia menceritakan bahwa segala
urusan bahan perkuliahan hingga bahan skripsi didapatkan dan dibuat di pustaka.
Ia sangat terbantu dengan bahan dan suasana kondusif yang membantu ia
menyelesaikan kuliah tepat waktu. Sebagai kado berharga buat orang tuanya di
kampung.
Doakan saya bisa wisuda pertengahan tahun
nanti ya…
Cerita Mahdi tadi seakan mengingatkan saya 4
tahun yang lalu, mungkin saya dan banyak alumni lainnya terbantu dengan suasana
belajar di pustaka. Sambil melepaskan hiruk-pikuk dunia luar yang penuh penat
dan jengah, suasana pustaka begitu dirindukan.
Sudah puas menghabiskan waktu di lantai 2,
saya pun selalu penasaran dengan lantai 3. Di lantai ini ada buku didominasi
buku tentang Fiksi bahasa, sejumlah skripsi, tesis dan disertasi. Banyak
sejumlah karya tulis mahasiswa terdahulu masih tersimpan rapi dan bisa dipinjam
seluruhnya. Cukup dengan menuliskan judul terkait, pustakawan Unsyiah langsung
mencarikan buku atau pun jurnal yang Anda cari.
Akhirnya buku yang dicari ketemu |
Selain itu, lantai 3 telah bertransformasi
dalam pengadaan buku-buku fiksi dan bahasa. Bagi yang menyukai buku-buku fiksi,
lantai 3 jadi tempat yang paling tepat dalam lamunan khayalan bacaannya.
Setelah lelah dengan bahan kuliah, saya pun tak pernah lupa membaca sastra. Bak
memperkaya bahasa dan memperdalam diksi supaya nantinya tulisan saya enak
dibaca para pembaca.
Di lantai tiga
ada beragam bacaan yang menarik salah satunya di bagian rubik di area jurnal
yang menyediakan beragam majalah dan surat kabar. Pengunjung bisa menemui
berbagai macam majalah kenamaan yang membahas beragam isu secara in depth seperti
Tempo dan Gatra. Bukan hanya itu saja, ada sejumlah surat kabar kenamaan yang
selalu update.
Bacaan In-depth khas Tempo dan Gatra yang sangat menggugah |
Meskipun saat
ini penetrasi informasi digital sudah sangat pesat, membaca surat kabar dengan
sambil membolak-balikkan halaman tetaplah nyaman. Apalagi di setiap sudut ada
sofa empuk dan nyaman yang bisa gunakan sambil merebahkan bahu sambil menikmati
bacaan.
Nah… yang paling keren di lantai tiga yaitu ada
sebuah koridor khusus yang menonjolkan budaya khas negeri ginseng.
Pernak-pernik khas Korea Selatan semua ada di sana, mulai dari buku, miniatur
yang tersusun rapi di sepanjang rak hingga foto-foto kerja sama delegasi Korea Selatan
dengan pihak Unsyiah.
Pihak Unsyiah sangat getol bekerja sama dengan
Korea Selatan termasuk menyediakan ruangan khusus untuk bisa mengetahui lebih
banyak budaya mereka. Lokasi ini jadi yang paling ikonik buat siapa saja yang
berswafoto atau mengetahui lebih banyak mengenai Korea. Seakan merasakan aura
yang kental saat di sana, saat berada di lantai 3 Unsyiah.
Segudang pernak-pernik khas Korea |
Bagi pengunjung yang berkebutuhan khusus,
telah tersedia lift khusus yang memudahkan mereka untuk naik ke lantai
berikutnya. Mereka sangat terbantu karena pihak Pustaka Unsyiah memperhatikan
hal detail tersebut. Lift juga sering digunakan untuk proses mengangkut buku
yang telah dipinjamkan pengunjung agar diletakkan kembali oleh pemustaka.
UILIS dan Pencarian tanpa batas Pustaka
Unsyiah
Pencarian buku kini telah makin mudah secara digital berkat adanya UILIS
(Unsyiah Integrated Library Information System). Salah satunya adalah integrasi
dengan OPAC (Online Public Acces Catalog), yaitu dengan adanya komputer pustaka
yang terhubung dengan jaringan tersebut.
Ini memudahkan para pengunjung mencari buku atau
bacaan yang diinginkan hanya dengan pencarian kata kunci. Kemudian pengunjung
dalam mengakses sejumlah pencarian buku, katalog, dan dokumen yang tersedia. Aksesnya
OPAC bukan hanya melalui komputer di pustaka, tetapi juga dengan perangkat
pribadi. Sudah ada aplikasi UILIS Mobile dalam mengetahui pencarian
OPAC, historis peminjaman dan proses perpanjangan peminjaman.
Proses pencarian buku pada sistem Uilis |
Aplikasi punya peran besar di era digital
termasuk memudahkan akses ke dunia pustaka. Sadar akan peluang menarik
tersebut, Pustaka Unsyiah tak mau ketinggalan melakukan terobosan baru. Salah
satunya ialah pengadaan aplikasi Mobile.
Cara ini dapat menghemat waktu dan tenaga dari
pengunjung pustaka karena cukup dengan memasukkan kata kunci yang diingin,
pengunjung dengan mudah menemukan apa yang dicari. OPAC mampu terintegrasi
secara langsung dengan segala macam mesin pencarian.
Pengunjung dapat melihat di mana buku yang
dicari berada sesuai dengan kode yang tertera. Pustaka Unsyiah juga memiliki
kualifikasi buku sesuai lantai. Dengan melihat kode yang tertera, pengunjung
dapat dengan mudah menemukan buku yang dicari. Praktis banget ya…!
Selain itu, di pustaka Unsyiah terdapat
komputer yang terhubung secara langsung ke UILIS. Ini memudahkan pengunjung
yang tidak membawa gadget dalam mengakses dengan komputer yang tersedia. Cukup
dengan memilih OPAC dan memasukkan kata kunci pencarian.
Petunjuk akses pada sistem OPAC |
Bukan hanya itu saja, buat mahasiswa tahap
akhir sangat terbantu dengan fitur ETD (Electronic Theses and Disertations).
Salah satunya teman saya Yudi yang sedang mempersiapkan disertasinya. Fitur ini
sangat membantu dan caranya cukup dengan mengakses ETD dan memasukkan kata
kunci, maka secara tak langsung akan muncul berbagai Skripsi, Tesis dan
Disertasi secara online.
ETD bisa diakses di mana saja tak harus di
pustaka dan ini sangat membantu mahasiswa. Selain itu begitu banyak sejumlah
karya tulis mahasiswa sebelumnya yang telah lulus. Cukup memasukkan kata kunci
nama ataupun judul, termasuk saya pribadi bisa menemukan skripsi terdahulu.
Unsyiah dan segala
fasilitas pendukungnya
Pustaka terbaik
mampu membuat siapa saja yang di dalamnya larut tanpa harus memikirkan banyak
hal yang mengganjal. Semua kebutuhan dan keperluan lainnya bisa dilayani di
dalamnya termasuk pengadaan loker khusus yang menyimpan barang berharga saat di
pustaka.
Membawa tas, tak perlu khawatir karena bisa
dibawa masuk ke dalam pustaka. Selain itu ada opsi pilihan memasukkannya ke
dalam loker yang ada di setiap sudut, sudah pasti dijamin aman. Ukurannya
sangat pas untuk berbagai ukuran tas, dibandingkan harus memikul tas saat
mencari buku. Memasukkan loker jadi sebuah pilihan pengunjung.
Barang bawaan aman di dalam loker |
Pustaka Unsyiah punya juga mengedepankan
sejumlah kerajinan tangan yang dihasilkan oleh perorangan atau UKM di bawah
Unsyiah. Pada bagian kanan di sebelah kanan ada sebuah gerai kecil yang bernama
Library Gift Shop (LGF).
Mekanisme yang diterapkan seperti ini seakan mampu
menumbuhkan semangat berkreasi dan berwirausaha bagi mahasiswa. Menurut saya
pribadi, letaknya yang strategis yaitu di dekat tangga menuju lantai
selanjutnya sering dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk membelinya.
Di LGF ada beragam kerajinan tangan khas
mahaasiswa mulai dari gantungan kunci, syal hingga pakaian. Karyawan yang bekerja
di sana bertugas bergantian menjaga dan mengelola LGF secara mandiri. Bagi
pengunjung yang jarang datang ke pustaka Unsyiah, pernak-pernik di LGF sangat
cocok dibawa pulang sebagai cendera mata khas pustaka Unsyiah.
Belanja, di LGF saja |
Walaupun Pustaka Unsyiah bersebelahan dengan
Masjid Putih Kampus, namun bukan berarti tidak memiliki Musala. Tujuannya mengakomodir
pengunjung terutama perempuan dapat melaksanakan ibadahnya. Di dalam Musala
juga tersedia peralatan salat mulai dari sajadah, mukena, dan kain sarung.
Untuk proses peminjaman buku lebih modern tanpa
harus mengandalkan pihak pustaka karena telah ada mesin peminjaman otomatis
bernama Self Loan Station. Sesuai dengan Revolusi Industri 4.0 yang
mengandalkan teknologi. Pengunjung yang memiliki kartu pustaka dapat dengan mudah
meminjamkan buku dengan maksimal 3 buku. Waktu pengembalian buku berlangsung
selama 14 hari dengan sekali masa perpanjang lanjutan. Sangat praktis dan tidak
memerlukan waktu antre yang lama.
Self Loan Station yang buat proses pinjam jadi lebih mudah |
Setelah puas dengan semuanya, ada lokasi saran
yang berbentuk emoji atas kedatangan di pustaka Unsyiah. Segala pengalaman yang
saya rasakan selama berada di dalamnya terbayar dengan lunas. Emoji excellent
sangat layak ganjarannya buat pustaka Unsyiah. Semua dahaga saya terjawab
dengan baik selama di dalamnya.
Tak ada Alasan Tak pergi ke Pustaka Unsyiah
Sesuai dengan konsep yang diusung pustaka Unsyiah
yaitu: More than Just a Library ternyata memberikan banyak perubahan
pada pengunjung Pustaka Unsyiah. Seakan memberikan sebuah dimensi baru dalam
revolusi pustaka. Ini menjadi sebuah semangat dalam Unsyiah Library Fiesta 2019.
Bila dahulunya pustaka identik dengan suasana
yang formal dan senyap, kini konsep ini coba diubah dengan sedemikian rupa
untuk kenyamanan pengunjung. Pengunjung rela menghabiskan banyak waktu saat
berada di sana. Waktu yang digunakan jadi lebih optimal, larut dalam lamunan
buku yang seakan memupuk pikiran.
Pustaka pun tak seperti tempo dulu, ada banyak
hiburan yang mengasah edukasi dan kreativitas mahasiswa. Selain menarik animo
pengunjung serta kecintaan pergi ke pustaka. Mulai dari Kelas Literasi
Informasi yang menghadirkan pemateri berbobot, Kegiatan Harmoni Kampus, dan
Acara Relax and Easy.
Urusan jadwal buka Pustaka Unsyiah pun lebih
lama dalam menunjang aktivitas pustaka. Ada banyak pustaka yang hanya buka pada
siang hari dan tutup pada malam hari. Unsyiah berlaku beda dengan menerapkan
buka setiap harinya dan pada malam tertentu, sehingga memudahkan siapa saja
mencari bahan dan lokasi belajar.
Secara tak
langsung mereka yang kurang suka minat membaca mampu tumbuh dengan sendirinya
dengan acara tersebut. Kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh duta baca Unsyiah
dalam mempromosikan perpustakaan Unsyiah dan menanamkan minat baca bagi
kalangan akademisi.
Jadi itulah
sejumlah alasan mengapa Pustaka Unsyiah bukan sekedar pustaka biasa. Dengan
konsep dan animo dari pengunjung yang terus meningkat, tak tertutup kemungkinan
Pustaka Unsyiah jadi model role pustaka modern bukan hanya di Aceh saja
tetap tingkat nasional.
Cafe Kekinian dan Hiburan atraktif di Pustaka
Pustaka Unsyiah punya konsep dengan menawarkan
sejumlah makanan ringan bagi pengunjung yang ingin mengganjal perut atau
melegakan tenggorokan. Adanya kantin yang menyediakan segala makanan dan
minuman ringan saat masuk ke dalam pustaka. Harganya juga relatif terjangkau
yang ramah buat kantong mahasiswa.
Kini tak harus jauh mencari makanan pengganjal perut |
Bukan berhenti di situ saja, ada juga Libri Cafe
tersebut dibuat dengan konsep anak muda kekinian serta dikelola secara langsung
oleh mahasiswa. Lokasi Libri Cafe sering menghadirkan sejumlah penampilan dari Relax
and Easy, mulai dari mahasiswa yang berbakat hingga musisi ternama khas
Aceh pernah tampil di panggung tersebut.
Panggung utama Relax and Easy |
Hanya saja dalam beberapa kunjungan saya tidak
berhasil memesannya, karena Libri Cafe baru mulai buka jelas siang hari. Mungkin
di lain kesempatan saya bisa kesampaian menyaksikan penampilan Relax and
Easy dari mahasiswa sambil menyeruput satu cup Americano dingin di Libri
Cafe.
Libri Cafe yang modern di dalam pustaka Unsyiah |
Setelah menghabiskan beberapa jam di Pustaka
Unsyiah, saya merasa lega karena bisa mendapatkan banyak sekali ilmu dan
pengalaman baru. Seakan ingin kembali menjadi mahasiswa baru dan merasakan
duduk di salah satu kursi sambil larut di dalam bacaan.
Pengalaman ini membekas dan melebihi
ekspektasi saya pribadi, bahkan siapa saja yang datang akan kagum dan nyaman di
dalam Pustaka Unsyiah. Sangat layak menganggap Pustaka Unsyiah More Than
Just a Library. Melalui semangat Unsyiah Library Fiesta 2019, saya seakan mendapatkan apa yang tertera di
papan ukir di depan Pustaka Unsyiah Knowledge is Free at Our Library,
Just Bring Your Own Container. Semua bak pengalaman tak terlupakan..
Semoga saja postingan ini menginspirasi dan
silakan cerita pengalaman kalian saat berkunjung ke pustaka Unsyiah. Have a
Nice Day.
0 komentar:
Post a Comment