Bila manusia tidak bisa mengubah cara belajar dan
mengajarnya masih sama seperti 30 tahun yang lalu. Siap-siap saja kemampuan
para guru akan kalah dengan mesin dalam mengajarkan peserta didik. Apa yang
mesin lakukan jauh lebih pintar dan lebih cepat dari cara manusia mengajarkan manusia
lainnya. Kini ubah caranya dengan cara belajar dan mengajar kita jadi lebih unik dan spesifik karena mesin
tidak bisa melakukannya.
Petikan pembicaraan dari Jack Ma saat acara
World Economic Forum tahun 2018 di Davos-Klosters. Ia bercerita banyak mengenai
cara membangun perusahaan digital, pekerjaan di masa depan, kreativitas yang
dibutuhkan di masa depan hingga sektor paling penting yaitu penerapan
pendidikan. Akan banyak disrupsi yang terjadi dan salah satunya adalah di
bidang pendidikan.
Jack Ma saat berbicara di WCF tahun lalu |
Bukan hanya jalan panjang revolusi industri
yang mengalami perubahan, arah pendidikan mengalami hal serupa dalam beberapa
dekade terakhir. Perubahan besar ini mengubah cara manusia belajar dan
mengenyam pendidikan. Pastinya segala perubahan ini sesuai dengan arah revolusi
yang terjadi, jika manusia tak mengubah cara belajarnya. Mereka bisa
terdisrupsi dengan teknologi yang mereka buat sendiri.
Itu semua bukan isapan jempol belaka, pendidikan
jadi salah satu cara dalam mengubah peradaban dan juga pola pikir manusia. Pastinya
semuanya harus sejalan dengan industri yang berkembang saat ini. Bila
pendidikan yang kita pelajari tertinggal dengan industri, siap-siap saja
mengalami disrupsi.
Melihat Jalan Panjang Revolusi Industri
Pendidikan dan industri selalu saja berjalan
berdampingan, jalan panjang di awali dengan Revin 1.0, dimulai dari awal
abad 18 saat penemuan mesin uap oleh James Watt. Bermula dari Thomas Savery
yang mengembangkannya dan dilanjutkan oleh Thomas Newcoman dalam desain mesin
uap. Sampai akhirnya James Watt berhasil mematenkan kinerja mesin uap yang
mengubah industri manusia ke arah lebih modern.
Manusia pun saat itu belajar banyak, penerapan
pendidikan mengenai mesin yang berkembang seperti apa yang telah didalami oleh
James Watt sebelumnya jadi sebuah contoh. Mesin tersebut seakan menggantikan
sejumlah peralatan manual yang berpatokan pada tenaga manusia dan hewan.
Proses produksi meningkat tajam dan
menguntungkan industri yang mengandalkan mesin. Setiap disrupsi nyatanya
menghasilkan banyak dilema, ada banyak orang yang harus kehilangan pekerjaan
saat itu. Mau tak mau harus mengikuti perubahan zaman yang sangat dinamis.
Lebih seabad lamanya, di awal abad 19 terjadi
Revin 2.0 yang ditandai pemanfaatan dan pengayaan energi. Negara di Eropa dan
Amerika berdampak besar dalam pemanfaatan energi dalam meningkatkan ekonomi.
Tanda itu semakin kental saat perang dunia pertama meletus, bak sebuah pamer
superioritas siapa yang paling kuat dan mutakhir memanfaatkan energi.
Ilmuwan terkemuka kala itu seperti Albert
Einstein dan Nikola Tesla sangat masyhur kala itu, ilmu mereka dalam penerapan
energi seperti listrik begitu membantu hajat hidup orang banyak. Kemudian lagi
kehadiran Henry Ford dalam menghasilkan kendaraan saat energi mulai
dimanfaatkan dengan optimal. Masa awal inilah yang menjadi era awal manusia mulai
banyak terpengaruh dengan mesin dan energi.
Lebih dari 5 dekade berlalu, seakan munculkan
Revin 3.0. Semua diawali dalam penemuan komputer yang dikembangkan Alan Turing
di awal tahun 40-an. Peran penting komputer mulai terasa setelah perang dunia
II berakhir, yang awal mulanya hanya digunakan dalam dunia militer.
Saat era digital segala akses lebih
membutuhkan koneksi jaringan yang baik. Salah satu bisnis industri yang paling
berpengaruh adalah komputer dan jaringan internet. Saat itu raksasa komputer
lahir dan mendisrupsi dunia kala itu.
Steve Jobs bersama Steve Wozniak dengan
perusahaan Apple dan Bill Gates dan Paul Allen dengan perusahaan Microsoft di
akhir tahun 70-an. Mereka membuat inovasi dunia perangkat keras dan perangkat
lunak yang mampu memudahkan pekerjaan manusia hingga saat ini.
Di Akhir abad 20, kehadiran mesin pencari seperti Google
jadi awal langkah sebelum makin ditebarkan sayapnya saat gebrakan Facebook
sebagai platform berbasis sosial media. Saat itulah dunia digital semakin terbuka
dan akses informasi seakan tanpa sekat lagi. Berkat si pendiri Google yaitu
Sergey Brin dan Larry Page, pengetahuan dan pendidikan mereka mengenai komputer
sains berhasil diterapkan dalam perusahaan temuan mereka yakni: Google.
Memasuki Revin 4.0, kesadaran akan energi terbarukan
semakin diperlukan dalam hajat hidup masyarakat modern, Elon Musk lahir dengan
segudang inovasi tak masuk akalnya. Mulai dari mobil listrik Tesla, GigaFactory
hingga membangun kloni di Mars. Sejurus dengan pikiran Elon, ada juga Jeff
Bezos selaku bos e-commerce terbesar di dunia.
Ia baru saja dinobatkan sebagai orang kaya sejagat karena
bisnisnya dan menggabungkan teknologi. Peran Machine Learning dan AI
sangat kental di dalam Amazon, sehingga layak perusahaannya menjadi salah satu
penggerak Revin 4.0. Peran seperti AI,
IoT, AR dan VR sangat kentara di era kini, ditambah lagi dengan makin padunya
internet yang sudah berbasis 5G.
Apa hubungannya Revin 4.0 dengan Edukasi 4.0?
Pada dasarnya, untuk apa kita belajar sesuatu yang
kemudian bisa sangat mudah dan cepat dikerjakan dengan mesin. Bila itu terjadi,
akan banyak manusia yang akan mengalami disrupsi pekerjaan di masa depan.
Seperti yang penelitian oleh Mckinsey Global
Institute dalam meramal pekerjaan nyeleneh atau yang hilang di masa
depan. Tahun 2030 akan banyak pekerjaan terautomasi dengan robot dan AI,
sedikitnya ada 800 juta pekerjaan yang tergantikan kala itu. Sebagai asumsi,
saat itu akan ada 7,8 miliar penduduk dengan separuhnya berada di usia kerja.
Ada sekitar 30% usia pekerjaan yang harus kehilangan pekerjaannya.
Pekerjaan dengan kemampuan standar kala itu,
misalnya saja sopir, buruh pabrik, akuntan hingga tenaga medis bisa
tergantikan. Robot dan AI bisa bekerja lebih baik dan minim kesalahan, manusia
yang tidak kreatif harus kala dengan perubahan tersebut. Saat itulah butuh metode
pendidikan usia dini yang baik, bagaimana mengembangkan kreativitas yang bisa
menunjang si anak saat memasuki usia kerja. Ia tak perlu takut kemampuannya
bisa dilakukan oleh robot atau AI.
Sejarah panjang pendidikan di Indonesia
Memutar jauh ke belakang sekaligus belajar sejarah Indonesia. Pendidikan di tanah air diawali
sejak abad 16, saat era kegelapan (Renaissance) mulai berakhir. Saat
itulah Bangsa Eropa mulai mencari kehidupan baru di benua atau dataran baru.
Mereka mulai mencari dunia baru dengan cara mengarungi Samudra, penjelajahan
mereka akhirnya menemukan negara yang kaya akan hasil rempah-rempahnya. Nusantara
(nama Indonesia kala itu) jadi lokasi pendaratan Bangsa Portugis.
Kehadiran Portugis di Malaka |
Di awali oleh langkah Bangsa Portugis yang penuh dengan
ambisi besar, nusantara bak tanah empuk dalam mendapatkan rempah-rempah. Meski
begitu mereka tak lupa juga mengenalkan pendidikan pada kalangan pribumi. Salah
satunya dengan mendirikan sekolah yang memberikan pendidikan baca dan tulis,
sekaligus menyebarkan agama Katolik. Sekolah saat hanya bisa didapatkan pada
kalangan bangsawan saja.
Zaman pun beralih dengan sangat cepat, Belanda pun datang
dan Portugis cukup banyak mengalami kekalahan dan masyarakat pribumi serta
Belanda. Mau tak mau mereka harus angkat kaki dari tanah air. Abad 18 jadi era penjajahan Belanda di Nusantara.
Sekolah di Era Belanda di dominasi kalangan bangsawan |
Saat itulah Belanda membangun banyak sekolah di
nusantara, terhitung ada 20 sekolah, dari ibukota keresidenan. Para murid hanya
harus berasal dari keluarga kerajaan atau bangsawan saja, sedangkan rakyat
jelata tidak mendapatkan pendidikan serupa.
Kemudian di akhir tahun 1942, invasi Jepang di Asia
Tenggara dan Indochina makin tak terbentuk. Belanda harus memberikan
kekuasaannya pada Jepang. Saat itu pendidikan di Indonesia lebih setara tanpa
mengenal latar belakangnya. Masyarakat biasa bisa mengecap dunia pendidikan dan
tahu baca tulis kala itu.
Kehadiran Jepang di tanah air |
Hingga akhirnya di tahun 1945 Indonesia mengecap
kemerdekaan dan jadi negara yang berdaulat. Saat itulah kurikulum pendidikan
dibangun. Tujuannya mengentaskan buta huruf kala itu, saat itu pendidikan masih
dilakukan secara satu arah saja. Pendidikan masih sangat menitikberatkan guru
sebagai pusat pengetahuan dan buku pelajaran sumber materi. Cara ini lebih
dikenal dengan Edukasi 1.0.
Lebih dari lima dasawarsa, penetrasi internet
mulai dikenal oleh sebagian masyarakat. Tepatnya di awal tahun 2000-an. Model Edukasi 1.0 sudah kurang relevan, lahirlah konsep Edukasi 2.0. Peran Pendidikan tidak sepenuhnya pada guru, tapi juga tukar pikiran dengan
siswa. Interaksi lebih luas, bisa guru dengan murid, murid dengan murid lainnya
serta murid dengan ahlinya.
Sekolah mulai memiliki gedung bukan hanya
ruang sekolah saja. Pembangunan seperti laboratorium dan jaringan komputer
sekolah jadi awal perubahan itu. Saat itulah siswa mulai mengenal praktik dan
mencari tahu pengetahuan lebih luas lagi dengan internet. Saat itu siswa
mungkin sudah mencari tahu segala info, bisa saja melalui Wikipedia atau
website pembelajaran lainnya.
Tahun 2010 jadi era baru di dunia pendidikan,
model baru dalam belajar diterapkan yaitu Edukasi 3.0. Proses belajar bukan hanya
dengan guru saja tapi sudah bersifat kolaborasi dan saling mencari tahu. Pengajar
pun datang dari tenaga profesional dan orang yang ahli di bidangnya. Dengan
begitu ilmu pengetahuan tersebut lebih mudah diarahkan pada peserta didik,
sekaligus melihat bakat si anak ke depan.
Terobosan paling terasa adalah lahirnya repositori
yang memuat konten pendidikan secara digital. Ia bisa mengaksesnya kapan saja
dan di mana saja. Proses pembelajaran jadi lebih fleksibel dan terarah sesuai
keinginan peserta didik.
Misalnya saja Pustekkom yang sudah membangun
konten belajar berbasis Pendidikan bernama Rumah Belajar, Quipper, Ruang Guru
hingga Zenius. Para pembuat atau pengguna konten pun bisa saja berasal dari
pelajar. Jadinya para pelajar lebih aktif dan interaktif dalam menerapkan
ilmunya rasa ingin tahunya.
Memasuki era selanjutnya yaitu tepatnya di
tahun 2018, arah pendidikan berubah dengan sangat cepat dibandingkan
sebelumnya. Lahirlah Konsep Edukasi 4.0 yang mengedepankan fleksibilitas
dan kreativitas. Proses pembelajaran pun tak jarang bidang dilakukan secara
jarak jauh (Tele Learning).
Konsep utama yang diterapkan pada Edukasi 4.0 mengedepankan enam hal utama yaitu: Beragam waktu dan tempat, personalized
learning, free choice, berbasis proyek, pengalaman lapangan, dan interpretasi
data. Sehingga proses belajar berhasil diterapkan dan sesuai dengan perubahan
zaman. Apa sajakah itu, berikut ulasannya:
Beragam waktu dan tempat, proses belajar bukan hanya di ruang
kelas saja seperti pendidikan sebelumnya. Jumlah durasi di kelas jadi berkurang
dan akan ada banyak waktu belajar di waktu serta ruang berbeda. Sistem belajar
dibalik, materi teoritis lebih banyak dilakukan di luar kelas sedangkan praktis
dilakukan di dalam kelas.
Personalized Learning, proses belajar ini akan menyesuaikan si pelajar dalam memahami materi. Ia
akan memecahkan jawaban sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Ibarat
bermain game, yang lebih banyak mampu memecahkan tantangan akan cepat naik
level jadi bukan lagi cara pukul rata kemampuan siswa.
Free Choice, sistem ini akan dipilih oleh siswa sesuai pada perangkat, program atau
teknik dalam belajar yang ia kehendaki. Di sini siswa akan mempraktikkan cara
belajar yang paling ia rasa nyaman sehingga kemampuannya terus terasah.
Berbasis Proyek, siswa diajak menerapkan keterampilan yang ia sudah pelajari dalam berbagai
situasi. Seperti belajar bagaimana cara instalasi komputer, memecahkan kode
struktur, dan coding. Jadi pengalamannya akan terasa untuk nantinya diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
Pengalaman Lapangan, link and match di dunia pekerjaan sangatlah penting. Saat
ini banyak sekali materi yang diajarkan di bangku sekolah dan perkuliahan yang
tidak nyambung dengan dunia kerja. Pada Edukasi 4.0 akan banyak pengalaman lapangan saat masih di sekolah dipraktikkan di
dunia kerja.
Interpretasi Data, Setiap siswa akan lebih banyak tahu mengenai komputer dan analisa data.
Mengingat di era Revin 4.0 sangat banyak bersinggungan dengan data. Peran Big
Data sangat sentral dalam memecahkan masalah yang ada. Data tersebut bisa
digunakan sesuai kebutuhan dan menganalisa sejumlah masalah jadi solusi akhir.
Bagaimanakah Penerapan Konsep Edukasi 4.0?
Pada Edukasi 4.0, siswa bukan lagi siswa yang dahulu.
Pengetahuan mereka bila melampaui gurunya, akses informasi tanpa batas jadi
alasan. Dibandingkan menyuruh membaca buku materi yang terlihat sangat
membosankan, ia bisa mengakses segala pengetahuan dengan gadgetnya.
Tak ada lagi konsep guru berceramah panjang
lebar atau mencatat apa yang ada di papan tulis. Peran di era saat ini lebih pada
proses mentoring berkelanjutan. Misalnya saat pengaplikasian dengan
perangkat IT yang ada di sekolah. Kemudian lagi kemampuan memecahkan masalah
jadi lebih berbeda, karena teamwork jadi sesuatu yang menonjol dalam Edukasi 4.0. Terakhir proses penilaiannya bukan lagi menitikberatkan pada nilai
tapi proses berjuang di dalamnya.
Model kelasnya berbasis Digital Classroom juga
menggunakan konsep IoT, platform ini akan melakukan proses kegiatan akademik
jarak-jauh. Memungkinkan para siswa belajar melalui Video, PPT, bahkan tes online.
Konsep ini lahir saat jadwal dosen sangat padat dan memungkinkan ia tidak bisa
masuk ke dalam kelas. Platform atau website tersebut bisa diakses dengan mudah.
Digital Classroom dianggap contoh edukasi 4.0 |
Nantinya dalam proses ujian pun akan ada tes
online, ujian dipantau webcam dan sensor. Saat melakukan kecurangan seperti
melihat buku, otomatis akan terdeteksi dari aplikasi tersebut. Karena tidak
menitikberatkan pada nilai, otomatis tekanan dalam ujian tidak seberat sistem
sebelumnya. Sehingga siswa bisa mengedepankan rasa jujur dalam membangun
pendidikan bukan sebatas nilai.
Penerapan IoT pada sekolah |
Di level bangku perkuliahan akan ada teknologi
IoT (Internet of Things), salah satunya ID tertentu sehingga bisa
mengetahui siswa yang masuk dan tidak masuk. Proses scanning inilah yang
guru atau dosen lakukan terhadap siswa atau mahasiswanya. ID tersebut berupa
jam tangan pintar berbasis IOT, akan ketahuan siapa saja yang membolos atau
bahkan terlambat.
Makin lengkap lagi dengan penerapan Blockchain,
dulunya konsep ini hanya diterapkan pada sistem mata uang kripto berbasis peer
to peer. Karena sifatnya global, Blockchain sangat cocok juga dikembangkan
pada berbagai bidang salah satu pendidikan.
Penerapannya adalah dalam penggunaan e-certificate
berbasis Blockchain, kecurangan di dunia Pendidikan jadi alasan besar Blockchain
menanggulanginya. Ijazah palsu, pemalsuan nama, hingga nilai jadi sisi mirip
dunia pendidikan. Adanya Blockchain yang bersifat desentralisasi seakan
menyulitkan orang memalsukan ijazah. Apalagi di era teknologi, kepercayaan dan
transparansi jadi hal wajib dan Blockchain menawarkannya.
Salah satu tempat lokasi belajar yang sudah
menerapkan konsep ini adalah kampus nomor wahid di dunia, Massachusetts
Institute of Technology, USA. Sekaligus penerapan Pendidikan berbasis 4.0,
konsep ini bisa membangun karakter setiap anak didik. Khususnya menjadi pribadi
yang jujur sejak dini, teknologi jadi salah satu cara yang dipilih bijak.
Ijazah berbasis blockchain |
Dengan begitu kita tak perlu takut atau anak
kita tak perlu takut menghadapi perubahan di masa depan. Secara pendidikan ia
siap bersaing, perubahan banyak pekerjaan dan tugas robot dalam mengganti
manusia tak terpengaruh sedikit pun. Karena kita berhasil menjadi manusia yang
unik…
Terakhir… kita harus mengapresiasikan peran
guru dan pemerintah. Penerapan Edukasi 4.0 dinilai bantu menyesuaikan cara belajar
sesuai zaman. Guru pun naik kelas, bukan lagi sekedar mengajar saja. Mereka
jadi agen perubahan dan agen kemajuan buat anak didiknya menggapai apa yang
mereka inginkan.
Semoga saja postingan ini bermanfaat dan menginspirasi kita semua, Have a
Nice Day
0 komentar:
Post a Comment