Kini ramai-ramai para konten kreator membuat
Podcast, sinar benderangnya jadi lahan basah untuk berkarya. Mendengarkan musik
atau debat sudah jadi sesuai yang menjemukan. Podcast hadir buat para pendengar
yang merasa radio mulai ketinggalan dan tak menjawab kebutuhan masyarakat
modern yang urban.
Podcast seakan jadi cara baru menikmati konten
secara audio. Tujuannya banyak seperti halnya radio, tanpa iklan dan bahkan
bermodalkan kouta internet atau Wi-Fi. Kita seakan bisa mendengarkan langsung dari
ahlinya sesuai dengan tema yang disuka.
Semuanya bisa mengunduh dan mendengarkannya
secara offline. Layanan bisa berlangganan sehingga pendengar bisa
mengikuti setiap episode baru atau topik menarik selanjutnya. Pengguna tinggal mengunduh
dan menontonnya secara offline.
Menurut laporan yang disampaikan oleh The
Smart Audio dari Edison Research menunjukkan data bahwa: para pengguna
gawai saat ini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berbagai aktivitas di
antaranya 65% untuk mendengarkan musik, 29% untuk berita, 20% untuk Podcast,
18% untuk audiobook. Jumlah Podcast makin meningkat karena ada banyak channel
menarik dibandingkan hanya memutarkan music atau mendengarkan berita secara
audio.
Semua itu jelas terlihat, apalagi dunia on
air berubah arah, radio dianggap saat ini makin berkurang interaksi dan
mementingkan musik dan iklan. Mungkin banyak yang belum tahu atau bahkan
mengabaikan pentingnya Podcast untuk saat ini. Konsep yang ditawarkan mungkin
menyerupai radio dengan adanya host yang membahas konten secara ringan
melalui audio.
Ada banyak perbedaan mendasar dari keduanya, misalnya saja Podcast yang
bisa menggunakan layanan Offline sedangkan Radio yang bersifat live
dan mengandalkan sinyal pemancar dalam proses jangkauan. Jangan heran konsep Radio terbatas pada suatu
daerah atau wilayah saja tergantung kemampuan frekuensinya.
Awal mula era Podcast dimulai
Mungkin saat ini bagi para pengguna internet
Indonesia merasa tidak asing saat mendengar Podcast. Ada banyak orang mulai
dari orang biasa, penyiar hingga Youtuber banting setir menjajal jadi Podcaster.
Ada banyak penikmat audio yang sudah terlalu bosan dengan konten visual.
Imajinasi mereka tak bisa bermain atau menerka-nerka seperti konten audio khas
radio dan kini bernama Podcast.
Pertanyaan yang menyeruak saat ini, apa itu
Podcast dan mengapa mulai mengambil alih dunia penyiaran khas millennial?
Jawabannya, bisa saja, mungkin saat pertama
sekali mendengar Podcast, pasti terbayang seperti halnya mendengarkan radio.
Ia… konsepnya serupa tapi ada beberapa yang jauh berbeda. Sama-sama mengusung
dan menawarkan audio pada pendengarnya.
Namun ada juga para Podcast yang menggunakan
video dalam proses penayangannya seperti di siaran Youtube. Misalnya saja sifat
radio yang on air sehingga bila pendengar tidak sempat mendengarnya, itu
berarti tidak ada pengulangan.
Sifat Podcast adalah offline sehingga
bisa didengar kapan saja dan pastinya bebas dari iklan seperti halnya sering
ditemui pada radio. Iklan jadi sebuah rintangan buat kita mendengarkan
informasi audio tanpa henti, konsep on demand service menerapkan seperti
itu.
Sejarah Panjang Sejarah Podcast
Awal mula kemunculan Podcast dari dua orang Adam
Curry selaku VJ MTV dan Dave Winer yang terkenal dalam pengembangan
perangkat lunak. Itu sejalan dengan perkembangan perangkat lunak dan internet
yang makin pesat.
Mereka punya ide tersendiri dalam cara
mendengarkan audio yang terkoneksi dengan perangkat lunak secara offline.
Berbeda dengan cara mendengarkan secara radio yang bersifat on air dan
kaset yang offline. Pengguna bisa mendengarkan kapan saja topik yang mereka
sukai.
Kerja keras mereka akhirnya melahirkan sebuah
program yang bernama iPodder, pengguna bisa mengunduhnya secara otomatis
internet radio pada iPod milik masing-masing. Podcast telah lama muncul setelah awal mula
media Mp3 muncul, pelopor utama adalah Apple melalui aplikasi yang ada di IPod
kala itu.
Kelahiran Ipod 2001 yang diperkenalkan Steve
Job jadi dimensi baru kelahiran perangkat audio digital. Steve Job melihat
peluang musik berbayar bisa menyelamatkan para musisi dari pembajakan hak cipta
terhadap hasil karya mereka.
Kejayaannya mulai hadir di tahun 2005 hingga
akhirnya kemunculan smartphone semakin memperkuat Podcast mampu bersaing dan
menggantikan Radio. Memang saat ini ada Podcast yang bukan hanya sekedar
menawarkan audio suara tapi video juga.
Tahun 2005 jadi awal perkembangan dari Podcast
hingga akhirnya di tahun 2007 Podcast mulai familiar oleh kebanyakan oleh
pengguna. Sedangkan kala itu internet sudah cukup baik dan salah satu aplikasi
terkenal di dalam iTunes adalah iPodcast. Seakan peluang baru host mudah
mencari eksistensi melalui audio.
Nama Podcast pun serupa dengan produk anyar
Apple yaitu iPod, adalah hasil gabungan dari iPod dan Broadcasting. Saat itu media
yang serius dengan audio masih sangat sedikit dan Apple jadi perusahaan pionir
yang melakukan hal tersebut. Hingga kini sudah mulai berkembang di berbagai
platform sudah menyediakan layanan Podcast sesuai dengan keinginan.
Konsep unik yang ditawarkan Podcast
Mungkin setiap Radio punya kesamaan dalam hal mengabarkan
berita, info hingga bahkan iklan yang ditawarkan. Beda halnya Podcast yang
menawarkan perbedaan yang sangat mencolok. Perbedaan terlihat pada infografis
berikut:
Di era saat ini, ada banyak disrupsi yang
terjadi dan salah satunya adalah yang terjadi pada proses penyiaran dan topik
yang ditawarkan sesuai dengan pilihan kita. Bukan lagi harus memilah lagi mana
yang ingin didengarkan dan kapan waktu harus mendengarkannya.
Podcast jadi media yang ingin menyampaikan
pandangan dan pengalaman secara autentik dan tanpa Batasan. Berbeda jauh dengan
yang disampaikan pada konferensi terlalu struktur dan kaku. Perkembangan
tersebut membuat Podcast tumbuh subur di sana, bahkan menjadi tren yang akan
berkembang di masa depan.
Podcast dan segudang kelebihannya
Podcast ada banyak kelebihan yang ditawarkan
sehingga ia mampu menggantikan peran radio konvensional. Berikut sejumlah
kelebihan yang dimiliki oleh Podcast dan menjadi media audio masa depan, berikut
ulasannya:
Beragam pilihan channel, Saat ini ada banyak kategori dari Podcast baik dalam maupun luar negeri
sesuai dengan pilihan kita. Coba dibandingkan dengan frekuensi radio kota Anda
atau yang terkemuka saat ini, jelas jumlahnya kalah banyak. Belum lagi itu
tidak cocok dengan Anda.
Salah satu channel yang saya sukai adalah milik
pembawa acara kenamaan USA, Joe Rogan. Ia terkenal sebagai Podcaster dan
host andal UFC yang mengundang beragam bintang tamu. Mulai dari
selebriti, olahragawan, hingga bos perusahaan teknologi. Pembawaannya yang
santai dan suaranya yang khas jadi ciri khasnya.
Bahkan CEO kenamaan seperti Mark Zuckerberg
saja memiliki Podcast pribadi yang khusus membahas bidangnya yaitu teknologi
dan sosial (Tech & Society Podcast). Ada banyak episode yang ia ulas
sehingga kita bisa tahu pandangan teknologi dari perusahaannya.
Artinya Podcast mampu melahirkan konten
menarik dari berbagai kalangan, jangan salah ada banyak beragam profesi dan
minat Podcaster yang dituangkan pada Podcastnya. Kita seakan dapat ilmu baru
dan pencerahan di dalamnya.
Sedang di tanah air, memang belum banyak yang
saya ketahui, akan tapi ada beberapa channel yang saya sukai khususnya dalam membahas
materi olahraga dan teknologi. Channel seperti box2boxID dan CeritaKumparan jadi pilihan, membahas olahraga khususnya sepak bola dengan cara berbeda. Serta
berbagai cerita dan isu yang sedang hangat
Ada juga asumsi.co dengan pembahasan politik
hingga Kaskus Podcast yang menawarkan beragam topik menarik kekinian ala
anak muda. Serta Raditya Dika dengan channel Podcast-nya di Youtube, bukan
hanya di channel Podcast tapi ia juga menyiarkan via Youtube.
Raditya Dika melihat peluang besar Podcast
yang asyik sembari mengajak bintang tamu buat diajak bincang-bincang hingga
sejam lamanya. Materinya beragam khususnya profesi dari sang bintang tamu, mirip
dengan strategi yang digunakan oleh Joe Rogan dalam setiap Podcast-nya.
Selain itu kini sudah ada Channel Podcast yang merangkum begitu banyak narasumber menjadi sebuah aplikasi Podcast yang menarik. Namanya adalah Inspigo, lahir dari tiga orang anak muda yang keren yaitu Tyo Guritno, Eva Ditasari, dan Yoris Sebastian. Mereka bertiga melihat peluang besar di dunia digital khususnya audio. Apalagi sistem on demand berbasis audio yang sedang tumbuh pesat.
Atas dasar itulah Inspigo lahir dan berhasil mewawancarai dan sharing pengalaman dari tokoh ternama saat ini. Berbagai tema berhasil diangkat, mulai dari pengetahuan, kepemimpinan, bisnis, olahraga, seni hingga musik. Konsepnya pun dibagi dalam berbagai part kecil dengan judul yang menarik, sehingga tidak bosan untuk didengarkan. Inspigo tersedia dalam bentuk gratisan dan premium, sekaligus bisa mengajak teman atau kolega bergabung ke Inspigo
Sampai jumpa iklan yang mengganggu, iklan bukan hanya berupa tampilan visual saja tapi berupa audio. Sesuatu
yang paling sering ditemui saat mendengarkan radio. Mulai dari iklan promosi
hingga iklan konten politik. Bahkan lagu bisa dianggap iklan sembari topik yang
ingin didengarkan, jelas menjemukan karena ada banyak waktu yang ditunggu.
Podcast bebas iklan dan membuat pendengar fokus pada konten bukan selingan yang
mengganggu dan memecah fokus.
Di era saat ini, iklan jadi momok yang
mengganggu, era multi tasking yang serba cepat dan minim iklan. Seakan pendengar
ingin langsung sampai pada konten. Salah satunya disrupsi dan perubahan pola
menikmati konten audio yang tak ada iklan membuat namanya mulai naik daun.
On Demand service nan fleksibel, mendengarkan Podcast layak menonton layanan offline kapan waktu
tersebut bisa Anda miliki dan manfaat. Jadi tidak terpaku waktu dan membuat
kita harus menyisihkan waktu tapi menyesuaikan waktu luang.
Adanya tombol mempercepat dan memperlambat
akan membantu Anda Skip bagian yang kurang menarik untuk mengambil inti sari. Anda
bisa mendengarkannya berulang kali dan kapan saja tanpa harus menunggu jadwal
dan iklan seperti halnya radio.
Podcast dengan beragam episode, setelah diunduh kita akan bisa mendengarkan Podcast lanjutan tanpa harus
memindahkannya dari komputer atau PC ke file smartphone. Ada fitur download
otomatis jika berlangganan sebuah channel tanpa harus mengunduh secara manual.
Serta Podcast yang telah didengarkan bisa
dihapus supaya tidak membebani memori ponsel Anda. Selain itu sifatnya yang
cloud pada platform membuat ia lebih ringan dibandingkan simpanan Mp3 di
ponsel kalian.
Serial atau episode ini seakan menarik, ada
banyak Podcaster yang bercerita atau memberikan tutorial bersambung. Layak
diikuti dan bahkan dengar, apalagi dengan pembawaan yang dikemas semenarik
mungkin.
Sang Podcaster pun tidak ingin menyelesaikan
dalam satu episode, ia seakan memberikan jeda pada episode selanjutnya. Selain
itu pendengar seakan dibawa hanyut dengan rasa penasaran dengan kelanjutannya.
Ibarat menonton drama atau sinetron. Kelebihan Podcast yang fleksibel karena
berupa audio, pendengar bisa mendengar di tengah rutinitasnya sekalipun.
Siapa saja bisa punya Podcast, Ingin punya channel Podcast tidak
harus punya studio dan perlengkapan memadai. Cukup dengan peralatan sederhana
seperti ponsel, headset hingga Wi-Fi dalam mengakses aplikasi Podcast.
Karena yang didengar adalah audio bukan tampilan dari studio, memang ada Podcast
yang bersifat layanan video yang tayang di Youtube. Tapi tidak semua orang
sempat menonton karena hanya fokus pada pembicaraan.
Layanan cuma-cuma (Gratis), untuk membuat Podcast adalah gratis, paling modalnya adalah alat perekaman
yang harus dimiliki. Modal yang digunakan dalam membuat channel Podcast tidak
semahal membuat video. Itu artinya semua bisa membuat Podcast dan hanya butuh
jam terbang dalam mengedit audio dan kemampuan berbicara. Selanjutnya tinggal
eksekusi ide…
Menemukan channel Podcast yang kita inginkan
pun tidaklah sulit, tidak harus seperti radio dengan teliti menangkap frekuensi
radio. Kita tidak tahu radio tersebut membahas apa, sedangkan Podcast kita
langsung tahu dari judul episodenya hingga tema yang diangkat. Selanjutnya
tinggal subscribe sesuai dengan keinginan kita.
Ayo Jadi dalam Bagian Podcaster
Demam Podcast sudah menjalar buat para anak
muda, ada banyak channel Podcast yang lahir. Bila dulunya hanya dikenal di
Amerika dan Eropa saja, kini sudah sampai ke Indonesia. Ada banyak mantan
penyiar radio hingga Youtuber yang punya channel Podcaster.
Podcast bukan saja sebagai channel yang digunakan
mengekspresikan hobi dengan bercakap-cakap. Tapi sebagai penyambung lidah
perusahaan ternama saat ini. Dulunya kita hanya bisa mendengarkan seminar mahal
yang langsung dari CEO ternama dengan bayaran mahal pula, kini semua bisa didengarkan
Podcast. Bagi perusahaan, ini caranya mendekatkan diri
dengan pelanggan sekaligus mengenalkan ide baru yang nantinya akan dieksekusi.
Siapa yang tak kenal dengan Nadiem Makarim CEO GOJEK startup decacorn pertama tanah air, ia punya channel Podcast. Melalui
channel-nya: GO-Figure. Memberikan kiat sukses dan urusan dapur dari Gojek hingga menjadi startup bernilai
kini. Kini sudah banyak konten yang dilahirkan, lima konten yang keseluruhannya
berbahasa inggris. Konten pertama yang mengulas tentang Growing Pains of
Becoming a Decacorn.
Ini sangat tepat karena di Indonesia pangsa yang
paling menarik adalah hiburan, bisnis, dan teknologi. Konten Podcast seperti
ini sangat menarik dan sifatnya membagikan pengalaman pada pendengarnya.
Hadirnya Gojek seakan menambah daftar perusahaan startup hingga reviewer
teknologi bermain di Podcast.
Podcast seakan jadi media yang tepat buat
mereka berbicara lebih dibandingkan di media seperti Blog atau Youtube. Tak
perlu khawatir karena ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam membangun
Podcast, berikut sejumlah pertimbangan utama:
Sesuaikan dengan niche Podcast, Saat ini ada banyak Podcast dari beragam genre lahir di publik. Tugas
utama para Podcaster pemula adalah menentukan topik yang sesuai dengan minat
dan kemampuannya. Nantinya Podcast andai akan digolongkan pada kategori
tertentu.
Jelinya melihat niche yang Anda mampu
kuasai, sebaiknya satu genre saja buka gado-gado. Karena ini akan membangun personal
branding Anda. Serta lihat juga genre yang masih minim dan saat itulah Anda
kembangkan ide yang menarik pendengar.
Baca juga: Membangun Personal Branding di Internet
Alat pendukung dalam proses perekaman, Alat perekaman buat pemula cukup sesuatu yang sederhana, tak perlu harus
punya alat perekaman lengkap atau bahkan studio sendiri. Tujuan dari punya Podcast
adalah untuk bisa berbagi dengan pendengar lainnya. Alat tersebut wajib ada dan
dengan smartphone milik Anda bisa melakukan perekaman.
Itu sebagai modal awal, nanti bisa sudah mudah
rezeki dan Podcast Anda mengalami kemajuan berarti. Saat itulah upgrade
ke perekaman lebih baik. Terpenting konten yang diberikan tepat sasaran dan
menarik minat pendengar.
Menghasilkan konten, Podcast jadi salah satu media yang digunakan dalam menghasilkan konten.
Nah.. konten utama yang dihasilkan adalah audio, memang ada juga Podcast yang
menampilkan video dan bukan hanya tayang di Podcast tapi juga Youtube.
Sebaiknya bagi pemula, gunakanlah teks dalam
berbicara supaya pembicaraan tidak out of the box sesuai dengan konten.
Apalagi Podcast terkenal dengan episodenya yang beragam dengan sejumlah
kelanjutannya. Adanya teks akan membuat sang Podcaster tahu kapan membicarakan
satu topik hingga topik selanjutnya.
Mengedit dengan baik menggunakan software, ada banyak pilihan yang dapat digunakan dalam perekaman suara yang baik
digunakan. Sebagai pengguna setia Windows, pilihan Sound Recorder adalah salah
opsi terbaik sebelum disimpan sebagai audio. Tinggal mengubahnya dalam format
pemutaran yaitu Mp3.
Desain cover yang menarik, Podcast akan terlihat hambar tanpa adanya cover atau judul yang menyertai.
Ada baiknya desain dengan sebaik mungkin, ada banyak aplikasi yang bisa
digunakan dalam mengedit cover menarik. Salah satunya adalah Canva yang
menyediakan beragam desain, tinggal mencari gambar gratisan di internet dan kemudian
mengeditnya di Canva.
Apalagi cover berpengaruh kuat pada rasa
penasaran para pendengar, itu didukung dengan judul episode. Sama halnya
seperti menulis judul yang menarik perhatian pembaca dan pastinya diiringi
dengan isi konten yang sesuai dan berbobot juga.
Sisi menguntung dari Podcast
Ada sejumlah manfaat Podcast dari pendengar
dan Podcaster (konten kreator). Keuntungan ini tidak dapat ditemukan pada
brodcasting konvensional salah satunya seperti radio. Keuntungan yang
didapatkan mulai dari mudah diakses melalui berbagai layanan Podcast dan
menemukan topik yang sesuai dengan passion dan selera Anda.
Tak perlu lagi larut atau menukar channel
hanya karena iklan yang mengganggu. Sifatnya juga fleksibel yang ditawarkan
Podcast serupa dengan radio sehingga bisa didengarkan saat beraktivitas atau
mengarungi kemacetan lalu lintas jalan raya.
Karena berupa konten yang berbasis audio,
pengguna tidak perlu terpaku pada layar smartphone dalam menyaksikan konten. Kelebihan
inilah yang membuat Podcast lebih fleksibel sesuai dengan keinginan pengguna.
Pastinya rekaman yang sudah didengar bisa diputar berulang kali layaknya playlist
musik baik secara online dan offline.
Kemampuan mendengar dianggap sangat baik dalam
mengasah imajinasi. Pendengar hanya bisa dengar Podcast dari hostnya, kini
tinggal memainkan imajinasi dengan membayangkan bentuk, rasa, dan rupa atas
sensasi topik yang Podcaster bicarakan. Mirip dengan bacaan, audio akan lebih
banyak membuat pendengarnya berpikir dan memainkan imajinasinya.
Ada banyak penyedia Podcast yang dibisa
diinstal di smartphone Anda, tinggal mencari channel Podcast sesuai dengan
keinginan. Nama-nama besar penyedia layanan seperti Spotify, Soundcloud, Apple
Podcast, Anchor, Inspigo, dan Google Podcast jadi media yang menerima Podcast.
Bagaimana dengan para kreator di jagat
podcaster?
Menjadi Podcaster jauh lebih murah
dibandingkan Youtuber, karena para kreator hanya bermodal audio dan perekaman
sederhana dalam proses produksi. Bahkan hanya bermodalkan ponsel pintar, headset,
dan aplikasi sederhana membuat Podcast. Ruang kamar malahan bisa dijadikan
sebagai lokasi melakukan perekaman, pastinya jauh dari kebisingan agar tidak
mengganggu rekaman audio.
Tak perlu proses mengedit yang lama dan
melelahkan seperti menghasilkan video, sehingga jauh lebih produktif. Tinggal
membuat naskah atau bahasan topik yang dipilih sesuai dengan seleranya. Karena
semuanya berdasarkan audio, jadi tidak harus mencari tempat shooting yang
baik layaknya Youtuber. Cukup memulai Podcast mulai dari ruangan kamarmu
pribadi.
Kata siapa Podcast tidak dapat menghasilkan
duit?
Podcast kini jadi ladang penghasilan buat para
Podcaster profesional dan pemula, mereka yang telah merintis karier dan
terkenal bahkan akan mendapatkan penghasilan dari Podcast mereka. Memang di awalnya
belum, namun sesuai dengan kepopuleran di kalangan pendengar, akan banyak brand
dan agency yang beriklan pada Podcast-mu. Bentuknya berupa ad-lib
berbayar dengan durasi dan cara pembawaan menarik.
Andai saja belum ada brand dan agency
yang beriklan pada Podcast-mu, jangan berkecil hati. Karena ini bisa digunakan sebagai
ladang uang yang menjanjikan mempromosikan produk milikmu atau milik
teman-teman Anda.
Sebagai contoh adalah keuntungan yang
didapatkan pada Podcast. Hitungannya berupa CPM (Cost per M yaitu hitungan 1000
penayangan). Biaya yang didapatkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan TV,
Radio bahkan Blog sendiri.
Sebagai contoh yang dikutip dari New York
Magazine, CPM Podcast ada di angka US$ 20 – 45 setiap 1.000 CPM. Radio di
angka US$ 1 – 18, TV US$ di angka 5 – 20, dan blog hanya di angka US$ 1 – 20.
Walaupun data yang saya gunakan di atas adalah pendapatan yang didapatkan Podcaster
di US, jelas tertera dari data di atas nilai Podcast jauh lebih tinggi.
Podcast pun punya cela
Setiap platform atau aplikasi pasti punya
cela, satu sisi ia menawarkan fleksibilitas pada konten kreator dan
pendengarnya. Hanya saja ada banyak alasan di balik kekurangannya, berikut ini
ulasannya:
Banyak channel kacangan, Pembuatan Podcast yang mudah seakan membuat siapa saja bisa punya channel
Podcast. Otomatis ada banyak konten kreator dari level profesional hingga
amatir. Tidak ada salahnya memang, hanya saja ada banyak Podcast yang kurang
berbobot dari materi hingga host yang membawakan Podcast.
Channel tak sesuai konten, ada banyak channel Podcast yang tidak sesuai dengan niche dan judulnya.
Kebanyakan clickbait khususnya channel amatiran, tujuannya adalah mencari
pendengar. Jelas ini sangat mengganggu dan mengecoh pendengar. Penyebabnya tak
ada penyaringan dari platform tersebut, sehingga harus jeli melihat channel
yang tepat dan punya nama besar.
Tanpa Filter, karena ada beragam Podcast, sudah pasti ada yang tidak dikonsumsi oleh
semua orang. Bisa saja konten yang dibicarakan tidak layak seperti pembicaraan
kasar tanpa di filter hingga konten dewasa yang bisa saja didengarkan oleh anak
di bawah umur.
Belum ada filter khusus yang disediakan oleh
aplikasi Podcast, sehingga bisa diakses siapa saja. Ini sebuah kekurangan dari
Podcast dan menjadi perhatian khusus. Serta berpeluang lahirnya channel yang nyeleh
dan bahkan menyimpang dengan sosial kultur masyarakat di negara tersebut.
Melihat masa depan Podcast di Tanah Air
Perkembangan aplikasi sharing kini
sudah jadi sesuatu yang terdepan, bila dahulunya kita dimanjakan dengan konten
visual dan video. Saat ini pasar digital mulai beralih ke gaya lama, pembawaan
khas radio namun berwujud audio tanpa henti. Semua itu adalah dalam diri
Podcast....
Meskipun sudah lama hadir, perkembangannya di
Indonesia terbilang lambat dibandingkan platform foto dan video. Salah satu
alasannya karena ekosistem digital yang belum terbentuk dan ditambah lagi
dengan belum meratanya penetrasi internet seakan membuat nama Podcast tidak
terlalu dikenal.
Podcast akan laris bak kacang goreng ke depan,
memang Indonesia sering terlambat dalam perkembangan platform. Saat negara lain
sudah menghasilkan konten kreator jempolan, Indonesia baru saja memulainya. Menurut
data jumlah Podcast Indonesia meningkat tajam dari hanya 80-an channel di tahun
2018. Meningkat tajam ke angka 300-an di tahun 2019. Angka ini akan terus bertambah
karena banyak influencer dari berbagai platform akan membuat
Podcast-nya. Kita tunggu saja gebrakannya.
Alasannya karena belum menguntungkan dan sepi
peminat, tapi kini sudah banyak yang mulai melirik dan melihat peluang tersebut.
Banyak para konten kreator terkenal sudah terjun ke Podcast, melihat pangsanya
akan besar dan sangat menjanjikan. Ada segudang penyedia layanan yang menjadi
layanan Podcast, tinggal bagaimana cara mengembangkan konten dan pemainnya.
Pasarnya akan datang dengan sendirinya.
Perkembangan Podcast pun berbanding lurus
dengan pengguna Spotify, umumnya pengguna tanah air menggunakan media music
on demand dari platform tersebut. Sinarnya kini seakan membuka pintu
Podcast jadi santapan menarik selain hanya sekadar mendengarkan musik semata.
Obrolan santai dari berbagai materi seakan mampu menarik minat semua kalangan.
Adanya Podcast seakan jadi lahan berkreasi
buat konten kreator, ada lahan basah dan media lainnya yang tak kalah
menguntungkan. Indonesia jadi pangsa pasar yang besar, tinggal memoles dengan
konten menarik. Bisa saja kejayaan Podcast sama seperti Radio, bersaing dengan
Youtube yang dulunya dirajai oleh TV.
Bagaimana, Anda siap menjadi membagikan
pemikiran dan ide di Podcast? Semoga saja postingan ini bermanfaat dan Have a
Nice Days Guys.
0 komentar:
Post a Comment