Bisa dibayangkan bagaimana berharganya nilai
sebuah data untuk saat ini. Peran data mampu memberikan segudang informasi yang
dibutuhkan manusia modern. Big Data berupa data skala, keragaman, dan
kompleksitasnya memerlukan beragam arsitektur, teknik, algoritma hingga
analisis. Sehingga akan dilakukan proses ekstrak nilai dan pengetahuan di
dalamnya secara tersembunyi.
Memangnya siapa yang membuat sebuah data
menjadi besar?
Jawabannya adalah diri kita sendiri. Di awali
sejak kita kecil hingga dewasa ada begitu banyak data yang tertulis. Bisa
dibayangkan setiap manusia punya data yang sangat besar. Itu mulai kita semua
lahir, saat itulah semua data dalam diri kita mulai tercatat. Mulai dari
tanggal lahir, berat badan hingga data lainnya. Semuanya akan tercatat di
lokasi kita lahir, itulah awal mula kita mengoleksi data.
Kebiasaan sang ibu atau bapak pun tak ada
hentinya memfoto bayi, ia mulai menghasilkan data berupa foto kita kecil hingga
akhirnya beranjak dewasa. Mungkin dahulunya data yang kita miliki masih sangat
manual dan konvensional, ditulis pada buku besar atau disimpan dalam album foto.
Hingga akhirnya era digital datang, mengubah persepsi dalam penggunaan data
yang lebih efisien.
Semua data tersebut terangkum secara
keseluruhan, ia punya keunikan dan perbedaan dari setiap manusia. Saya mencoba
menganalogikan seperti kertas, mungkin kamar kita sudah sangat penuh dengan
tumpukan kertas. Kumpulan data itu sangat berharga dan menjadi sebuah
preferensi yang digunakan dalam berbagai hal kini.
Big Data memberikan sebuah warna baru yang
berbeda dalam setiap aktivitas manusia yang berhubungan dengan dunia digital.
Semuanya tercatat jelas bahkan secara real time. Di era internet lonjakan
data semakin besar.
Setiap kali kita membuka sebuah situs, melakukan pencarian hingga berapa lama Anda datang ke sana menjadi data bukti pencarian kita di internet. Bisa dibayangkan berapa juta orang yang melakukan pencarian setiap harinya dan data yang dihasilkan, semua termasuk dalam konteks Big Data.
Setiap kali kita membuka sebuah situs, melakukan pencarian hingga berapa lama Anda datang ke sana menjadi data bukti pencarian kita di internet. Bisa dibayangkan berapa juta orang yang melakukan pencarian setiap harinya dan data yang dihasilkan, semua termasuk dalam konteks Big Data.
Misalnya sebagai perbandingan di tahun 2010
dipindahkan dalam bentuk keping DVD, andai saja dikumpulkan dan disusun data
tersebut secara vertikal. Ia akan mencapai bulan dan kembali lagi ke Bumi. Itu
karena ada 1,7 MB data setiap detik data dari setiap orang, bahkan di tahun
2020 diprediksi ada 4,3 triliun data setiap tahunnya.
Makin populernya Big Data berbanding lurus
dengan volume data yang terus meningkat di era saat ini. Apalagi makin banyak
dan makin beragam layanan online yang bekerja di bawah data. Kemudahan yang
ditawarkan seakan menawarkan kapasitas penyimpanan data yang relatif sangat
besar, meskipun sebagian besar data tersebut adalah data informasi yang
nantinya akan diolah lebih lanjut. Namun data tersebut sangat bermanfaat
termasuk dalam pengembangan berbagai bidang yang memudahkan hajat manusia.
Belum lagi ada sejumlah aplikasi yang
dikunjung, di mulai dari bangun tidur kita mengecek sosial media, membalas chat
teman, kemudian menggunakan Google Map dalam perjalanan ke kantor, melakukan
transaksi belanja. Setelah siap bekerja kita siap berolahraga, kita menggunakan
Smart Watch untuk mengukur seberapa jauh jarak, kalori, hingga langkah
yang dicapai. Aktivitas selfie, mengupload foto hingga kegiatan lainnya
dan semuanya tersebut tercatat menjadi data pribadi kita.
Muncul beragam pertanyaan bagaimana data bisa berharga dan menghidupkan
sejumlah perusahaan teknologi?
Saat pertama sekali kita menginstal sebuah
aplikasi, maka ia akan meminta segala akses yang Anda punya. Mulai dari data
diri, informasi penting lainnya hingga nomor rekening Anda. Data yang mereka
miliki dari pengguna punya nilai yang sangat berharga. Data tersebut kemudian
adalah Big Data yang diolah dan dianalisis sehingga bisa membaca keinginan dari
konsumen.
Apa saja kriteria yang ada pada Big Data?
Sebuah Big Data harus punya kriteria mendasar,
ada empat komponen penyangga yang ada pada Big Data. Berikut ulasan lengkapnya:
Volume (jumlah), saat ini jumlah data sangatlah besar penyebabnya karena ledakan volume
data yang tak terkontrol saat ini. Di
awal milenium saja ada 800.000 Petabyte data yang tersimpan kala itu. Meningkat
jauh dibandingkan sekarang yang mencapai 35 Zettabyte. Akibat data yang sangat
besar, butuh proses analisa yang cepat
atau penyimpanannya.
Penyimpanannya berbasis sistem database atau gudang
penyimpanan yang menampung data dalam jumlah besar. Sifat Big Data bukan hanya
sebagai network storage saja tapi menyediakan solusi dalam mengolah dan
menganalisis data dalam jumlah besar.
Salah satu
penerapan yang dilakukan ada pada sistem distribusi berbasis hardware
dan software dalam mendukung penampungan volume data. Pada arsitektur
yang dibutuhkan seperti software Linux dan Hadoop. Dalam
melakukan proses pengawasan dilakukan proses mengontrol dan analitik yang real
time.
Sekilas
mengenai Hadoop, ia merupakan sebuah software berbasis open
source yang bertugas untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Ia makin
bekerja optimal pada layanan open source berbasis Linux. Sedangkan pada
Hardware dibutuhkan jaringan dan server aplikasi yang punya infrastruktur
memadai. Supaya bekerja dengan optimal.
Volume data yang sangat besar dan tidak bisa diolah
dengan perangkat sederhana namun menggunakan komputer khusus. Pengguna HPC (High
Performance Computing) adalah salah satu cara dalam mengolah
data tersebut. Ia diolah dengan sangat cepat sehingga mampu menghasilkan
beragam data seperti prediksi cuaca, harga saham, titik kemacetan, penyebaran
penyakit hingga prediksi lainnya dalam hitungan detik
Variety
(Variasi), pada jumlah yang sangat besar tersebut,
tersemat beragam data, segala aktivitas manusia mulai dari pencarian ia di
internet hingga rutinitasnya tergolong di dalam data. Segala data yang
terangkum mulai dari data penghubung seperti tabel dan transaksi. Data teks
dari pencarian di web, data semi struktur (XML) hingga data streaming.
Kebiasaan
seperti aktivitas mengirim data mulai dari data dokumen, foto, video, hingga
suara terekam di dalam Big Data. Data yang terstruktur bukan hanya data angka
atau deretan huruf yang ada di dalam database. Termasuk juga data multimedia
yang sangat kompleks yang dikenal sebagai data tak terstruktur.
Velocity (kecepatan), Sebuah data sangat perlu diakses dengan sangat cepat termasuk dalam proses
hasil analisa. Prosesnya berlangsung secara online dan tidak boleh ada
keputusan yang telat karena bisa menghilangkan momentum. Data tersebut menjadi
sebuah pedoman dalam penerapan setiap harinya, salah satu yang mempermudahnya
ada dengan adanya Internet of Things (IoT).
Misalnya saja data kecelakaan yang terjadi di
lalu lintas yang terekam cctv, korban yang terluka langsung diketahui penanganannya
di rumah sakit dari data suhu tubuh, detak jantung hingga kondisi terakhirnya
setelah kecelakaan. Semuanya akan terhubung satu sama lain dan bekerja dengan
cepat untuk menyelamatkan korban yang mengalami kecelakaan.
Makin banyaknya perangkat pintar serta
perangkat teknologi jaringan, makin sulit data tersebut disimpan secara bebas.
Segala hal seperti aktivitas di internet, sosial media, email hingga data
sensor seakan menjadi kumpulan data bernama Big Data.
Semuanya harus ditangani dengan cepat baik melalui hardware dan software. Semuanya berharga mahal dan jangan heran perusahaan dengan segudang data pengguna punya nilai keuntungan sangat besar di lantai saham.
Semuanya harus ditangani dengan cepat baik melalui hardware dan software. Semuanya berharga mahal dan jangan heran perusahaan dengan segudang data pengguna punya nilai keuntungan sangat besar di lantai saham.
Veracity (kejujuran), Dalam sebuah data mengacu pada kepercayaan dari sebuah data yang ada dan
terkumpul. Kita bisa mengetahui bahwa data tersebut benar merupakan fakta yang
bisa digunakan atau hanya representasi saja. Untuk itulah harus ada manajemen
yang baik dalam proses klarifikasi data yang terkumpul.
Sebagai contohnya yang paling akrab dari data
tersebut adalah pengelompokan sebuah data. Seperti yang kita sering temui di
Twitter yang mengenalkan istilah Hashtag. Saat ada isi ciutan yang jadi
sebuah trending, akan ada pengelompokan atas isu yang diangkat, sehingga kita
bisa melakukan pengamatan dari Hashtag tersebut.
Hanya saja, tidak semua ciutan yang ada di
Twitter terkait dengan isu tersebut. Bisa saja ada yang mencari perhatian dan
popularitas Hashtag tersebut, yang tidak sesuai dengan isu tersebut
hingga butuh proses klarifikasi data. Manakah yang benar-benar faktual terkait
dengan isu tersebut dan mana yang hanya tergolong pada spam saja.
Value (nilai), tujuan akhir dari sebuah data adalah nilai yang ia hasilnya. Perannya
sebagai hasil akhir dari sebuah pengolahan data yang optimal. Pada tahap ini
segala proses sudah dilalui, dalam segi bisnis harus ada yang dicapai. Misalnya
saja bagaimana cara bisa menciptakan sebuah lini produk baru atau memperbarui
lini produk sebelumnya.
Di era saat ini, data sangat berharga dan
bernilai sangat mahal. Perusahaan yang bergerak menghimpun data kebanjiran pesanan
dari perusahaan lainnya dalam mengelola dan mengubah data menjadi beragam kebutuhan
dan analisa. Data yang diolah tadi ibarat bahan mentah yang menghasilkan uang
tak terbatas.
Apakah sebuah Big Data sama dengan Data
Statistik?
Meskipun sama-sama menghasilkan data, peran
Big Data dan Data statistik sangat berbeda. Mulai dari ukurannya datanya yang
terstruktur pada data statistik data mentah pada Big Data. Proses statistik pun
sudah terkonsep dengan sangat rapi dari level yang paling kecil hingga level
paling besar sekalipun. Beda dengan Big Data berupa data yang masih butuh
proses pengolahan yang berkelanjutan sehingga terlihat acak-kadut.
Peran data statistik bersifat tak langsung
beda dengan real time yang jauh lebih akurat. Kemampuan analisis yang
jauh lebih cepat dan menyeluruh. Sehingga Big Data cukup sering digunakan
sebagai alat dalam proses mengidentifikasi berbagai masalah khususnya bisnis
hingga mengetahui penyalahgunaan dalam data.
Kepentingan data kini sudah menjadi sebuah
sumber dalam perusahaan yang bergerak di bidang tersebut. Ia Mengubahnya
menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan dari kumpulan data tersebut. Seperti
proses pengembangan biaya produk, penawaran produk hingga keputusan akhir.
Segala tujuan ini membuat peran Big Data jadi
sangat besar, perusahaan tidak mau salah arah dalam menentukan arah tujuan
bisnis perusahaan, mengetahui setiap informasi dari kebiasaan pelanggan hingga
menghitung segala risiko atas segala keputusan yang diambil.
Ada sejumlah target utama yang menjadi
eksplorasi Big Data, preferensinya seperti ini pengguna yang setiap saat
terhubung dengan internet otomatis memiliki banyak preferensi data. Salah
satunya yang ada dan disimpan di Google. Aksesnya beragam, seperti melalui
ponsel pintar, komputer atau perangkat lainnya. Ada banyak aplikasi yang ia
install menjadi sumber informasi seperti, lokasi dengan menggunakan Google Map.
Peran besar media sosial yang turut menjadi salah
satu alat interaksi manusia kini. Setiap update dari status, foto, video hingga
chatting menyumbang data yang sangat besar. Belum lagi konten yang diakses
berupa video dengan resolusi tinggi. Segala preferensi ini sangat dibutuhkan
perusahaan dalam proses periklanan terhadap kebiasaan pengguna sosial media.
Proses akses media pun sudah berubah jauh dari
awalnya yang mengandalkan konten fisik ke konten digital. Mungkin dahulunya
kita mengenal perangkat CD atau DVD dalam menikmati konten, saat ini berbasis
aplikasi streaming seperti Netflix dan Spotify.
Mendengarkan Radio fisik menjadi ke arah
Podcast hingga membaca dari buku fisik ke e-book menggunakan Kindle. Semua itu
semakin lengkap dengan adanya smart device yang terkoneksi secara Internet
of Things (IoT). Mulai dari Smart Car, Smart Home (mendukung segala
perangkat segala smart yang ada di dalamnya).
Pentingnya perkembangan Big Data
Di awali dengan ledakan data, perubahan
komponen penyimpanan teknologi yang makin besar, peningkatan proses analisa
data hingga persaingan memperebutkan data. Siapa saja yang paling superior akan
merasakan dampak, jangan heran perusahaan saat ini yang bergerak menghasilkan
data pelanggan menjadi pemuncak perusahaan paling berharga di muka bumi.
Data saat ini sangat kompleks perannya, ia
tidak lagi menjadi sesuatu yang tertutup namun menjadi salah satu cara
menganalisis segala perilaku yang terjadi.
Salah satunya di bidang bisnis yang bisa dimanfaatkan pada berbagai hal.
Data bisa menekannya berbagai hal seperti biaya, waktu, pengembangan produk
hingga pengambilan keputusan cerdas terhadap perusahaan.
Segala perilaku manusia semuanya punya nilai
ekonomi, Big Data jadi alat dalam membaca dan menganalisis perilaku tersebut
jadi nilai ekonomi yang bernilai. Sebagai contoh adalah sosial media, kita
menulis segala macam biodata kita.
Segala preferensi tersebut akan memberikan informasi
mengenai kita. Seperti ketertarikan pada olahraga tertentu, nantinya data
tersebut akan digunakan untuk para pengiklan memberikan penawaran iklan pada
produk olahraga tersebut pada Anda.
Bahkan segala aktivitas kita di internet
seperti status akan diterjemahkan menjadi penawaran produk iklan. Misalnya saja kita menuliskan: Pengen
beli sepeda baru…..!
Dalam sekejap akan banyak penawaran iklan
sepeda yang muncul di sela-sela status Anda di sosial media. Memang proses ini sangat
kompleks dan tidak terstruktur, beda halnya dengan menganalisis data trafik dan
struk.
Misalnya saja contoh lainnya, sebuah
supermarket melakukan proses analisa terhadap barang apa saja yang paling laku
yang ada di supermarket ini dan nominal rata-rata pengunjung. Data yang
dihasilkan tersebut dinamakan data driven marketing (pemasaran berbasis
data).
Pada komponen Big Data, sebelumnya sudah
diketahui 5V (Volume, Variety, dan Velocity, Veracity, dan Value) yang ada di
dalam data. Kini selaku pengembangan bisnis menerapkan Prinsip Pareto
untuk menaikkan penjualan atas data yang didapatkan. Aturan ini dikenal sering
dikenal dengan 80 – 20, alasannya karena 80% dampak hanya dihasilkan oleh 20%
penyebab saja. Misalnya saja 80% keuntungan yang didapatkan sebuah perusahaan
hanya dari 20% pembeli saja.
Makanya perusahaan hanya memfokuskan 20%
tersebut, salah satunya melalui Big Data. Tujuannya adalah melakukan survei dari
20% pengguna saja. Sehingga ia bisa membaca keinginan dan target baru yang
ditawarkan. Survei ini efektif dalam menghemat waktu dan menentukan konsumen
potensial dari pengetahuan yang didapatkan.
Itulah yang menjadi alasan setiap perusahaan
Data memanfaatkan berbagai cara menggali data dengan berbagai cara seperti
dengan proses Face Recognition (pola visual dari pengguna) mengolah data
dalam pengambilan keputusan.
Hanya saja tidak sebuah data di Big Data
bermanfaat, malah sebagian hanya sampah dan informasi yang tidak diperlukan.
Proses pengolahan menggunakan konsep DIKW Pyramid, yang dimulai dari
data, informasi, pengetahuan, dan kearifan dalam mengalami sebuah fenomena.
Misalnya data terjadinya kebakaran hutan, itu
ditandai dengan beragam informasi seperti kemarau, aktivitas pertanian di dekat
hutan hingga aksi pembakaran hutan, semua itu terkumpul menjadi pengetahuan. Di
tahap akhir kita bisa mencapai kearifan khususnya menjaga hutan dari tindakan
kebakaran yang merenggut hutan tersebut.
Berharganya data di masa depan
Big Data bukan hanya di bidang ekonomi saja, ada
beragam hal terkait dengan Big Data. Misalnya saja memprediksi cuaca, harga
saham, titik kemacetan, penyebaran penyakit hingga prediksi pertandingan olahraga.
Seakan membuat Big Data sangat penting
termasuk mengawasi tindak-tanduk warganya di internet. Sehingga jejak
digitalnya bisa diawasi secara langsung di internet, termasuk bisa dimanfaatkan
hal yang baik dan hal buruk.
Saat ini kita hidup di era keterbukaan
informasi dan data, kita harus membatasi atau tidak menyebarkan sesuatu yang
bisa dimanfaatkan oleh orang jahat. Menyebar hoaks hingga setiap
menginstal aplikasi baru seakan ada banyak informasi yang diminta oleh pemilik
layanan tersebut. Salah satunya adalah segala aktivitas di internet terlacak
dan terdokumentasi sebagai data pribadi Anda.
Apa yang terjadi andai data kita jatuh ke
tangan yang salah?
Data yang banyak akan diolah menjadi sebuah
data berharga yang bisa menyelesaikan masalah. Namun kebalikannya bila data jatuh
ke orang yang salah. Masih ingatkah
dengan kasus kebocoran data Facebook yang terjadi beberapa tahun silam?
Data yang bocor atau hilang jadi masalah yang
mengintai di era digital. Bisa saja data tersebut dimanfaatkan oleh pihak tak
bertanggung jawab, salah satunya dalam kampanye yang dilakukan oleh Donald
Trump pada pemilu USA beberapa tahun silam.
Kebocoran data ini sangat membuat gempar dan
tak jarang jadi momok menakutkan di era digital. Segala data kita baik koleksi
foto, video, percakapan hingga segala akses password hingga keuangan bisa saja
jatuh ke pihak tak bertanggung jawab.
Memanfaatkan data kita sebagai ladang pencurian
data, aksi kriminal hingga pemerasan. Belum lagi dengan data tersebut bahkan
mampu menyamar dan berpura-pura menjadi diri Anda. Pencurian data memang sangat
riskan karena segala aktivitas kita terekam menjadi kumpulan data. Di era Big
Data, sistem keamanan yang kita lakukan juga harus Big, sehingga kita jauh dari
tindakan orang-orang tak bertanggung jawab.
Mengelola Data menjadi Harta Berharga
Harga data di masa depan sangat berharga
termasuk akses data tersebut, jangan heran akan ada perang data yang dalam
kesuksesan perusahaan di masa depan. Kepercayaan dan pengelolaan yang baik akan
menguntungkan perusahaan data tersebut. Apalagi fokus di masa depan akan
mengarah ke nilai jual data yang sangat berharga.
Landasan kuat data pengguna yang besar menjadi
sebuah harta karun berharga, alasan itulah banyak penyedia yang memberikan
keamanan data pengguna. Mereka mengandalkan penyimpanan awan (cloud) dan
server dengan kapasitas serta kecepatan ngebut.
Tujuannya adalah akses Big Data yang cepat,
semua pihak bisa menggunakan data tersebut untuk pengolahan informasi baru. Tak
perlu lagi ada rasa takut karena atas kebocoran data karena semua pihak saling
berkoordinasi dan berkolaborasi. Menjaga tambang digital data tetap aman buat diolah
menjadi harta karun buat siapa saja.
Semoga saja postingan ini memberikan informasi
berharga dan mengedukasi, Have A Nice Day Guys.
0 komentar:
Post a Comment