Tepat sebulan yang lalu Facebook memberi
kejutan dengan meluncurkan mata uang kripto buatan mereka. Mata uang yang beri nama
Libra seakan menggemparkan dunia, seakan denyut dunia kripto kembali menggema
dibandingkan sebelum hampir tinggal nama.
Libra seakan memberi angin segar setelah
hampir dua tahun volatilitas mata uang kripto yang turun ke nilai terendah.
Setelah ledakan harga yang terjadi di tahun 2017, tak ada lagi kejutan yang
timbul. Pasar lesu, seakan dunia kripto harus tutup buku. Pemain yang sudah
menginvestasikan uangnya harus gigit jari, menunggu nyangkut begitu
lama.
Libra hadir bak nestapa di tengah oase dunia
digital aset yang menjadi anak tiri di berbagai bidang. Mark Zuckerberg selaku
CEO Facebook seakan punya mimpi besar, ia seakan melihat blockchain sebagai
teknologi masa depan. Khususnya dalam keuangan, gebrakan besar yang dilakukan
Bitcoin dan banyak koin lainnya beberapa tahun lalu seakan membuat gempar dunia
finansial.
Larangan dan kecaman seakan datang, menganggap
blockchain melalui mata uang kripto bisa mengancam keuangan sebuah negara atau
global. Sinar itu meredup, seakan Facebook melalui Mark Zuckerberg malahan
membuat tim khusus mengkaji blockchain di bidang finansial.
Dua tahun adalah waktu yang cukup melalui
pengembangan riset hingga akhirnya di bulan Juni lalu mata uang kripto buatan
Facebook lahir. Ia bernama Libra, mirip dengan nama zodiak atau perlambang di
dalam mitologi Yunani kuno yang berarti keadilan. Facebook ingin seperti
tersebut, kini kesempatan itu sedang mereka rintis.
Sebenarnya, jauh sebelumnya Mark sudah punya
niatan tersebut, mimpi itu sudah datang di tahun 2012 saat Facebook berhasil
IPO (Initial Poin Offering) di pasar saham. Hanya saja saat itu
teknologinya masih dianggap terlalu prematur. Hanya Bitcoin yang baru saja
memulainya, dan itu hanya digunakan oleh komunitas kecil.
Mark punya keyakinan, kita bisa mengirimkan
atau memindahkan uang seperti mengirim foto. Alasan tersebutlah yang membuat
Facebook merekrut David Marcus, salah satu bekas presiden PayPal yang terkenal
di bidang transaksi keuangan digital. Segala dipersiapkan dengan matang, salah
satunya dengan melihat pasar yang bisa dicoba. India jadi pilihan Facebook
karena punya menjadi pangsa terbesar perusahaan tersebut.
India punya pengguna terbesar dari produk
Facebook (Messanger, WhatsApp, dan Instagram). Kini India punya penduduk
mencapai 1,3 miliar yang baru 560 juta jiwa yang mendapatkan akses internet.
Walaupun baru separuh, ini jadi modal awal dalam menguji sistem keuangan
digital di India.
Salah satunya melalui produk Whatsapp, saat
ini ada pengguna 464 juta pengguna dan jadi kesempatan Facebook menguji
aplikasi WhatsApp Pay. Ia menggunakan salah satu sistem yang dikembangkan oleh
pemerintah India yaitu UPI (Unified Payment Interface).
Hasilnya sistem itu berjalan dengan sangat
baik, ada banyak transaksi yang berhasil diproses dengan sangat cepat hingga
100 sampai 150 juta transaksi keuangan. Bahkan tersedia pada sejumlah bahasa
lokal yang ada di India. Seakan Facebook ingin pasar yang lebih besar dan siap
mengepakkan sayapnya secara global melalui Libra.
Facebook seakan tidak bermain sendiri, ia
seakan mengajak para kroni-kroni bekerja sama. Meyakinkan pengguna dalam
menggunakan mata uang buatannya. Institusi tersebut bersifat konvensional yang
bertugas dalam melakukan desentralisasi setiap transaksi. Di bawah konsorsium
bernama Libra Association yang berlokasi di Swiss.
Saat ini sudah ada 28 perusahaan besar yang punya reputasi sangat baik di berbagai bidang
termasuk bidang finansial. Nama kesohor seperti PayPal, Visa, dan MasterCard. Seakan
menjadi penjamin para pengguna akan menggunakan Libra. Rekam jejak panjang di dunia finansial seakan menjamin para
pengguna yang awal mulanya ragu atau bimbang terhadap Facebook.
Ada misi besar yang ada di dalam keinginan
besar Facebook di dalam Libra, menjadikan diri sebagai cryptocurrency
dalam perdagangan di dunia. Setelah sukses besar yang Bitcoin lakukan atau
implementasi optimal dari WeChat dan ApplePay. Seakan ingin menjadikan Libra
sebagai top leader selanjutnya di bidang finansial teknologi dan kripto.
Libra dianggap menjadi mesin uang Facebook
yang selama ini hanya mengandalkan periklanan dari Facebook dan Instagram saja.
Tahun depan Whatsapp pun sudah memiliki iklan dan di tambah pundi-pundi
transaksi pengguna andai Libra berhasil diluncurkan.
Mengenal Libra lebih jauh
Tahun depan jadi waktu untuk Libra menunjukkan
taringnya, tahun 2020 adalah waktu yang tepat sekaligus tahun ini menjadi tahun
promosi akan konsep yang akan Libra terapkan. Ide tersebut tercetus melalui
pemilik Facebook yang ia mengubah sistem pembayaran yang mudah dan cepat,
seperti kita mengirimkan foto.
Libra pun adalah mata uang kripto baru
meskipun saya menilai ia lebih mirip dengan Fintech yang marak beredar saat
ini. Hanya saja Facebook menganggap Libra berjalan di atas konsep blockchain
yang dipersiapkan dengan sangat matang.
Dalam hal ini Vice President Facebook, David
A. Marcus malah ditugaskan langsung dalam mengembangkan proyek ambisius
tersebut. Mengerahkan sebanyak 50 software enginering andal dalam
membuat sistem Libra, sistemnya dinilai menjadi solusi pembayaran lintas batas
yang dipatok sesuai dengan US Treasury Securities.
Libra pun berharap ini bisa terwujud meskipun
penuh jalan yang terjal dan banyak negosiasi harus dilalui. Dengan konsep
blockchain yang open source serta dianggap stabil dan dinaungi oleh
lembaga khusus di dalamnya. Seakan mimpi mewujudkan transaksi yang mudah dan
cepat tinggal menunggu waktu saja.
Malahan Libra dibuat terpisah dari Facebook
dan berdiri di bawah naungan Libra Assocition yang tugasnya mengatur sistem
keuangan kripto. Sehingga tidak ada campur tangan Facebook di dalamnya,
sekaligus memperbaiki reputasi mereka yang buruk dalam sistem keamanan data. Berikut ulasan mengenai Libra:
Facebook yang menentang mengkhianati Janjinya
Beberapa tahun yang lalu Facebook jadi perusahaan
terdepan yang menentang mata uang digital. Ia melarang ada iklan mengenai
kripto di platform miliknya. Bagi Facebook, mata uang kripto tidak punya
landasan hukum dan dinilai jadi ladang para penipu menjebak korbannya.
Si pembuat koin akan membuat White Paper,
mempromosikan koinnya di berbagai forum hingga menjelaskan Roadmap cara
kerjanya. Ada iming-iming yang besar dan kemungkinan besar mata uang kripto
tersebut sukses besar atau sebaliknya berakhir bunting.
Tahap akhir adalah ICO (Initial Coin
Offering) yang menyerupai IPO (Initial Public Offering) di pasar
saham. Akan banyak modal dari investor dan pengguna kripto yang didapatkan
sebelum produk diluncurkan. Bila pada IPO ada penjamin yang berasal dari
lembaga penjamin sedangkan padan ICO tidak ada.
Facebook menilai cara ini sangat rentan dengan
tindakan kejahatan dan penipuan dalam meraut untung. Hanya saja kini Facebook
terjun ke bisnis yang dulunya mereka cekal dan anggap hanya diisi para penipu
dan scam. Libra punya konsep serupa dan bahkan bisa menggaet anggota yang cukup
banyak hingga 1,7 miliar.
Ini seakan menentang kodrat mereka, malahan
mereka menghimpun konsorsium sebagai penjamin bahwa Libra bisa diluncurkan. Seakan
peluang besar blockchain dan mata uang kripto begitu seksi, sangat sulit Facebook
melewatkan kesempatan ini. Bahkan ia sudah mempersiapkan dengan matang dan mata
uang tersebut akan meluncur di tahun depan dengan nama “Libra”.
Apa Isi White Paper Libra?
Setiap mata uang kripto baru harus punya
berbagai syarat, seperti White Paper, Tim pengembang hingga Roadmap coinnya.
Dalam hal ini saya mencoba menjelaskan secara singkat dalam White Paper Libra, ada
12 halaman penjelasan Libra yang bisa dijelaskan pada pengguna.
Anda bisa mempelajari dan membacanya di situs
resmi Libra. Setelah saya cerna ada sejumlah poin yang bisa dijelaskan di
antaranya:
Libra tidak diketahui jumlahnya, di dunia mata uang kripto ada dua jenis kontrol pada setiap kripto. Ada
yang menggunakan aset terbatas yang habis dalam proses minning. Sebagai
contoh adalah Bitcoin yang dianggap emas digital, ia akan habis setelah
jumlahnya berhasil di tambang.
Jumlahnya hanya 21 juta unit dan saat ini
sudah ditambang sekitar 19,5 juta, dan baru habis diproduksi di tahun 2140.
Sedangkan Libra berbentuk dollar digital yang jumlahnya tidak terbatas,
tergantung pihak Libra yang mengontrol sesuai jumlah pengguna. Artinya cara ini
rentan inflasi karena bisa saja regulator mencetak dalam jumlah banyak, berbeda
dengan Bitcoin yang tidak akan inflasi karena jumlahnya terbatas.
Tidak punya algoritma, setiap mata uang kripto berjalan pada berbagai algoritmanya. Misalnya saja
ada Algoritma SHA-256 pada Bitcoin. SHA merupakan singkatan dari (Secure
Hash Algorithm). Sedangkan Libra tidak sebutkan berjalan dengan algoritma
apa nantinya. Sudah jelas konsep sentralisasi dan Libra tidak punya Blok Reward
yang biasa jadi buruan para minner.
Kelebihan yang saya tangkap adalah kemudahan
yang ditawarkan karena bisa menggunakan akun dari Facebook, Whatsapp dan
Instagram. Belum lagi sejumlah perusahaan yang bekerja sama di dalamnya.
Pengguna akan punya e-Wallet yang dinamakan Calibra.
Pengguna yang tidak punya akun Facebook juga
bisa menggunakan sehingga akan banyak pihak yang bisa terlibat dalamnya. Apalagi
kini ada 2,3 miliar pengguna platform Facebook dan kroninya. Nantinya transaksi
jadi mudah, cepat, dan aman meskipun tidak mengandalkan rekening bank.
Sentralisasi, Ada sebanyak 28 konsorsium yang tergabung di dalamnya, mulai
dari perusahaan online berbasis tiket, transportasi online, game, hingga
hiburan. Sehingga pengguna Libra akan mudah melakukan transaksi pada perusahaan
tersebut. Berikut sejumlah perusahaannya dari bergerak di berbagai bidang
seperti:
Bidang pembayaran: Mastercard, Visa, Mercado Pago, Paypal, PayU, dan Stripe
Bidang teknologi dan marketplace: Booking Holding, eBay, Facebook, Farfetch, Lyft, Spotify, dan Uber
Bidang telekomunikasi: Iliad dan Vodafone
Blockchain: Anchorage, Bison Trails, Coinbase, dan Xapo Holding Limited
Ventura Capital: Andreessen Horowits, Breakthrough Initiatives, Ribbit Capital, Thrive
Capital, dan Union Square Ventures.
Lembaga non profit: Creative Destruction Lab, Kiva, Mercy Corps, dan Women’s World Banking.
Menerapkan konsep stablecoin, berbeda jauh dengan mata uang kripto lainnya yang fluktuatif dengan
mengandalkan permintaan dan penawaran. Saat pasar lesu atau menguat, akan
terjadi volatilitas yang sangat besar.
Secara ekonomi jelas ini sangat berbahaya dan
Libra menerapkan konsep stablecoin mengandalkan khusus mata uang nyata saat
ini. Bisa saja dengan Dollar, Euro, Poundsterling hingga Rupiah. Sehingga
volatilitasnya relatif rendah dan aman buat proses transaksi
belanja. Libra pun menarik dalam hal ini dibandingkan dengan Bitcoin yang lebih
baik digunakan sebagai investasi.
Mengapa sistem finansial Blockchain begitu
seksi?
Krisis ekonomi di pertengahan tahun 2008
seakan begitu pedih, sejumlah lembaga keuangan harus tumbang. Krisis keuangan
dan kepercayaan melanda hampir seluruh negara Eropa dan Amerika. Seakan sistem
berbasis sentral khas lembaga keuangan sangat rentan mengalami inflasi.
Di tengah keadaan yang begitu satir tersebut,
datanglah seorang atau kelompok yang menamai dirinya Satoshi Nakamoto. Sesosok
yang penuh misterius dan tidak diketahui hingga kini siapa di balik sistem
tersebut. Ia seakan menampilkan sebuah White Paper sebanyak 12 lembar yang
berisikan metode kerja dari mata uang tersebut.
Nama yang hadir sangatlah misterius dan mampu
berdiri di tidak di atas sistem perbankan yang dianggap gagal. Membawa banyak
penggunanya dalam masalah keuangan dan resesi ekonomi yang berkepanjangan.
White Papernya berjudul: Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System.
Saat itulah konsep blockchain berkembang pesat
khususnya di bidang finansial, karena tidak menggunakan bantuan bank. Konsepnya
yang peer to peer yang mampu mendesentralisasikan berbasis basis data di
dalam jaringan internet dengan sangat cepat, sehingga biaya transaksi menjadi
sangat kecil.
Isu Keamanan yang Menghambat Sepak Terjang
Facebook
Masih segar ingatan kita mengenai kasus Cambridge
Analytica yang mengguncang negeri Paman Sam beberapa tahun lalu. Bak sebuah
noda hitam akan bobroknya Facebook yang teledor dengan tidak menjaga data
penggunanya dengan benar. Skandal bocornya data pengguna Facebook berawal dari
bocornya aplikasi pihak ketiga yang sering berseliweran di Timeline Anda.
Semua itu berawal di tahun 2014, seorang
peneliti bernama Aleksandr Kogan membuat aplikasi bernama This is My
Digital Life. Aplikasi seperti kuis-kuis Facebook ini tidak hanya mengambil
data 270 ribu data penggunanya saja, akan tetapi mengambil data teman-teman si
pengguna tanpa perlu meminta izin. Mengakibatkan ada 50 juta data pengguna
Facebook bocor ke ranah publik.
Data yang bocor sebanyak itu kemudian
digunakan oleh Cambridge Analytica untuk membantu kampanye Donald Trump.
Tujuan utamanya menyebarkan konten-konten yang tepat kepada penduduk USA dan
global sesuai data pribadi yang mereka dapatkan. Supaya nantinya mereka
memberikan hak pilih Trump di tahun 2016 silam. Hasilnya Trump menang secara
mengejutkan dan mengalahkan kandidat tunggal Partai Demokrat, Hillary Clinton.
Tak berhenti di situ saja, kemelut akan
keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang dikenal dengan British Exit (Brexit)
seakan punya peran besar Facebook di sana. Kampanye hitam hingga berbagai isu
anti imigran di angkat ke sana. Kini Inggris berada di persimpangan, Brexit
seakan membuat ekonominya menjadi sangatlah pelik.
Keputusan akhir harus segera diambil tahun
ini, atas pilihan yang mereka perbuat beberapa tahun yang lalu. Isu yang
bergulir kencang di Facebook seakan punya peran besar dalam keputusan skeptis
Inggris tempo lalu sehingga membuat ekonomi mereka berada di kondisi yang tidak
menguntungkan.
Banyak kabar angin yang berhembus segala
transaksi yang melibatkan informasi pengguna Libra bukan hanya sekedar
informasi transaksi saja. Akan tetapi menembus segala akses data terkait modal
dan kekayaan pengguna. Bila saja dijual atau bocor akan sangat merugikan
pengguna, kepercayaan ini seakan membuat
peluang Libra diluncurkan menipis.
Menakar Nasib Libra di Percaturan Blockchain
Kemunculan Libra saja tidak cukup, ia harus
menghadapi berbagai polemik dan desakan dari banyak pihak. Semua tergantung
lobi dan kepercayaan agar Libra bisa melenggang dengan sukses di masa depan.
Berikut ini berbagai skenario yang akan terjadi apa Libra dan Facebook, cekidot:
Skenario pertama, Libra tidak jadi diluncurkan
Pembahasan akan Libra seakan sudah sampai ke kongres
dan regulator, bahkan Presiden Donald Trump yang sejak dulu sangat anti
dengan sistem cryptocurrency. Masalah terbesar yang datang adalah urusan
privasi yang datang.
Segala cara dalam meyakinkan pengguna telah
dilakukan oleh Facebook dengan menggandeng 28 konsorsium kenamaan. Malahan ada empat di antaranya yang sudah
berpengalaman di bidang finansial. Hanya saja Kongres AS dan regulator bisa
saja menolaknya dengan mentah-mentah ide yang telah dipersiapkan oleh Facebook.
Bulan Juli ini diadakan kongres sekaligus
perancangan undang-undang yang menghalau aksi perusahaan teknologi seperti
Facebook. Apakah itu menjadi lembaga keuangan atau berafiliasi dengan institusi
keuangan dengan tujuan tertentu. Isi RUU melarang membangun, memelihara, dan
mengoperasikan aset digital. Bila melanggar, denda berat siap saja meluncur.
Faktor lain juga datang, dimulai dari alasan
privasi, keamanan hingga stabilitas keuangan bangsa akan berpengaruh dari
invasi yang dilakukan Facebook dan Libra. Semuanya jadi landasan kuat buat
regulator dan Kongres AS memutuskan hasil akhir.
Andai Libra ditolak dan Facebook harus
membayarkan denda kerugian atas kasus sebelumnya dengan biaya yang sangat
besar. Alhasil Libra hanya sebuah proyek yang gagal direalisasikan oleh
Facebook karena terhalang regulasi yang berlaku.
Skenario kedua, Libra berhasil diluncurkan
akan tetapi dengan KYC
Peluang lainnya dari meluncurnya Libra adalah
dengan mengikuti pedoman dari KYC dan AML. Muncul pertanyaan, sebenarnya apa
itu KYC dan AML dalam sistem keuangan?
Konsep ini lahir khususnya dalam mengurangi
tindakan pencucian uang aksi kejahatan di dunia finansial. KYC (Know-Your
Customer) yang merujuk pada pengawasan ketat dan aksi penipuan yang marak
terjadi. Salah satunya yang paling sering terjadi di mata uang kripto.
Kemudian ada juga istilah AML (Anti-Money
Laundering) yang merujuk pada sejumlah aksi pencucian uang dalam berbagai
model skema. Ini wajib diatur oleh regulator dan pemerintah negara setempat,
dalam hal ini adalah pemerintah USA selaku perusahaan Facebook berdiri. Terakhir
adalah dengan melakukan verifikasi ID terhadap para anggota yang tergabung di
dalam Libra andai berhasil disahkan.
Pada kasus ini, para regulator akan setuju
dengan struktur cadangan, hanya saja harus melihat bagaimana Roadmap dan
Masterplan yang akan diterapkan. Khususnya yang bersifat pseudonimitas
dalam Libra. Salah satu cara yang diambil oleh Libra dengan membatasi
blockchain untuk proses transaksi yang berasal dari dompet digital (Calibra).
Ia akan diverifikasi oleh dengan ID pemerintah
khususnya dalam mengurangi aksi AML. Hanya saja konsep ini seakan menghilangkan
konsep blockchain yang bersifat mandiri tanpa intervensi pihak lainnya.
Tergantung Facebook dan Libra menentukan bila nantinya berhasil disetujui.
Skenario ketiga, Libra meluncur tanpa KYC
(baik untuk BTC)
Skenario ini yang paling diharapkan karena
mirip dengan Bitcoin dan ribuan mata uang kripto lainnya. Sekedar informasi,
hingga Bulan Juli ini, sudah ada sekitar 2.282 mata uang kripto yang sudah launching
(pastinya akan terus bertambah jumlahnya). Hadirnya Libra seakan menjadi
penguat kembali mata uang kripto yang sudah cukup lama “nyangkut”.
Konsep yang serupa dan dengan pengguna yang
sangat besar dari tiga perusahaan (Facebook, Whatsapp, dan Instagram) seakan
membuat dunia kripto kembali naik seperti yang terjadi di penghujung tahun
2017. Nantinya Libra Association akan membuat Libra menjadi open source yang
berdiri sendiri tanpa campur tangan korporasi.
Konsepnya adalah desentralisasi dan setiap
anggota punya peran yang besar dari Libra. Namun diragukan karena Facebook
tidak akan melepaskan Libra begitu saja karena akan banyak perputaran uang yang
dihasilkan oleh pengguna di masa depan.
Namun bila Facebook besar hati melepasnya,
jelas Libra jadi sebuah prospek yang sangat menjanjikan. Perannya bisa saling
menguntungkan dan melengkapi dengan berbagai mata uang kripto lainnya. Sehingga
dunia blockchain yang berbasis finansial semakin ramai, tinggal pengguna yang
memilih mana yang paling mudah dan cepat.
Skenario keempat, Libra meluncur tanpa KYC (buruk
untuk BTC)
Faktor selanjutnya adalah kehadiran Libra
berdampak buruk Bitcoin dan ribuan mata uang kripto lainnya. Libra yang
nantinya diluncurkan patuh pada regulator dan mengancam konsep blockchain yang
menggunakan sistem desentralisasi.
Alhasil, Libra tetap meluncur dengan konsep
sentralisasi yang diatur oleh pemerintah. Sehingga yang berbeda dianggap
ilegal. Otomatis Libra untung besar dengan hal tersebut karena mereka patuh
dengan KYC dan AML. Beda dengan mata uang kripto yang dianggap rentan dan
ilegal, sehingga nilai Libra mengalami kenaikan di pasar kripto sedangkan mata
uang lainnya harus menjadi abu.
Itulah sejumlah prediksi yang bisa terjadi ke
depan pada Libra. Kita tinggal menunggu hasil akhir, terpenting sebuah mata
uang adalah urusan rasa aman, kepercayaan, dan regulasi yang sesuai dengan
negara. Sehingga kasus resesi ekonomi yang terjadi di tahun 2008 tidak terulang
kembali. Sistem berbasis blockchain dianggap sangat cocok dengan masa depan,
tinggal menunggu implementasinya secara sempurna.
Libra dan Bitcoin, Apa Bedanya?
Bitcoin menjadi pionir selaku mata uang kripto
pertama dunia, ia sudah melenggang selama satu dekade lamanya. Jauh
meninggalkan Libra yang baru dalam proses pengajuan tahun ini dan akan
diluncurkan di tahun depan.
Saat ini ada sekitar 2.282 mata uang kripto
yang tercatat di market kripto. Bitcoin seakan jadi patokan karena punya
valuasi yang sangat besar dibandingkan dengan mata uang kripto lainnya. Alasan
itulah berikut sejumlah Head to Head dari kedua mata uang tersebut
sehingga menjadi pembanding. Pengguna bisa memilih mana yang cocok untuk
mereka, cekidot:
Perumpamaan Libra dan Bitcoin ibarat
membandingkan Dollar/Euro/Rupiah dengan emas. Hanya saja berbentuk digital,
sehingga konteks berbeda. Andai saja Libra berhasil diluncurkan tahun depan,
proses transaksi lebih mudah menggunakan Libra karena nilainya relatif stabil
(tidak fluktuatif) merujuk pada mata uang negara.
Lantaran Libra disokong oleh cadangan aset di
dunia nyata, termasuk di dalamnya deposito bank dan surat berharga jangka
pendek oleh pemerintah dan Libra sendiri. Harganya akan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran dari pasar, beda dengan Libra yang berada di bawah
naungan Libra Association.
Sebelumnya konsep yang diterapkan oleh Libra
lebih mirip dengan Ethereum dan Ripple, hanya saja keduanya bersifat
desentralisasi murni. Kemudian Bitcoin lahir dari blockchain yang sifatnya
desentralisasi, semua yang ada di jaringan bisa punya peran.
Segala akan tercatat Ledger book,
sedangkan Libra menerapkan konsep kripto namun berbasis sentralisasi. Selain
itu di Libra pengontrol jaringan disebut Network of Custodians, beda
dengan jaringan blockchain seperti Bitcoin yang menyebutnya dengan Minner
(penambang) yang mengontrol node.
Setiap 10 menit para minner berhasil
menambang Bitcoin hasil dari pemecahan kode rumit sekaligus merilis informasi
dalam bentuk cryptographic hash. Kemudian akan diverifikasi dengan pada smart
contract dan dibukukan pada Ledger Book. Pada Libra proses verifikasi hanya
berada di tangan anggota konsorsium, bukan semua pengguna.
Ada sebanyak 28 anggota (ditargetkan ada 100 anggota) mereka sebut konsorsium, nantinya
akan punya peran dalam mengontrol segala transaksi. Secara rekam jejak dan
pengalaman, para konsorsium adalah perusahaan dan perbankan ternama. Hanya saja
itu tidak sesuai dengan prinsip dasar blockchain yang desentralisasi.
Mereka punya kontrol terhadap jaringan
blockchain karena sudah membayar biaya sebesar US$ 10 juta terhadap kontrol
pada Node (komputer). Jelas saja konsep ini hanya dikuasai oleh korporat besar
dan orang kaya. Berbeda dengan konsep blockchain murni yang siapa saja bisa
mengontrol Node.
Pilih mana, Investasi di Libra atau Bitcoin?
Andai saja Libra berhasil disahkan dan
diluncurkan sesuai jadwalnya di tahun depan. Akan beragam pilihan investasi
yang bisa kita pilih. Untuk investasi, semua tergantung preferensi setiap
orang. Sudah pasti berbeda dan punya kedua-duanya akan lebih baik. Jangan lupa
juga, ada banyak mata uang kripto lainnya yang potensial yang bisa
diinvestasikan atau dibelanjakan.
Bagi saya pribadi, untuk investasi jangka
panjang Bitcoin adalah aset yang sangat menarik. Volatilitasnya sangat menarik
dan penuh kejutan, Anda bisa berinvestasi membelinya di harga terendah dan
menjualnya di harga tertinggi.
Sedangkan Libra lebih baik digunakan pada
transaksi sehari-hari yang cepat dan mudah. Ia akan terintegrasikan dengan
sejumlah platform milik Facebook seperti Whatsapp dan Instagram. Serta sudah
bisa melayani berbagai transaksi yang melibatkan 28 konsorsium di dalamnya.
Tanpa harus keluar akun dan tinggal membeli,
kemudahannya seperti mengirimkan foto atau membalas chat. Anda akan sangat
terbantu dengan peran Libra dan Bitcoin, berinvestasi dan bertransaksi serba
mudah dan murah. Kini tinggal membenahi kepercayaan, keamanan, dan regulasinya.
Agar semua pihak bisa merasakan manfaat besar blockchain.
Semoga saja postingan ini bermanfaat untuk
Anda, apabila ada yang ingin ditanyakan bisa di kolom komentar. Have a Nice
Days.
0 komentar:
Post a Comment