Medan, kota yang sering dikunjungi atau
persinggahan saat keluar kota. Bukan tempat yang asing untuk datang ke ibu kota
dari Sumatera Utara tersebut. Untuk pergi ke sana saya punya dua alternatif, mulai
dari menggunakan bus atau mobil pribadi karena jaraknya yang cukup terjangkau
dari Banda Aceh dan Medan merentang sejauh ±600 km. Perjalanan yang ditempuh 12
jam dengan menggunakan kendaraan darat.
Salah satu pilihan yang paling sering saya
gunakan di dalam kota adalah dengan menggunakan bus. Sudah bukan hal asing
bahwa moda bus Aceh terkenal dengan kemewahan dan kenyamanannya. Tinggal tidur
di dalam bus, keesokan harinya Anda sudah melihat riuhnya Kota Medan di pagi
hari.
Bagi orang Aceh seperti saya, kota medan
adalah surga belanja dan tempat hiburan terlengkap dan dekat di pulau Sumatera.
Jadi kota terbesar dan punya berbagai mall, tempat hiburan hingga kuliner yang
menggugah selera. Ini menjadikan medan magnet pusat bisnis dan perbelanjaan
dari segala hal.
Ada begitu banyak orang dari Aceh dan bahkan
daerah lain datang ke sana di akhir pekan, sebelum kembali membebat lelah
bekerja di hari kerja. Salah satu pilihan menginap Hotel di Medan, ada banyak
pilihan dengan harga yang terjangkau untuk ukuran kantong.
Pilihan traveling yang paling dipilih adalah bersama keluarga atau sahabat.
Ada puluhan mall dan plaza yang memberikan pengalaman lengkap ada di Kota
Medan. Pilihan paling populer dan menarik di Medan adalah berbelanja berbagai
kuliner menarik yang ada di sana. Menyisihkan waktu untuk menonton film terbaik
di bioskop, sesuatu yang belum tersedia hingga kini di Aceh.
Tapi jangan salah, petualangan yang paling
menarik dari Medan adalah berbagai akulturasi budaya dan sejarah. Memang banyak
orang yang menganggap Medan jadi lokasi yang paling menarik dari segala pusat
bisnis dan kuliner, akan tetapi di dalam itu semua adalah sejumlah ragam lokasi
budaya dan sejarah yang masih terjaga hingga kini.
Wujud kota modern bukan berarti menanggalkan
berbagai nilai sejarah sejak awal mula kota tersebut berdiri di tahun 1590.
Pada masa silam, Medan dikenal dengan sebutan Tanah Deli, lokasi dari
perkumpulan suku dan marga saling toleransi dan membangun kota hebat di
dalamnya.
Kata Medan sendiri diambil dari Bahasa Tamil
yang diucapkan Maidhan atau Maidhanam berarti tanah lapang.
Bahasa tersebut diadopsikan dalam Bahasa Melayu yaitu Medan. Ada banyak jejak
sejak yang masih tersisa di dalamnya yang masih lekat hingga kini.
Mulai dari sisa kerajinan, tempat ibadah
hingga tempat kaya historis lainnya. Berikut sejumlah tempat wisata yang
mengagumkan, hingga saat ini menjadi sejarah Kota Medan. Berikut ulasannya:
1.
Istana Maimun
Di tengah kota Medan berdiri megah bangunan khas melayu peninggalan
Kerajaan Deli yakni Istana Maimun. Warna kuning khas Melayu jadi corak yang
paling menonjol dari istana ini Berdiri di atas tanah seluas 2772 meter persegi
dan punya hampir 30 ruangan yang tersebar dalam dua lantai.
Sebuah peninggalan paling masyhur dari Kesultanan Deli dan masih bertahan
lebih dari 131 tahun lalu sejak pertama sekali didirikan oleh Mahmoed Al Rasyid
Perkasa Alamsyah pada tahun 26 Agustus 1888.
Keindahannya sangat terpancar di tengah semrawutnya lalu lintas Kota Medan,
berkunjung ke Istana Maimun jadi pilihan terbaik menggali sejarah kejayaan
Kesultanan Deli tempo Hari. Berlokasi di Jalan Brigadir Jenderal Katamso,
terlihat jelas dominasi warna kuning dan halaman asri dari Istana Maimun.
2.
Masjid Raya Kota Medan
Masjid Raya Kota Medan adalah peninggalan selanjutnya dari Kesultanan Deli.
Tidak hanya mendirikan Istana, Sultan Maimun Al Rasyid juga mendirikan sebuah
Masjid besar di sana dengan sentuhan Timur Tengah dan Spanyol, dipadukan dengan
akulturasi dengan budaya Melayu di dalamnya.
Masjid Raya Medan sendiri dibangun di atas lahan 18 ribu meter persegi,
dengan capaian luas bangunan hingga 5000 meter. Menghadirkan konsep perpaduan
beragam budaya, satu padu di dalam budaya Melayu khas Kesultanan Deli.
Proses pembangunannya tergolong singkat untuk saat itu, hanya memakan waktu
tiga tahun. Di mulai dari 21 Agustus 1906 hingga selesai 19 September 1909.
Kini usianya sudah lebih satu abad, masih mempertahankan konsep asli sejak
pertama sekali dibangun.
Ciri khas lengkungan pada jendela serta kubahnya menjadi lambang dari Kota
Medan kini. Masyarakat Kota Medan punya dua sebutan lainnya pada Masjid Raya
Medan, Yakni Masjid Deli dan Masjid Al-Mashun. Bila belum ke Medan tak lengkap
datang menunaikan salat dan berfoto di depannya.
3.
Masjid Raya Al-Osmani
Tempat bersejarah selanjutnya adalah Masjid Raya Al-Osmani yang berada di
Jalan K L Yos Sudarso. Masjid ini punya sejarah panjang dalam perjalanan Kota
Medan di masa lampau karena jadi masjid tertua yang berdiri.
Telah berdiri sejak tahun 1854, itu artinya berdiri lebih dari 165 tahun
lamanya. Meskipun sudah cukup banyak mengalami renovasi sejak pertama sekali
didirikan. Tapi tidak mengurangi ciri khas dari bangunan awal yang menonjolkan
corak khas budaya Melayu di dalamnya.
Masjid Raya Al-Osmani sendiri dibangun oleh arsitek kenamaan asal Jerman di
masanya yaitu GD Langereis dari titah sultan Osman Perkasa Alam. Awalnya
mulanya hanya berupa rumah panggung yang terbuat dari kayu. Kemudian terus
dipugar dan diperluas oleh sultan selanjutnya yaitu Sultan Mahmud.
Ada banyak perpaduan yang terlihat dari Masjid tersebut saat datang
berkunjung ke sana. Mulai dari ornamen khas Tiongkok pada ukiran pintu masjid.
Ukiran khas India pada setiap ukiran dipadukan dengan arsitektur khas Eropa.
Pada detail lain yang diperhatikan pengunjung adalah ukiran khas timur
tengah di dalamnya. Dipadukan dalam bingkai warna kuning khas budaya melayu
yang berarti kemuliaan dan warna hijau sebagai filosofi Islam bermakna
kemakmuran.
Bukan sekedar lokasi ibadah saja, areal dari Masjid Raya Al-Osmani juga
menjadi lokasi ziarah para penguasa Kesultanan Deli. Ada sebanyak lima raja
yang memegang tampuk kekuasaan disemayamkan di dekat halaman masjid. Termasuk
dari para anggota keluarga dan masyarakat setempat dimakamkan di sana. Sehingga
pemkot menetapkan Masjid Raya Al-Osmani jadi cagar budaya yang ada di Kota
Medan.
4.
Gedung Balai Kota Lama
Gedung kaya historis selanjutnya adalah Gedung Balai Kota Lama yang punya
corak kentara Belanda. Punya perpaduan dari arsitektur khas Eropa klasik di
dalamnya, berdiri sejak tahun 1906 yang diarsiteki oleh Hulswit dan Fermont.
Awal mula berdiri, bangunan tersebut digunakan sebagai De Javasche Bank.
Tak hanya itu saja, Gedung tersebut juga dijadikan lokasi pertemuan pejabat
tinggi Belanda. Hingga akhirnya berubah fungsi setelah kemerdekaan RI, gedung
tersebut dibeli oleh Pemkot kota dan kemudian dijadikan sebagai balai kota.
Punya warna putih yang sangat dominan dari sejumlah sisi bangunannya. Di
setiap pintu samping terdapat ornamen pintu bak gaya Yunani. Sedangkan pada
setiap lengkungan dari jendelanya menggambarkan corak dari Romawi. Tak lupa di
bagian atas atap terdapat menara jam yang masih berfungsi dengan sangat baik
hingga kini.
Pada tahun 90 setelah Gedung balai kota baru selesai dibangun, Gedung Balai
Kota Lama mengalami masa kelam selama satu dekade lamanya. Namun setelah ada
pembangunan Hotel Grand Aston yang berada di belakangnya, daya tarik Balai Kota
Lama memberikan daya tarik kembali. Tak hanya sebagai investor, pihak hotel
juga memberikan warna baru dalam balai kota menjadi lokasi kekinian khas klasik
dengan mendirikan café di dekatnya.
Datang ke sana pun memberikan pengalaman mengenai sejarah peninggalan
Belanda yang masih tersisa dan berdiri megah. Seakan pengunjung sedang berada
di benua biru saat berswafoto saat di sana. Lokasinya berdekatan dengan
lapangan merdeka dan untuk datang ke sana tidak dipungut biaya.
5.
Rumah Tjong A Fie
Dari namanya sudah tergambar bahwa rumah tersebut dimiliki oleh keturunan
Tionghoa di Kota Medan. Tjong A Fie adalah pengusaha yang sangat sukses di
Medan saat masanya, ia punya peran yang sangat besar dalam kemajuan kota berkat
tangan dermawannya. Mulai dari persembahan lonceng pada Gedung Balai Kota Lama,
renovasi Istana Maimun dan bahkan Rumah Sakit Tjie On Jie Jan.
Paling fenomenal adalah kediamannya yang kini menjadi sebuah Museum ternama
di Kota Medan. Dibangun pada tahun 1900, Rumah Tjong A Fie jadi museum yang
bertemakan budaya Asia di Kota Medan. Setelah ia wafat, inisiatif persembahan
terakhir yang diberikan dalam penerusnya adalah menjadikan rumahnya sebagai
lokasi bersejarah, dan akhirnya pilihan museum akhirnya dipilih.
Berlokasi di Jalan Ahmad Yani, Anda cukup membayar 35 ribu dan merasakan
rumah khas Tiongkok tradisional dari Rumah Tjong A Fie. Terdapat 35 ruangan
yang tersebar pada dua lantai bangunan tersebut, berukuran 8 ribu persegi,
memberikan banyak perpaduan di dalamnya. Jadi objek kaya historis yang sangat
sayang dilewatkan dari Kota Medan.
Segala persembahan dari sebagian kecil lokasi kaya
histori yang ada di Kota Medan, seakan membuka mata pengunjung bahwa Medan
bukan sebatas kota bisnis saja tapi kota kaya historis di dalamnya. Pengunjung
bisa merasakan begitu banyak pengalaman budaya, kuliner, berbelanja hingga
petualangan selama di sana.
Salah satu adalah dengan memilih penginapan
murah di Medan. Sudah jadi tak asing bahwa Kota Medan jadi kota yang sangat
welcome pada pendatang selama ada di sana. Ada banyak pilihan Hotel di Medan yang bisa Anda pilih dengan mudah saat berada di sana.
Pilihan inilah yang membuat dengan budget
terbatas Anda bisa mendapatkan penginapan hotel murah di Medan bahkan di tengah
kota sekalipun. Pilihan hotel yang saya lakukan adalah dengan memilih lokasi
penginapan berada dekat dengan Istana Maimun, Masjid Raya Al-Mashun dan bahkan
Rumah Tjong A Fie. Supaya tak harus naik kendaraan, cukup dijangkau dengan
berjalan kaki.
Ada banyak fasilitas Hotel PegiPegi yang diberikan dan pengunjung bisa melihat kamar yang dipesan, apakah sudah sesuai dengan pesanan. Tak hanya itu saja, ada banyak
rekomendasi tempat lainnya yang berada di dekat hotel sehingga tidak kesulitan
bagi pengguna yang baru pertama kali datang ke Medan.
Jadi rasa penasaran akan lokasi historis di
Medan berhasil terjawab serta rekomendasi lainnya dihadirkan. Semuanya dari
PegiPegi.com yang menawarkan pilihan hotel dengan rekomendasi terbaik serta
sesuai dengan keinginan Anda.
Dengan begitu, rasa penasaran akan situs
historis, lokasi berbelanja hingga kuliner berhasil terjamah semuanya. Sekaligus
pengalaman bertualang di Kota Medan, semuanya bisa dirasakan sebagai pengalaman
terbaik.
0 komentar:
Post a Comment