Sejak dulu Garut dan
sekitarnya digambar bak negeri dongeng di atas pegunungan di Eropa Barat,
Switzerland van Java. Itulah gambaran akan keelokannya hingga kini, hutan, persawahan,
pantai, sungai hingga masyarakatnya begitu memesona.
Setiap jengkal objek wisata
yang ada seakan menarik pengunjung untuk bisa menginjakkan kaki ke sana. Terbesit
sebuah nama yang sejak dulu penuh dengan cerita dan panoramanya tetap terjaga,
jauh dari tangan jahil yang mengubah ciptaan Sang Maha Kuasa. Tempat itu adalah
Leuweung Sancang dan sejumlah cerita siap diukir andai bisa ke sana.
Mendengar nama Leuweung
Sancang bagi masyarakat Garut seakan membuat bulu keduk bergidik ngeri. Cagar
alam nan asri di sebelah selatan Garut memendam sejumlah kisah panorama dan
mistis yang melegenda. Tak terkecuali para penikmat indah panorama pantai dan
hutan hujan nan sejuk.
Lokasinya membuat siapa saja
tertantang menyalurkan pengalaman jelajah alam dan hiking dalam satu
paket lengkap. Nilai eksotisnya begitu kental, hutan rapat, pantai yang belum
terjamah oleh manusia dan tentu saja gemercik air terdengar bak simfoni di
sana.
Menjelajah alam
siapa yang tak mau, menghabiskan akhir pekan dengan hiking dan bertualang ke
dalam hutan. Merasakan aura ekowisata di dalamnya, Leuweung Sancang tak ada
cela sedikit pun. Ia begitu sempurna buat siapa saja yang punya nyali dan
tenaga, menjejakkan setiap tapak di cagar alam Leuweung Sancang.
Luasnya membentang seluas
2.157 hektar, tak termasuk bentangan perairan dan pantai hingga 1.150 ha.
Menawarkan sesuatu yang menarik dalam satu paket jelajah cagar alam dari hutan
tropis rapat dengan vegetasi tumbuhan keras, Hutan Mangrove dengan akar tunggal
yang mencolok ke atas dan tentu saja pesona hutan pantai yang asri tanpa hingar-bingar
manusia.
Suasananya seakan
pengunjung sedang berada di sebuah Pulau terpencil yang kaya akan vegetasi.
Pantulan warna merah maju dan warga hijau zamrud terlihat dari kejauhan, semua
akibat jumlah beragam alga dan fitoplankton yang menyebar seakan memberikan
warna-warni pada pantai saat diterpa sinar matahari.
Oh… ini seakan sekeping alam surga dan seakan
keindahan dunia ini hanya diperuntukkan buat pengunjung semata. Menjelajah alam
sembari mengejar kepiting pantai yang mencoba bersembunyi dalam rumah
lubangnya.
Di laut pun tak kalah lengkap dan menarik, beragam terumbu
karang saling berbaris jadi tempat hidup biota ikan. Makin sempurna dan lengkap
karena ada padang lamun dan hutan Mangrove. Semua seakan menyelamatkan daratan
dari abrasi pantai dan menjaga cagar alam tetap seperti aslinya.
Cagar Alam dan Tempat Hidup spesies
Langka
Kondisi alam yang masih
sangat asri seakan menjadikan cagar alam di Hutan Leuweung Sancang bak laboratorium
pembelajaran. Sebarannya yang begitu luas tersebut jadi area bermain satwa liar
tanpa gangguan manusia.
Kicauan burung, jejak kaki kanan
hewan herbivora, serta predator tertinggi di rantai makanan tak sungkan
menampakkan diri Habitat hewan yang dilindung seperti Macan Tutul (Panthera
pardus), banteng (Bos sondaicu), beragam jenis rusa (Cervus sp.)
hingga merak (Payo muticus) hidup tentram di dalam cagar alam. Mereka tak
takut akan gangguan pemburu yang masuk, karena hukum adat yang kuat sehingga
buat Leuweung Sancang tetap terjaga.
Secara luas wilayah, Hutan
Sancang masuk ke dalam Cagar Alam yang dilindungi oleh pemerintah. SK Menteri
Pertanian No. 370/Kpts/Um/6/1978 jadi surat sah akan keberlangsungan akan cagar
alam sejak pertama sekali dicetus di tahun 1978.
Hutan cagar alam tersebut
terbagi jadi tiga wilayah yaitu dimulai dari hutan hujan tropis dengan kontur
daratan rendah, hutan Mangrove, dan hutan pantai yang memberikan panorama menarik
hingga dasar laut. Siapa pun yang datang seakan merasakan beragam potensi satu
cagar alam dalam tiga paket sensasi.
Hutan, pantai, dan sungainya
pun masih sangat asri dan bersih. Tak ditemukan aktivitas manusia mengganggu
kelangsungan hewan di dalamnya. Hutan begitu rapat seakan membuat matahari
sulit tembus ke dalamnya, pantai serta pasirnya memantulkan langit biru jernih,
dan sungai seakan desirnya tak pernah kurang meskipun kemarau datang. Semua
makhluk hidup di dalamnya tak perlu waswas saat paceklik tiba.
Di tengah rindangnya hutan
pun tersibak tumbuhan raksasa yaitu tumbuhan Rafflesia Patma. Arti Patma
sendiri berarti bunga, diambil dari Bahasa Sunda. Bunga Rafflesia Patma
termasuk satu dari 15 jenis Bunga Rafflesia yang ditemukan di Indonesia. Punya
tinggi 25-30 cm dan punya warna jingga muda dengan lima kelopak penyusun. Hutan
Leuweung Sancang jadi lokasi tepat ia tumbuh, jauh dari sorotan manusia.
Desir pantai dan Aneka Ekosistem
di Leuweung Sancang
Meloncat ke arah hutan
pantai, sensasi lainnya bisa dirasakan. Nyiur pepohonan Mangrove tertiup oleh hembusan
angin pantai selatan, airnya tegak dari Mangrove bak pemecah gelombang pantai
dari hantaman lautan samudra lepas.
Aneka pepohonan khas Hutan
Mangrove tak sulit ditemui, mulai dari pedada, kijingkang, api-api, Pohoa Kaboa,
hingga granat. Satwa liar khas Mangrove dengan mudah bisa terlihat jelas.
Berbagai jenis primata, monyet ekor panjang, dan biawak.
Hutan Mangrove Leuweung
Sancang bukan sebatas pentas hewan mamalia dan reptile besar. Tak jarang ada
kicauan burung jantan yang sedang menggoda burung betina di dahan pohon lain.
Kepiting Bakau, klomang, dan Ikan Glodok terlihat jelas sedang menjemur diri
antara sela-sela akar Mangrove.
Pantai pun jadi panorama yang
menggugah, seperti saya yang sejak dulu akrab dengan pantai. Apa yang disajikan
oleh Leuweung Sancang begitu sempurna. Debur ombak yang kuat di antar
tebing-tebing curam melahirkan gua-gua bawah laut di dekat tebing.
Salah satu bukti sahih
adalah keberadaan Pulau berbatu Karang Gajah yang memikat. Pecahkan tebing yang
dihantam gelombang setiap waktunya menghasilkan topografi alam buatan tangan
alam. Saat suasana petang datang, pantulan cahaya matahari yang hendak kembali
ke peraduan begitu indah.
Di lokasi lainnya, pantai landai
dengan hamparan hutan pantai jadi daya tarik. Di satu sisi terdapat hamparan
pantai luas dan di sisi lainnya akar Mangrove yang tersambung langsung ke
lautan. Sama halnya sambung menyambung sungai dengan lautan.
Ekosistem pantai terasa lengkap
dengan adanya tiga penyangga seperti Hutan Mangrove, Padang Lamun, dan tentu
saja Terumbu Karang. Semuanya masih terasa lengkap dan dianggap sangat punya
peran besar dalam menjaga pantai dari abrasi besar Samudra Hindia.
Datang dan Melangkah ke
Leuweung Sancang
Kawasan Leuweung Sancang masuk
cagar alam yang dilindung dan segala aktivitas manusia berhubungan tindakan
ilegal dilarang. Pengunjung dengan mudah akan menemui pamflet larangan akan
tindakan ilegal tersebut. Pelaku yang nekat dan tertangkap akan diproses dengan
hukum.
Lokasi Leuweung Sancang berlokasi di Kecamatan
Cibalong, Kabupaten Garut bagian selatan, Jawa Barat. Tak hanya itu saja, bisa
diakses dari Pusat Kecamatan Pameungpeuk dan jaraknya hanya ± 20 km dari Kabupaten
Garut. Sedangkan pengunjung yang ingin datang dari Kota Bandung, berjarak 180
km dan butuh waktu ± 3 jam perjalanan darat untuk tiba ke lokasi.
Pengunjung yang sudah jatuh hati akan panorama
alam khas cagar alam, pasti akan rela jauh-jauh datang ke Leuweung Sancang.
Pengalaman tak terlupakan di hari libur bersama karib sahabat atau bahkan
keluarga jadi cara mengenal alam dari keelokan Leuweung Sancang.
Ragam pertunjukan tersebut dimulai dari proses
tracking membelah hutan, bisa saja menyusuri pantai, dan merasakan objek
tebing, dan bahkan Padang Savana. Aktivitas fotografi seakan tak boleh luput,
ragam panorama dan satwa langka bisa saja diabadikan saat tak terduga.
Tak puas sehari, banyak pengunjung yang
menjadikan hutan Leuweung Sancang sebagai lokasi penginapan. Memang ada
sejumlah vila atau resort, tapi lokasinya tidak berada di tengah hutan serta harus
merogok kocek cukup dalam. Andai pergi dalam jumlah kelompok besar, bermalam di
dalam tenda dan permainan api unggun di malam hari terasa sangat spesial. Menunggu
hari esok datang dan siap memulai petualangan baru.
Esok pagi setelah selesai menyingkap kemah,
saat itulah terbesit merasakan sensasi lain. Mungkin saja itu memancing atau
bisa saja berenang di segarnya air terjun atau memilih hangat air serta asinnya
air laut.
Pendatang yang tiba di Leuweung Sancang tak
sebatas hanya menghabiskan akhir pekan atau liburan mereka. Tak jarang penelitian
dari tingkat mahasiswa, dosen hingga peneliti mancanegara datang ke sana.
Mereka ingin tahu hutan hujan tropis di tanah Garut tersebut tetap terjaga hingga
saat ini.
Jejak mitos dan legenda di Leuweung Sancang
Ada banyak sejarah yang ada
di dalamnya, salah satu yang paling dikenal adalah kisah mitologi harimau putih
nan buas. Perwujudan dari raja terakhir yang terkenal akan wibawanya dari
kerajaan Pajajaran, Prabu Siliwangi.
Nama Leuweung Sancang
sendiri sudah menjadi primadona yang begitu membuat bulu kuduk bergidik ngeri.
Dalam harfiah kata, Leuweung punya arti hutan dalam Bahasa Sunda dan Sancang
menggambarkan Raja nan Agung dan harum dari kerajaan Pajajaran. Ia lebih baik
mengasingkan diri dibandingkan harus melalui pertumpahan darah.
Alkisah sanga raja terakhir
mendadak hilang, meninggalkan kerajaan yang mulai goyah. Sang raja memilih pergi
dan mengasingkan diri. Salah satu pilihannya adalah Hutan Leuweung Sancang. Di
dalam legenda tersebut, sang raja benar-benar menghilang atau dalam Bahasa Sunda
berarti nga-hyang bersama sejumlah prajurit pilihannya.
Sebelum menghilang, Sang
Prabu Siliwangi meninggalkan sebuah mandat berharga. Bahkan hingga kini masyarakat
Garut mengenalnya dengan Amanat Uga Wangsit Siliwangi. Pada salah satu petikan
bunyi wangsit terseut tertulis: “Lamun aing geus euweuh marengan sira, tuh deuleu tingkah polah maung” yang artinya: (Kalau saja aku tidak menemaimu,
lihat saja tingkah laku harimau).
Berbagai kisah legenda terdahulu
seakan memberikan gambaran bahwa Leuweung Sancang punya cerita dan bahkan
mitos. Keberadaan harimau putih disinyalir ada dan bahkan dipercayai oleh masyarakat.
Ini membuat sejumlah orang berniat jahat atau bahkan ingin merusak Hutan
Leuweung Sancang seakan berpikir dua kali untuk bisa melakukan niat tersebut.
Kearifan lokal tersebut seakan
tetap terjaga dan bahkan menjadi cagar alam milik warga Garut yang diakui oleh
dunia. Beragam ekosistem yang dimilikinya seakan terus terjaga dan menjadi daya
tarik siapa pun untuk datang dan mengetahui isinya.
Memang sangat layak
menggambarkan Garut bak Switzerland van Java seperti yang sudah disematkan sejak
zaman kolonial dulu. Satu tempat yang begitu memesona adalah Leuweung Sancang,
beragam panorama alam jadi satu paket dalam sekali kunjungan.
Akhir kata, Garut bahkan lebih dari Swiss, karena punya sesuatu yang jauh memikat. Dan itu adalah pantai dan desir ombak yang menyapu. Have a nice day, semoga postingan ini memberikan inspirasi.
Akhir kata, Garut bahkan lebih dari Swiss, karena punya sesuatu yang jauh memikat. Dan itu adalah pantai dan desir ombak yang menyapu. Have a nice day, semoga postingan ini memberikan inspirasi.
Ayo kita berangkat
ReplyDeleteKu jadi ingin ke garut Bal.
ReplyDelete