Era digital seakan memberikan informasi yang sangat cepat
dan tanpa terbatas. Informasi seakan tak terbendung banyaknya dan dibagikan
oleh siapa pun itu. Orang yang paling getol membagikan itu semua adalah konten
kreator. Ia jadi kiblat dari para pengguna yang harus informasi dan konten,
mulai dari tulisan, gambar, audio hingga video.
Hidup konten kreator dianggap mulai sejahtera karena ia
mendapatkan reward sepadan atas kerja kerasnya. Namun ada banyak konten kreator
abal-abal level perorangan hingga level perusahaan melakukan tindakan keji.
Sulitnya mendapatkan ide segar yang menarik tapi instan, seakan mereka gelap
mata dan melakukan tindakan plagiat.
Mengambil hasil kreator lainnya tanpa sepengetahuan dan
bahkan meraut untung dari itu semua. Hasil plagiat tersebut akhirnya nangkring
di Google, Blog, Youtube hingga sosial medianya tanpa ada kredit pemilik
asalnya. Mulai dari software, tulisan,
musik, gambar hingga audio.
Ada banyak dari konten kreator, penulis, produser hingga programmer
menjadi
korban plagiat dan pembajakan. Jerih payah serta riset yang mereka lakukan dalam
kurun waktu panjang. Dalam sekejap mata dibajak dan diplagiat orang tak
bertanggung jawab, mereka malah untung besar setelah.
Tujuan dasar adalah mendapatkan profit dalam sekejap,
maka lahirlah kreator abal-abal yang miskin ide. Ia tahu apa yang dilakukan
melanggar hukum dan bila ketahuan kariernya di dunia kreator tamat. Tapi apa
daya dengan godaan reward dan viewer yang besar seakan ia rela mengambil risiko
tersebut.
Dari manakah budaya plagiat lahir?
Plagiat tidak lahir dengan sendirinya, ia lahir dari
lingkungan apatis atas segala sesuatu yang orang lain hasilnya. Ia menganggap
ini bukanlah sebuah pelanggaran karena lingkungan melakukan hal serupa. Semua
baru disadari sadar saat ada laporan dan si korban tahu.
Bagi saya di Indonesia tingkat plagiat sangat tinggi dan
itu sudah lahir sejak bangku sekolah. Bermula dari kebiasaan menyontek dan
berlanjut hingga tahap bangku perkuliahan. Patokan nilai bagus adalah
segala-galanya dibandingkan kejujuran.
Para siswa lebih bangga dapat nilai bagus hasil menyontek
dibandingkan nilai jelek tapi jujur. Teman yang lebih pintar jadi sasaran manusia
pemalas yang ingin nilai tinggi, bisa ditebak nilai mereka juga bagus meskipun effort-nya
sangat kurang.
Saat memasuki dunia kreatif, akan lahir dua model kreator
yang mengandalkan ide sendiri dan kreator bermodal konten orang lain. Mirisnya
kreator plagiat cepat naik daun, ia seakan punya banyak bahan yang ia colong
entar dari mana. Bermodal hanya searching, download, dan kemudian reupload
ulang.
Siklus para plagiator:
Malas melakukan riset
> Kebiasan menyontek > Mau cepat kaya dan terkenal > Mencari karya
orang lain yang diplagiat > Melakukan aksi plagiat karya orang > Cita-citanya
kesampaian.
Memang di dunia ini tak ada hal yang baru, apa yang kita
tulis sudah pernah atau dipikirkan oleh manusia-manusia sebelumnya. Hanya saja
penyampaian atau sudut pandang yang kadang sedikit berbeda. Metode yang bisa
digunakan kreator pemula adalah dengan
Ambil + Tiru +
Modifikasi = Menghasilkan konten khas dirimu
Proses itu butuh waktu dengan latihan terus menerus agar
otak dengan mudahnya bisa menghasilkan konten yang mujarab. Boleh sih asalkan
tak lupa mencantumkan referensi bukan malah menganggap hak cipta diri sendiri
dengan bangganya.
Seorang konten kreator tidak sembarangan dalam
mendapatkan sebuah ide, sebelumnya nantinya ia eksekusi dengan sangat matang.
Ada sejumlah tahap yang sering dihadapi konten kreator mulai dari
Penyaringan ide, ide yang pertama kali muncul dalam benak pikiran, lalui coba dituangkan
sedemikian rupa. Apakah itu masuk akal atau tidak, kemudian dipilah-pilah mana
segera dieksekusi sebagai sebuah konten.
Jangan sampai ide dicuri atau didahului orang
lain. Pencurian ide jadi hal yang umum terjadi akibat telat mengeksekusinya.
Pesaing langsung dengan cepat merealisasikan ide tersebut sedangkan Anda
terlalu lama memendamnya.
Pengembangan ide, setiap detiknya mampu mengalir memenuhi pikiran kita, bahkan di waktu yang
tak terduga. Bila sudah matang, sudah saatnya dikembangkan, apa yang harus dan
apa yang tidak harus dimuat dalam konten.
Ada juga kreator yang sudah menyimpan di dalam
kepala apa saja yang ia lakukan dalam mengembangkan ide. Bagi yang tak terbiasa,
lembaran kecil jadi sebuah cara menuliskan ide tersebut. Ia akan membentuk kerangka
awal sebelum nantinya project tersebut dijalankan. Apa kesulitannya dan
apa saja yang harus di dalami.
Eksekusi ide, tahap ini ialah proses akhir sebuah ide itu telah layak untuk dihasilkan.
Proses ini bisa dilakukan seorang diri atau menggunakan tim kreatif. Sehingga
kreator hanya bertugas membuat konten tanpa memikirkan hal-hal teknis lainnya.
Bahkan mereka sudah punya kapan waktu
postingan dan ide apa saja yang harus ada untuk beberapa hari ke depan. Ide tak
datang setiap waktu, saat kebanjiran ide, saat itulah mengeksekusinya dan
membuat konten sebanyaknya. Sebagai cadangan di hari esok.
Hasil, inilah tahap akhir setelah kerja keras dari mencari ide hingga mengeksekusinya.
Tinggal memosting dan dinikmati oleh penikmat konten, mereka sudah tak sabar
menunggu konten Anda. Setiap like, komentar, hingga share jadi balasan buat
kreator atas kerja kerasnya. Ia layak dihargai dan mendapatkan reward atas
kontennya.
Proses panjang ini tidak dilakukan oleh para
plagiat, ia hanya berada di tahap hasil saja dan kemudian tinggal posting.
Inilah yang harus ditindak tegas. Ada sejumlah cara dalam mendeteksi plagiat,
ada banyak fitur yang bisa memudahkan proses tersebut.
Pihak penyedia layanan pun sangat cepat merespons mengenai
aksi plagiat, salah satunya dengan melakukan Take Down hingga proses
gugatan untuk plagiator. Sehingga konten kreator tidak ragu lagi
karyanya dicolong orang tak bertanggung jawab. Ia bisa mengecheck sendiri atau
melalui platform tempatnya menghasilkan karya. Supaya ada tindak lanjut dan
efek jera buat pelaku.
Contoh aksi kreator plagiat |
Ada sejumlah jenis konten plagiat yang
dideteksi, mulai dari tulisan, gambar, video hingga rekaman audio musik. Berikut
sejumlah cara yang bisa digunakan dalam mendeteksi plagiat.
Mendeteksi blog atau tulisan yang diplagiat
Ada begitu banyak aplikasi yang bisa mendeteksi tulisan offline
atau yang ada di blog. Karena konten tulisan dianggap paling pertama hadir di
internet. Pelaku plagiat bisa langsung dideteksi secara cepat dengan mengetahui
kadar plagiat yang ia lakukan.
Salah satu aplikasi yang bisa digunakan adalah Plagiarism
Check untuk mengetahui yang bersangkutan mengambil hak cipta orang lain.
Cukup ampuh di dunia perkuliahan, jurnalistik hingga Blog. Para dosen, editor hingga
blogger sangat
terbantu dengan fitur ini. Sehingga nantinya plagiator akan lebih berpikir ulang melakukan tindakan tersebut.
Ini sangat berharga ke depan untuk menindak tegas yang
memiliki kebiasaan plagiat. Bahkan blogger bisa menggunakan script
khusus yang dibenamkan dalam blog. Sehingga pelaku tak bisa melakukan teknik
Cltr + A, Cltr + C dan Cltr + V dalam membuat konten.
Mendeteksi gambar yang diplagiat
Fitur Google Images mampu mendeteksi gambar
yang serupa atau identik. Ini sering digunakan supaya kita tahu siapa saja yang
menggunakan gambar milik kita. Pada blog atau website sering sekali ada
pencurian gambar tanpa memberikan keterangan pengguna.
Google images bisa mendeteksi hal tersebut dan
meskipun pelaku memodifikasi dengan mengubah tanggal upload jauh sebelum
pemilik pertama memostingnya.
Pertama sekali ada dengan membuka Google
Images,
kemudian akan muncul Upload an Image.
Kemudian tinggal upload foto yang dinilai
mungkin punya kemiripan. Hasilnya bisa dilihat apakah gambar kita plagiat atau
murni buatan sendiri.
Bagi Anda yang ingin mencari gambar yang bebas
digunakan untuk blog, ada sejumlah cara. Salah satunya dengan menggunakan fitur
pengaturan Labeled for noncommercial reuse with modification atau bisa
juga memilih Labeled for noncommercial reuse.
Nantinya akan didapatkan berbagai gambar yang
diinginkan tanpa melanggar hak cipta. Bisa digunakan pada blog dengan nyaman.
Meskipun jumlahnya terbatas, lebih baik dibandingkan harus banyak tapi plagiat punya
orang lain.
Mendeteksi video Youtube yang diplagiat
Konten kreator dianggap pekerjaan yang
menjanjikan di sejumlah platform. Salah satunya yang dilakukan Youtube dengan
mendeteksi kecurangan. Besarnya pengguna Youtube seakan membuat konten kreator
abal-abal mencuri konten pengguna lainnya di dunia jauh. Memodifikasinya
sedemikian rupa menjadi konten dan kemudian ia meraut viewer serta tentunya
derasnya Adsense.
Youtube memecahkan solusi tersebut dengan
membuat fitur yang mampu membaca algoritma melalui fitur Copyright Match
Tool. Ini terjadi sejak seorang konten kreator Youtube pertama sekali
mengupload videonya tersebut di akun miliknya. Algoritma tersebut akan mencari
video yang menyerupai dengan tingkat kemiripan yang sama persis dan mirip. Si
pengupload akan mendapatkan sebuah notifikasi pemberitahuan Match andai
saja ia melanggar.
Pemilik pertama konten tersebut juga akan
mendapatkan pemberitahuan serupa. Ia pun diberikan tiga opsi oleh Youtube,
mulai dari mendiamkan video tersebut, menghubung konten kreator yang mencomot
video miliknya, dan meminta pihak Youtube melakukan take down pada video
tersebut (sesuai dengan pengajuan syarat yang sudah ia lakukan).
Hanya saja, kelemahannya ada banyak konten
kreator abal-abal yang mencari celah. Mereka melakukan sedikit modifikasi,
mulai dari memotong video kurang dari 10 detik, mempercepat video, memotong
video, menggunakan teknik mirror hingga menambahkan watermark beserta dubbing
supaya menghilangkan jejak plagiatnya.
Tapi saya berharap Youtube mencoba formula
baru lagi dengan algoritma yang lebih kompleks. Melakukan plagiat bukan hanya
sebatas video utuh, tapi ada teknik licik seperti memotong video kurang dari
beberapa detik, melakukan zoom, memotong video, menambah watermark serta
menambah suara dengan dubbing dapat ditindak lanjuti. Supaya makin
banyak kreator yang rajin melakukan riset sebelum memosting di akunnya.
Mendeteksi plagiat dari audio dan nada musik
Mendeteksi plagiat di musik memang susah-susah
gampang, bagi penggemar atau pengamat musik sebuah genre pasti bisa mengetahui
plagiat tersebut. Plagiat yang paling sering dilakukan adalah dengan mencuri Beat
dan komponen lainnya.
Salah satu kasus yang paling panas adalah salah
seorang DJ Produser kenamaan Marshmello dianggap melakukan plagiat pada lagunya
Happier ft Bastille dengan genre Future Bass. Kemiripan adalah pada Beat melodi
pada Lead remix lagu One Republic “I Lived” milik Arty DJ produser kenamaan
Rusia yang bergenre Progressive House.
Ia sendiri sudah meremix single One Republic I
lived 5 tahun lalu (tahun 2014), sedangkan Marshmello baru mengeluarkan
single Happier tahun lalu (2018). Tapi nyatanya Arty hanya yang lebih
dahulu mengupload videonya hanya mendapatkan 4 jutaan viewer sedangkan
Marshmello sudah lebih menyentuh angka 400 jutaan viewer.
Jelas ia dirugikan karena ketenaran Marshmello
dan menuntut ke pengadilan sebagai bentuk pembelaan. Bila berhasil menang
gugatan, Arty bisa mendapatkan hak cipta atas Beat tersebut dan dalam single
Happier akan ada nama Arty sebagai komposer.
Meskipun begitu, di dunia musik sebuah genre,
kemiripan adalah hal yang lumrah. Itu karena nada-nadanya melodi yang dekat
terkecuali sang produser menggunakan nada-nada yang jauh. Bila saja nadanya
sama persis, itu dipastikan itu plagiat.
Tak hanya itu saja, di era musik saat ini plagiat
musik makin mudah ditemukan. Kecuali sang produser atau penyanyi menggunakan
nada-nada musik dari era terdahulu. Peluang untuk diketahui melakukan plagiat
makin kecil. Konsekuensi lainnya adalah plagiat membuat penikmat musik berpikir
dua kali mendengarkan karya si produser.
Itulah sejumlah cara mengetahui kreator ulung
yang melakukan aksi plagiat di sejumlah platform. Niatan jahat dan tak terpuji
ini tak layak apresiasi. Ada banyak kreator lainnya menjadi korban dan bahkan
karya buatannya berhasil melambung tinggi oleh plagiator.
Kebijakan penyedia layanan, berbagai aplikasi
pendeteksi plagiat hingga laporan korban jadi bukti kuat bahkan plagiat harus
diberantas. Supaya tak ada lagi konten tiruan tak layak diapresiasikan dan
bahkan nasibnya di platform tersebut segera berakhir.
Bila pun ia bermain kembali, dengan cara
bersih supaya lahir lebih banyak lagi kreator kreatif menuangkan ide bukan
kreatif mencuri ide orang lalu memodifikasinya. Semoga postingan ini
menginspirasi dan Have a Nice Day.
0 komentar:
Post a Comment