Siapa yang tak kenal dengan Eceng Gondok, gulma pengganggu yang tumbuh
subur perairan. Di Desa Kubu, Kecamatan Arongan Lambalek, Aceh Barat jadi satu
dari sekian banyak kecamatan yang memperoleh dampak meledaknya populasi gulma
tersebut. Masyarakat pesisir dulunya mendapatkan keuntungan dari mencari ikan.
Kini banyak yang harus kehilangan mata pencaharian tersebut. Ledakan gulma
Eceng Gondok seakan jadi bencana besar.
Itulah yang dialami oleh Mursalim yang dulunya bergantung hidup dengan
masyarakat lainnya mencari ikan. Pagi hari sudah menabur jala sembari menunggu gerombolan
ikan di dasar sungai terperangkapnya. Siang harinya ikan-ikan tersebut sudah
terjaring dan tak berdaya tersangkut jala. Kemudian datanglah pemasok yang siap
mengangkut dan menjualnya ke Kota Meulaboh.
Hari demi hari dilalui menyambung hidup dengan menjaring ikan, hingga
bencana itu datang. Tumbuhan hijau bernama eceng gondok memenuhi rawa, dalam
hitungan minggu sudah menutupi bibir sungai dan laguna. Sirkulasi air melambat,
satu persatu ikan menghilang. Andai berhasil terjaring, jumlahnya tak seberapa.
Tak sebanding dengan pendapatan dulu saat menjaring ikan. Satu persatu
masyarakat kehilangan pekerjaan dari bekerja serabutan sembari menyambung
hidup.
Di saat tak ada kepastian penghidupan yang layak, Mursalim jadi orang yang
beruntung dan ingin mencoba. Beliau tertarik mencoba mengikuti proses pelatihan
eceng gondok, tak main-main karena ia terpilih dari sekian banyak pengrajin
lainnya
Ilmu yang dulunya sangat langka didapatkan, beliau pun berlatih ke Pulau
Jawa di akhir tahun 2016. Melalui bantuan Yayasan KOMPAK yang berada di bawah
naungan Pemerintah Australia yang membina dan membuka pasar kreativitas
berbahan eceng gondok.
Awal mulanya ada banyak masyarakat yang diajak, ada sebanyak 120
diikutsertakan dalam pelatihan. Hanya saja karena rumit dan dianggap tak punya
masa depan, hanya 4 pengrajin yang bertahan. Termasuk di dalamnya Mursalim dan
istrinya, hingga akhirnya berinisiatif mendirikan UKM kerajinan khas masyarakat
setempat bernama Kreatif Kubu.
Usaha tersebut lahir berkat inisiatif beliau dalam melihat peluang usaha di
daerah tempat beliau. Eceng gondok bukanlah sebuah malapetaka yang ditakutkan
oleh banyak orang. Namun berkah dalam menyambung hidup. Rezeki instan dari
mencari ikan seakan dicoba dengan menciptakan rezeki bertahap dari kerajinan
eceng gondok.
Lahan eceng gondok tersebar di Desa Kubu sepanjang 2 km dengan separuhnya tertutupi
hamparan eceng gondok. Belum lagi termasuk laguna yang berada di dekat pantai
di perbatasan desa. Ini jadi investasi besar karena bahan baku mudah didapatkan.
Beliau menilai jumlah eceng gondok belum tentu habis hingga 20 tahun ke depan.
Meskipun nantinya UKM beliau berubah jadi sentra usaha kreatif skala besar.
Tangan Terampil Mengubah Gulma jadi Barang Berharga
Bermodal sebilah papan dan ilmu pelatihan didapat sepulang dari Jawa,
Mursalim memberanikan dari untuk memulai usaha kerajinan eceng gondok. Pelatihan
yang beliau ikuti di tahun 2016 menjadi
modal berharga dalam memperbaiki peruntungan nasib. Selama di sana beliau hanya
diajarkan berbagai bentuk anyaman, sedangkan proses membuat produk terinspirasi
dengan sendiri.
Mengubah eceng gondok menjadi barang berharga nyatanya sulit, butuh proses
panjang dan ketelitian. Barang yang asal jadi tanpa kerapian sangat sulit
dilirik oleh pasar, bahkan berhasil pada kesia-siaan. Inilah yang coba
dilakukan Pak Mursalim dalam meningkatkan Quality Control produk yang
mampu bersaing dari tahapan awal hingga akhir.
Dimulai dari mencari eceng gondok berdaun muda yang siap panen, hanya
batang yang diperlukan untuk proses menganyam. Untuk mendapatkan batang eceng
gondok kering butuh waktu menjemur hingga 2 minggu. Setelah dirasa sudah kering dan layak untuk dirajut, saatnya melakukan proses
pemilihan daun eceng gondok terbaik
Daun tersebut akan dirajut
sesuai dengan motifnya oleh pengrajinnya. Setelah berhasil dibentuk menjadi
sebuah produk, dilakukan proses pencucian produk agar keras dan tahan lama.
Setelah proses pencucian selesai, kemudian dilanjutkan proses pengeringan di
bawah terik matahari selama 12 jam.
Tahap akhir adalah proses
perekatan pada setiap ruas ikatan sulaman agar tidak ada yang lepas. Proses
selanjutnya adalah melakukan border pada sejumlah produk seperti tas atau
hiasan lainnya. Bila dianggap siap, produk sudah layak untuk dijual dan
sekaligus dipasok pada pemesan.
Ada belasan ibu-ibu Desa Kubu yang membantu merajut hasil eceng gondok
tersebut menjadi suvenir berharga. Total sudah ada 24 jenis produk yang
dihasilkan semenjak pertama sekali berdiri, bahkan akan ada inovasi lanjutan
yang bisa memberikan warna baru dalam produk. Produknya mulai dari keranjang,
hiasan dinding, sendal, tas, kopiah dengan motif rencong Aceh hingga perabotan
bermotif eceng gondok
Berkembangnya kerajinan tangan eceng gondok
seakan memberikan warna baru. Selain mengembangkan kreativitas berbasis UKM.
Kerajinan ini mampu memberikan keunikan untuk Aceh Barat selaku daerah yang
terkenal melimpah akan eceng gondok. Limpahan tersebut yang dulunya dianggap
gulma, kini disulap menjadi bahan kerajinan bernilai tinggi yang sifat ekspor
ke luar daerah.
Dukungan pemerintah daerah sangat sentral,
sehingga nantinya UKM Eceng Gondok Kreatif Kubu akan lebih dikenal dan menjadi
produk andalan Aceh Barat. Harganya terjangkau dan awet, hampir semua pelanggan
yang pernah membeli merasa puas dengan produk yang kami tawarkan. Jangkauan pasar
yang ditargetkan berupa cendera mata dan aneka kerajinan tangan. Para pelancong
singgah ke Aceh Barat, belum lengkap kalau tidak membawa pulang suvenir khas
eceng gondok.
Tak hanya itu saja, daya tahan produk dan kerapian dari proses menganyam
jauh lebih unggul. Ini seakan membuat pelanggan tidak kecewa, serta beliau menjamin
produk tersebut bisa bertahan lebih lama asalkan dirawat dengan baik. Produk
eceng gondok adalah produk hasil rumahan yang dibuat di rumah beliau. Proses
pemesanan bisa melalui telepon atau datang langsung ke lokasi pembuatan di di
Desa Kubu, Kecamatan Arongan Lambalek.
Mengapa produk UKM Kreatif Kubu dianggap unggul?
UKM Kreatif Kubu tergolong satu dari sekian banyak UKM yang berhasil
bertahan dari ketidakpastian. Awal mulanya memang berat, semuanya berawal dari
kegigihan yang dilakukan dalam memulai bisnis dari nol bahkan tanpa keahlian
bisnis sedikit. Kelebihannya yang beliau punya adalah rutin belajar dan mau
mendengarkan banyak saran.
Proses belajar bukan sebatas di kelas tapi sering berkomunikasi dengan pelatih
yang mengajarkan beliau menganyam dulu. Setelah itu inovasi satu persatu
datang, mulai dari cara membuat produk, merakit sendiri peralatan hingga
kemampuan menjahit berhasil beliau adopsikan.
Sejumlah produk yang dihasilkan UKM Kreatif Kubu |
Semua itu berbuah manis, dahulunya hanya anggota hanya tiga pengrajin aktif.
Jumlah itu bertambah sering berjalannya waktu. Total saat ini sudah ada 24 pengrajin
yang siap membagi waktu untuk proses pembuatan eceng gondok. Mereka bisa
memilih menganyamnya di rumah masing-masing atau secara berkelompok.
Jalan Terjal untuk Mampu Naik Kelas
Semua bisnis ada jalan terjal yang dihadapi dan UKM Kreatif Kubu menghadapi
segudang masalah untuk bisa naik kelas. Perkembangan yang pesat selama 1,5
tahun terakhir dinilai sudah sangat layak, tergambar jelas dari jumlah produksi,
pekerja hingga kepercayaan pemerintah terhadap UKM Kreatif Kubu.
Hanya saja, itu saja tak cukup, segudang masalah harus dipecahkan supaya
bisnis ini terus berjalan dan menghidupkan ekonomi desa. Sebagai seorang
pendamping yang mengurusi segala urusan UKM di daerah, saya paham bentuk
kendala yang sedang dihadapi Pak Mursalim sekaku UKM pemula. Kini beliau mencoba
menapaki level yang lebih tinggi untuk bisa naik kelas. Hanya saja ada sejumlah
masalah dan solusi yang tawarkan, berikut ulasannya:
Modal Memulai Usaha, Pertama sekali memulai usaha, kendala modal terhalangi. Memang eceng gondok
yang didapatkan secara gratis di alam. Tak perlu bayar, hanya saja saat proses mengambil
eceng gondok punya risiko kecelakaan kapan pun itu.
Menjalankan usaha yang belum jelas prospeknya pasti sulit tantangan selalu
saja datang. Mulai dari bahan baku, alat kerja hingga bahan pendukung lainnya. Ini
coba dijalani dengan teguh, belum lagi kebutuhan yang terus meningkat. Anak
beliau yang pertama pun menjalani pendidikan ke Pulau Jawa.
Sudah pasti butuh dana yang sangat besar. Butuh waktu hingga 1,5 tahun
setelah usaha berjalan bantu modal berdatang dari pemerintah daerah dan pemerintah
provinsi. Dulunya mimpi menjadikan sentra usaha kerajinan hanya isapan jempol
semata, kini seakan menjadi kenyataan.
Tidak membayar diri sendiri dalam usahanya, hampir semua UKM menyedekahkan waktunya
bekerja untuk usahanya tanpa membayar dirinya. Ia bahkan rela mencari orang dan
membayar dengan upah yang layak tapi melupakan diri sendiri. UKM yang naik
kelas harus mengukur seberapa layak ia dibayar, berapa jam yang ia habiskan
sehari di tempat usaha hingga bayaran lainnya.
Setelah membagi plot tersebut, tinggal bagaimana bayaran tersebut dialihkan
ke mana. Apakah sebagai simpanan untuk dana darurat usaha atau penambahan modal.
Tergantung UKM melakukannya seperti apa,
Faktor kondisi alam, sangat dibutuhkan sinar matahari yang optimal. Andai saja hujan, proses
pengeringan tidak sempurna. Eceng gondok akan menjadi berwarna kehitam-hitaman
dan tidak layak anyam. Sebagai contoh adalah proses untuk sebuah keranjang
butuh waktu 12 jam hingga benar-benar kering selama hampir 2 minggu.
Apalagi daerah lokasi tinggal beliau punya tingkat curah hujan yang tinggi.
Bila saja terkena air hujan saja, pelepah eceng gondok akan berwarna kehitaman
dan mengurangi nilai elastisitas dan nilai jualnya. Faktor tersebut sangat
dijaga oleh beliau sesuai dengan SOP.
Solusi yang akan dipecahkan adalah dengan membangun rumah kaca sebagai
lokasi penjemuran eceng gondok. Bahannya menggunakan plastik ketebalan yang
setiap tiang penopangnya menggunakan tiang paralon yang disusun rapi dan punya
daya tahan lebih dari 5 tahun pemakaian.
Rumah penjemuran tahan dari berbagai cuaca dengan menggunakan pondasi kokoh.
Pembangunan rumah jemur produksi yang kami harapkan tersebut bisa dengan
optimal melakukan proses penjemuran yang berkelanjutan. Selama ini menjadi
kendala kami dalam pengadaan bahan baku eceng gondok siap anyam.
Terbatasnya pengrajin yang terampil, Terkenalnya nama UKM Kreatif Kubu secara tak
langsung mengharuskan mereka menerima orderan dalam jumlah besar. Hanya ada 10
pekerja aktif yang rutin melakukan proses penganyaman. Sisanya memang ada
banyak ibu-ibu yang tinggal di sana, hanya saja proses rajutan mereka masih
kurang baik dan konsisten.
UKM Kreatif Kubu berencana mempunya 100 pekerja dalam mengisi posisi di
sejumlah pekerjaan pada bisnis eceng gondok tersebut. Terdiri dari pencari eceng gondok, bagian proses
penjemuran, finishing yang melakukan proses penganyaman, tenaga ahli,
Bagian Quality Control hingga pekerja ahli di bidang marketing
(pemasaran).
Proses pencarian pekerja dilakukan dengan tiga cara: rekrutmen, pelatihan
bertahap dalam melihat potensi peserta didik, dan peningkatan kreativitas
masyarakat dalam pengembangan kerajinan. Pekerja kami utamakan dari masyarakat
sekitar Desa Kubu atau Kecamatan Arongan Lambalek dengan tujuan meningkatkan
kreativitas dan ekonomi masyarakat.
Untuk proses rekrutmen kami akan melakukan proses seleksi dan melihat
potensi dari si pengrajin. Tugas yang kami berikan adalah membuat anyaman
dengan pola anyaman kacang dan anyaman kipas. Kami akan menilai dari kerapian,
ketelitian hingga kecepatan dalam proses anyaman. Bila kami nilai memenuhi tiga
persyaratan tersebut, peserta akan kami rekrut.
Tahap kedua adalah dengan melakukan proses
pelatihan bertahap, dalam proses ini juga termasuk tahap melihat potensi anak
didik yang mengikuti kelas menganyam. Kami pun akan melihat tingkat kesabaran,
proses mendengarkan instruksi dan kepekaan peserta didik. Bila layak dan
bersedia bergabung dalam pengrajin Eceng Gondok Kreatif Kubu, kami akan
memberikan kontrak kerja.
Alat pendukung kerja yang optimal, Semakin beragam produk dan inovasi jelas
semakin banyak peralatan pendukung. Membuat sebuah produk berbahan eceng gondok
membutuhkan beragam peralatn pendukung seperti mesin jahit, kompresor, mesin
press, dan mesin pintal. Ditambah lagi bahan pendukung seperti lem hingga bahan
kimia Hidrogen Peroksida dalam proses finishing akhir.
Ada banyak modal yang harus dikeluarkan selama ini dalam pemenuhan
kebutuhan tersebut. Selaku UKM yang ingin Naik Kelas, UKM Kreatif Kubu mencoba
mencari cara saat awal merintis. Alat yang digunakan merupakan hasil olahan dan
meminjam dari tetangga. Kini alat sudah mulai ada berkat bantuan pemerintah supaya
proses produksi tidak terkendala.
Tidak membuat rekening khusus, UKM yang ingin naik kelas harus memperhatikan sejumlah
hal termasuk masalah uang masuk dan keluar. Makin besar usaha, makin besar
volume perputaran uang. Mulai dari membeli bahan baku, membayar pengrajin
hingga biaya lainnya.
Sebelumnya Pak Mursalim mengandalkan sepenuhnya rekening pribadi dan
perusahaan dalam satu buku. Alhasil beliau kesulitan dalam arus pengeluaran
yang bercampur satu sama lain. Hingga akhirnya saya mengusulkan proses
pemisahan rekening secara mandiri sekaligus membuat NPWP khusus UKM. Segala
urusan pribadi tidak lagi bersinggung dengan perusahaan dan ini membuat pemasukan
dan pengeluaran tertata dengan jelas.
Tidak membuat laporan keuangan, Di UKM Kreatif
Kubu yang bertindak sebagai Bendahara adalah istri Pak Mursalim yaitu Ibu Cut
Afni. Segala aktivitas keuangan UKM beliau catat rapi dalam sebuah buku besar.
Iya dalam sebuah buku besar manual yang harus membuat sendiri kolomnya.
Buku tersebut tersimpan rapi di dalam lemari dan yang mengerti dan tahu
mengenai cara membaca buku tersebut adalah Ibu Cut Afni. Saya selaku pendamping
UKM pun merasa bingung setengah mati, belum lagi tulisan huruf dan angka yang
gampang berubah andai saja keliru dalam perhitungan.
Awal mulanya pun saya mengusulkan beliau memindahkan segala laporan
keuangan secara excel supaya nantinya lebih terlihat rapi. Sifatnya yang fleksibel
dan bisa tersimpan di dalam device, siapa saja pun bisa mengaksesnya kapan saja.
Hanya saja selaku UKM yang baru bergerak dan tak punya device seperti laptop
dalam proses pencatatan. Excel baru optimal digunakan dengan laptop
dibandingkan dengan smartphone, ini menyulitkan Ibu Cut Afni. Beliau mengharapkan
ada aplikasi atau software akuntansi khusus yang bisa digunakan secara
fleksibel.
Pekerjaan menganyam dan membantu ibu-ibu membuat tak ada waktu sedikit pun
melakukan itu semua. Malahan saya selaku pendamping yang lebih banyak membantu
beliau dalam proses pengisian laporan keuangan. Selaku UKM yang ingin naik
kelas, proses pengisian laporan keuangan harus dilakukan secara mandiri.
Salah satunya adalah dengan menggunakan software akuntansi yang saya nilai
efisien dan sifatnya fleksibel adalah Accurate Online. Ibu Cut sembari membuka
smartphonenya bisa menginstal aplikasi tersebut dan mengisi laporan keuangan
eceng gondok.
Nah… apa pun jenis usaha tidak masalah karena Accurate bisa menyesuaikan
bisnis. Proses memantaunya pun mudah, asalkan terhubung dengan internet dan
memasukkan sandi, pemilik bisa melihat laporan keuangan usahanya. Tak lagi
mengandalkan device atau buku pencatatan manual yang bisa saja hilang.
Penyimpanan dilakukan secara cloud dan akses multi-user. Siapa yang
nantinya ditunjukan jadi bendahara atau pemilik usaha bisa melihat laporan
keuangan UKM. Tak perlu lagi mencatat yang melelahkan tangan atau membuat
laptop, cukup mainkan jari di atas smartphone. Laporan keuangan dalam sekejap
langsung diproses.
Apa saja sih yang bisa diproses oleh Software Accurate?
Sebagai aplikasi karya anak bangsa, Accurate diciptakan oleh para ahli
ekonomi dan programmer andal. Mereka paham betul mengenai UKM di tanah air, ada
banyak UKM yang langsung mumet saat mendengarkan laporan keuangan.
Momok menakutkan tersebut coba dihilangkan jadi lebih praktis melalui Accurate
Online. Ada sejumlah hal yang bisa diselesaikan dari laba rugi dan neraca, arus
kas dan buku besar, historis bank dan penjualan hingga pembelian dan lebih
laporan detail lainnya.
UKM Kreatif Kubu yang paling menyulitkan adalah proses menghitung
keuntungan dari 24 item produk. Semua itu bisa dilakukan dalam sekejap, Pak
Mursalim selaku owner tak perlu pusing lagi. Beliau langsung tahu keuntungan
yang didapatkan dari setiap pemesanan produk.
UKM Kreatif Kubu Mewujudkan Mimpi Naik Kelas
Tepat tanggal 25 November 2019 jadi hari yang penuh emosional, jadi sebuah
kebanggaan di Hari UKM Aceh. Ada nama UKM Kreatif Kubu yang termasuk dalam 100
UKM naik kelas yang digagas oleh Dinas Koperasi dan UKM Aceh.
Segala kualifikasi dari produk, pekerja hingga pemasukan, dinas menganggap
UKM Kreatif Kubu layak naik kelas dan bahkan menginspirasi kelompok lainnya.
Gelontoran bantuan berdatangan dari apa yang sudah dibangun.
Pak Mursalim pun sudah mempersiapkan dengan matang dalam urusan keuangan di
hari kelak. Anak pertamanya di sekolah jauh ke Jakarta bermodal keuntungan
eceng gondok. Jurusan yang diambil adalah perencanaan ekonomi. Tak sebatas
mengangkat derajat usaha, beliau juga mengangkat derajat anaknya mampu sekolah
tinggi dalam mengubah ekonomi keluarga.
Saya pun yang bertugas sebagai pendamping gembira bukan kepalang. Sudah
membinanya selama hampir 10 bulan, waktu yang panjang dan semua berbuah manis atas
binaan yang mampu naik kelas. Beberapa kekurangan coba dibenahi dan beberapa
tahun ke depan akan lahir sentra usaha eceng gondok. Menghapus kemiskinan dan
kesenjangan ekonomi di Desa dan Kecamatan tersebut.
Masyarakat yang dulunya hanya para penangkap ikan di sungai beralih menjadi
pengusaha eceng gondok. Begitu manis tebaran gulma eceng gondok yang dulunya
dianggap petaka, kini bak tebaran uang. Maju terus UKM.
Semoga tulisan ini menginspirasi Anda dan Have a Nice Day. Tulisan ini diikutsertakan pada lomba Accurate Bisnismu #KapanNaikKelas
0 komentar:
Post a Comment