Menonton kartun Spongebob Squarepant yang jenaka sering
saya lakukan sebelum berangkat kerja. Sembari membuat pagi hari menjadi
menyenangkan dengan tontonan kartun yang makin hari makin sedikit. Satu hal
yang menarik, ada banyak tokoh yang menarik bagi saya karena tingkah lakunya
yang jenaka. Tokoh yang unik dan menarik perhatian adalah Plankton dan istri
robotnya bernama Karen.
Sebagai catatan, Karen punya ukuran RAM fantastis yaitu 256 GB, saat ini komputer
paling canggih baru mempunya ram 64 GB. Meskipun memiliki bentuk yang jadul dan
kotak, Karen dianggap sebagai robot super karena kemampuan berkomunikasi,
melakukan kalkulasi, analisa masalah, dan perencanaan dalam merampok Credit
Patty di Krusty Krab. Meskipun ada sebagian idenya gagal karena kecerobohan dan
sikap gampang puas plankton.
Mungkin itu hanya khayalan kartun di pagi hari yang
menghibur. Nyatanya teknologi tersebut sudah berhasil digapai di dunia nyata
melalui sebuah robot bernama Sophia. Menggunakan teknologi kecerdasan buatan
(AI) lemah dalam menganalisis setiap kebutuhan manusia. Bahkan setiap
percakapan manusia berhasil dicerna dan dibalas dengan cepat.
Kehadiran
Sophia dinilai jadi sebuah revolusi baru dalam hal perkembangan AI Robot.
Sekaligus menepis anggapan bahwa robot dianggap sebagai sebuah benda buatan
manusia yang mengancam koloni manusia di masa depan. Ada satu yang diusung pada
robot pintar karena sudah ditanamkan AI di dalam program sehingga mampu berpikir
secara mandiri dan bahkan memecahkan masalah yang dianggap rumit oleh manusia.
Bila dulunya robot hanya berupa program komputer yang
mampu menganalisa dan mengambil keputusan cepat. Kini manusia mencoba
mengadopsikannya pada bentuk robot. Artinya ada daya gerak layaknya manusia
sekaligus memudahkan kinerja manusia. Robot AI ibarat gabungan chat bot dengan
robot biasa yang punya kendali penuh terhadap dirinya sendiri, begitu kurang
lebih gambarannya.
Kekurangannya mungkin pada kemampuan bicaranya yang masih
sangat mengandalkan script yang sudah dituliskan (clue card). Sehingga
robot seperti Sophia tidak bisa menjawab atau berpikir secara out of the
box. Bagi saya ini sangat wajar karena masih dalam tahap proses AI Vision,
saat ia punya kemampuan AI kuat akan mampu memberikan perubahan. Sophia bak
batu loncatan bahwa AI robot akan terus berkembang di masa depan.
Robot
Sophia dan Proses
Pengembangannya
Sekilas mengenai ide pembuatan AI Vision datang dari
salah satu divisi robotika yang berada di Hong Kong yaitu Hanson Robotics.
Riset panjang yang mereka lakukan berbuat manis dengan aktifnya Sophia sebagai
robot humanoid sosial pertama pada 14 Februari 2016.
Nama Sophia sendiri berasal dari Bahasa Yunani yang
berarti kebijaksanaan. Kemudian bentuk wajahnya yang digunakan pun menyerupai
salah seorang aktris kenamaan inggris di era 60-an yaitu Audrey Hepburn. Meskipun
saya menilai pada bagian pipi Sophia lebih sedikit tirus dibandingkan Audrey.
Mengapa
Audrey yang terpilih?
Hanya
pihak Hanson Robotics yang tahu jawaban tersebut. Tapi menurut saya karena
semasa hidup Audrey cukup banyak terlihat sebagai pekerja sosial. Perannya yang
humanis tersebut seakan cocok dengan karakter robot humanoid. Serta ia pun
wajah yang ramah dan terlihat awet muda.
Ada satu yang unik yaitu sengaja didesain tidak punya
rambut supaya publik bisa melihat sirkuit komponen yang ada di kepalanya. Di
situ segala proses pengolahan data dan informasi dilakukan dengan sangat cepat.
Bila Karen istri plankton kepalanya menyerupai monitor
dan sangat tidak futuristik. Sophia dibuat sedemikian menjadi robot modern dari
wujudnya, Tapi tetap pada sentuhan robot sebagai ciri khas yang Hanson Robotics
tonjolkan.
Selaku AI vision, Sophia menggunakan AI dalam memproses
data visual dan pengenalan wajah lawan biacaranya. Karena masih sangat
sederhana setiap gerakannya dan ekspresi wajahnya tidak terlalu banyak. Pada
proses percakapannya masih menggunakan clue yang sudah terdata di dalam
databasenya. Umumnya pertanyaan yang sudah ia tahu, ibarat Google translate
atau chatbot dalam wujud robot.
Apalagi proses pengenalan dan penerapan teks tulisan
menjadi teks suara dikembangkan oleh Alphabet inc selaku induk dari perusahaan
Google. Bahkan Alphabet yang saat diduduki oleh Sundar Pichai selaku CEO
Google. Sejak dulu sangat getol dalam melakukan pengembangan AI Vision lebih
mendalam. Saya menganggap Sophia masih tergolong pengembangan dengan AI vision
rendah yang ia gunakan.
Serta ada kemampuan dari text-to-speech cereproc,
hal ini yang memungkinkan Sophia bernyanyi atau menirukan suara-suara unik.
Jadi ia menjadi hiburan tersendiri bagi anak-anak, orang tua atau para penanya
yang ingin tahu lebih banyak mengenai AI Vision.
Hanson Robotic tak hanya menciptakan Sophia saja tapi ada
sepuluh saudaranya dengan nama unik lainnya. Karakter yang digunakan beragam
sesuai dengan kebutuhan AI Vision yang akan berkembang di masa depan.
Saudaranya di antaranya, Alice, Albert Einstein Hub, BINA48, Han, Jules, Joey
Chaos, Profesor Einstein, Philip K, Dick Android, dan Zeno.
Bagaimana
Mekanisme Kerja AI Vision
Bagi sebagian orang, robot adalah sosok yang menakutkan.
Itu digambarkan begitu jelas dalam film Terminator. Di masa depan robot ibarat
mutan atau koloni baru yang siap menginvasi manusia. Sifatnya yang beringas dan
kehilangan kontrol dari manusia membuatnya menguasai manusia serta memusnahkan
manusia.
Tapi jangan salah, film genre science fiction Hollywood
terlalu paranoid dan berlebihan dalam mengisahkan robot. Malahan robot bertolak
belakang dengan Film Manga Jepang yang menganggap robot cukup banyak membantu
manusia. Seperti jadi teman manusia dan bahkan membantu manusia memecahkan
solusi dunia secara bersama.
Nah.. sistem kerja yang dianut oleh Sophia adalah
mengombinasikan antara kamera (sensor) di dalam robot dengan algoritma komputer.
Lalu juga gerak kinetik dari pergelangan tangannya dan kakinya. Artinya ia
menjadi robot mobile ke mana pun ia mau. Lalu juga dengan mimik wajah
dan kontak mata terhadap target (lawan bicara) tetap dipertahankan sebagai
fokus utamanya.
Pengembangan yang dilakukan oleh Hanson Robots terhadap
Sophia dianggap revolusioner. Ia merupakan gabungan dan penyempurnaan sejumlah
robot terdahulu. Sistem AI Vision pada Sophia terhubung secara langsung dengan
namanya Synthetic Organism Unifying Language atau disingkat (SOUL).
Konsep SOUL digunakan dalam memproses data dengan cepat,
pengambilan keputusan dan pemilihan kata dari respons objek. Alhasil jadi lebih
cepat dan jawaban yang diberikan lebih akurat serta minim kesalahan. Meskipun
masih sangat terbatas, tetapi dengan pengembangan secara berkelanjutan, AI
Vision akan semakin pintar. Misalnya dari jawaban, mimik wajah hingga humor
yang ia mainkan. Ini membuat manusia main tertarik serta menghapus anggapan
robot jahat seperti di film science-fiction.
Siapa
yang paling membutuhkan Sophia?
Dianggap
mempresentasikan masa depan, bagi si pembuatnya yaitu David Hanson menilai
bahwa AI Vision seperti Sophia sangat cocok di sejumlah bidang. Beberapa bidang
fokus yang nantinya akan banyak bersinggungan dengan robot. Mulai dari bidang
kesehatan, layanan pelanggan, terapi, hingga pendidikan.
Sophia mampu menjawab pertanyaan pemuas yang selama ini
sulit dijawab oleh orang tua sang anak. Itu hanya sebagian kecil dan bahkan
dianggap sebagai pengingat manusia kala lupa atau keliru mengambil keputusan.
Bahkan di masa depan ada banyak penelitian dan kerja sama yang menghubungkan
manusia dengan robot. Sehingga mampu mempercepat prosesnya jadi lebih mudah dan
produktif.
Sebagai contoh sederhana yaitu dalam menulis novel atau karya lainnya, yang paling lama adalah proses
riset atau pengumpulan data. Adanya AI seakan membuat penulis bisa
berkolaborasi dengan bahan yang ia inginkan. Ia tak akan kesulitan harus
mencari banyak referensi yang memakan waktu karena semua sudah serba cepat.
Pada guru besar kampus atau bahkan penulis dengan mudah tahu bahan apa yang
harus ia masukkan di dalam karyanya. Cukup dengan menentukan ide, alur, dan
bahan pelengkap. Semua jadi serba gampang. Tinggal AI yang mengolahnya
jadi sedemikian rupa sesuai keinginannya. Manusia hanya bertugas mengedit hasil
karya yang sudah dibuat oleh AI.
Artinya robot sangat berguna untuk siapa saja dan bidang apa pun yang
digeluti. Manusia jadi lebih produktif dan bahkan menghasilkan sebuah
kolaborasi sempurna. Selama ini manusia harus bekerja seorang diri dengan benda
(gadgetnya). Adanya robot membuatnya bisa bekerja sama dalam memecahkan masalah
dan solusi. So…, kalian tertarik tidak punya robot?
Peluang dan Bisnis Besar Robot di masa depan
Sejumlah investor mulai tertarik dalam mengembangkan
proyek ini jauh lebih besar. Peran robot sangat besar dan apa yang dilakukan Hanson
Robotics dianggap sebagai perusahaan pengembang robot masa depan. Salah satunya
adalah ketertarikan Softbank dalam mengucurkan dana berlimpah dan memasarkan
lebih banyak robot di seluruh dunia.
Bagi yang belum tahu siapa SoftBank, ia merupakan sebuah
Bank dan pengembang yang cukup banyak menginvestasikan uangnya ke sejumlah pengembang dan
startup dunia. Kucuran dana berlimpah tersebut dinilai tinggal menunggu waktu
saja, ada banyak robot seperti Sophia yang siap menggantikan kerja manusia.
Jumlahnya meningkat tajam di masa depan dan dianggap
menjadi sama banyaknya seperti kini memiliki gadget seperti saat ini. Kini
tinggal bagaimana cara mengedukasi robot bisa berinteraksi dan bersahabat
dengan manusia.
Di negara maju, respons dari perkembangan robot cukup
positif, mereka sadar akan perannya. Bertolak belakang dengan negara berkembang
yang masih menganggap robot adalah ancaman pekerjaan dan nyawa mereka di masa
depan.
Pengembangan hanya perlu mengedukasikan robot, karena ia
punya beragam peran yang sulit manusia lakukan. Bila promosinya berhasil,
otomatis bisnis robot akan laris manis. Apalagi negara berkembang terkenal
dengan jumlah penduduk yang besar. Robot bak bisnis menjanjikan dan Sophia
adalah representasi robot cerdas masa depan yang dibutuhkan manusia.
Mengelola Robot dalam Menata Masa Depan
Di masa depan sejumlah pekerjaan yang mudah, berulang dan
punya tingkat bahaya tinggi akan tergantikan oleh teknologi. Salah satunya
robot, karena manusia harus tampil unik dan berbeda agar bisa bersaing. Kemampuan
seperti itu tidak akan mampu dilakukan oleh teknologi bahkan dengan kecerdasan
kuat sekali pun. Sedangkan Sophia yang tergolong lemah saja sudah terlebih
dahulu mengatakan bahwa ia diciptakan bukan untuk bersaing dengan manusia.
Akan ada banyak robot di masa depan, salah satunya adalah
dengan menerapkan sejumlah peraturan ketat mengenai AI Vision. Salah satunya
adalah kemampuan self awareness (kesadaran diri), karena ditakutkan
robot akan menganggap manusia sebagai makhluk lemah. Salah satu antisipasi
dalam perkembangan AI Vision adalah dengan menanamkan gold rules dalam
sistem robot. Sehingga manusia tetap menjadi tuannya andai AI Vision terus
berkembang.
Misalnya AI Vision tidak digunakan dalam kegiatan perang
atau senjata pemusnah massal. Ini dinilai akan menimbulkan banyak korban jiwa
dari manusia. Serta mengontrol perkembangan AI Vision karena di masa depan
dengan kemampuan Deep Learning, robot bisa mampu bersaing dengan manusia.
Sekaligus mengurangi kecemburuan manusia terhadap robot, tapi dengan adanya
robot makin banyak kedamaian dan cinta di muka bumi.
Semoga
postingan ini menginspirasi dan akhir kata, Have a Nice Day.
0 komentar:
Post a Comment