Menjaga kedaulatan negara jadi tugas utama TNI
sebagai garda terdepan republik ini. Kedaulatan tak hanya di daratan dan laut saja, ruang udara
jadi wilayah yang dikontrol penuh. Tanggung jawabnya begitu besar, mengingat
luas Indonesia yang mencapai ±1,9 juta km2
lebih dari 17 ribu pulau, 5 juta km2 ruang udara dan berbatasan
dengan 10 negara lainnya baik darat dan laut.
Memang TNI tidak diragukan kemampuannya, menduduki
peringkat 16 dari 137 negara menurut Global Fire Power. Kekuatan pasukan
tempur saja tidak cukup karena ada banyak tantangan di era modern saat ini. ada
banyak ancaman tak terduga yang datang, mulai dari penyelundupan, pencurian,
hingga pencaplokan wilayah. Butuh armada dan alutsista mumpuni dalam menjaga
itu semua.
Selama ini Indonesia masih cukup banyak
mengandalkan alutsista dari berbagai negara. Kini kebijakan sedikit diubah
dengan sangat getol dalam melakukan modernisasi alutsista dan juga
memproduksinya secara mandiri. Ada sejumlah alasan harus dilakukan, mulai
embargo asing hingga kemandirian dalam pemenuhan dasar pertahanan RI.
Ketergantungan dari bangsa lain sangat tidak baik khususnya dalam pemenuhan
sistem keamanan negara.
Pengalaman pahit ini coba dilakukan dengan
cara proses pengembangan dan produksi industri pertahanan secara mandiri. Memang
awalnya Mendirikan industri pertahanan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Namun ada dampak besar yang akan didapatkan setelahnya. Salah satunya dalam
pemenuhan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) di dalam Alutsista.
Model yang digunakan adalah dengan kerja sama
dengan negara lain dalam transfer teknologi dan pengetahuan. Tujuannya adalah
mengadopsi kemampuan dalam bisnis alutsista RI. Semua itu seakan terbayar
dengan majunya sejumlah perusahaan lokal dalam pemenuhan alutsista khususnya
persenjataan, panser, hingga kapal.
Masa depan Alutsista Indonesia sebagai benteng
pertahanan
Peran Alutsista sangat krusial khususnya
sebagai benteng pertahanan bangsa sekaligus kebutuhan wajib buat TNI. Ada
sejumlah target yang dicanangkan khususnya pemenuhan Minimum Essential Force
(MEF) untuk alutsista nasional. Saat ini angkanya masih di bawah 75%, tapi
beberapa tahun ke depan sudah mencapai 100%.
Tujuan utama MEF ialah melakukan proses
modernisasi alutsista yang terbagi pada tiga komponen postur seperti: kekuatan,
gelar (persebaran penempatan), dan kemampuan pengembangan prajurit. MEF tak
hanya modernisasi bidang teknologi saja tapi juga bidang industri pertahanan.
Peran Komite Kebijakan Industri Pertahanan(KKIP) sangat diperlukan dalam melanjutkan pertumbuhan industri pertahanan. Sesuai
dengan visi dan misi dari presiden dan Kementrian Pertahanan RI, KKIP membantu
menargetkan MEF pada sejumlah industri pertahanan lokal seperti PT Pindad, PT
Dirgantara Indonesia, dan PT PAL. KKIP mengacu pada Undang-undang No. 16 tahun
2012 dan peraturan perundang-undangan terkait cita-cita memiliki industri pertahanan
yang maju, kuat, mandiri, dan berdaya saing.
Riset juga melihat sejumlah lembaga penelitian
litbang dalam hal transfer ilmu pengetahuan dan teknologi pada program
nasional. Khususnya mempersiapkan sistem
pertahanan yang bersaing di masa depan Terakhir tentunya melanjutkan sejumlah
kerja sama dalam pengembangan alutsista dari radar hingga pengembangan pesawat
jet semi siluman KFX/IFX.
Membangun pertahanan jadi tugas wajib karena
saat ini alutsista TNI sudah mulai termakan zaman. Ada banyak ancaman yang
datang saat ini atau masa depan. Kasus Laut Natuna, pesawat atau kapal asing
masuk ke wilayah teritorial Indonesia, hingga tindakan separatis butuh
alutsista canggih. Mulai dari mengamankan hingga meredam khususnya yang
sifatnya mengganggu kedaulatan RI.
Tak berhenti di situ saja, ada gangguan
lainnya yang sifatnya mendukung, seperti aksi kemanusiaan. Apalagi sejumlah
peralatan keamanan sering digunakan dalam proses evakuasi dan distribusi pasca
bencana alam. Bahkan penyelundupan barang terlarang bisa digagalkan dengan
alutsista canggih khususnya di daerah perbatasan. Di masa depan makin
berkembang lagi, penanggalan cyber attack dibutuhkan peralatan canggih
dan SDM unggul di bidang tersebut. Butuh revolusi dan tindakan cepat dalam
menanganinya.
Potensi besar Industri Pertahanan Lokal yang berdaya saing
Kemajuan yang paling signifikan dari perusahaan pertahanan lokal adalah proses
pengembangan drone MALE, artileri, dan Sentry Gun berbasis Unmanned
Ground Combat Vehicle (UGCV). Proses pengembangan sedang dilakukan dan
bahkan punya keunggulan bersaing terhadap adaptasi teknologi di masa depan.
Tak hanya itu saja, ada realisasi lain yang
sedang dipersiapkan dan digarap dalam ketahanan persenjataan milik TNI. Mulai
dari menciptakan senjata laser, sistem senjata jarak jauh, sistem pertahanan optronic
terpadu, Gyrocopter, dan tentu saja Flapping Bird. Total ada lebih dari tujuh perusahaan pertahanan nasional yang mampu menghasilkan produk alutsista berkualitas dan bersaing di level internasional. Berikut sejumlah perusahaan dan produk andalannya:
Produk yang sudah dipamerkan ialah Purwarupa Drone
MALE (Medium Altitude Long Endurance) yang mampu melakukan sejumlah misi
rahasia berbasis ISR (Inteligence, Surveilance, and Reconnaisance). Konsepnya
tanpa awak yang sudah dikembangkan sejak tahun 2015 melalui konsorsium
Kementrian Pertahanan, TNI-AU, BPPT, LAPAN, ITB, PTDI, dan PT Len Persero.
Pada proses pengembangan Drone, ada sejumlah
teknologi yang diadaptasinya. Misalnya saja teknologi Flight Control System,
kemampuan Auto Take-off, serta Auto Landing. Mission System, multi
rotor Weapon-Platform Integration, dan Radar SAR. Kemampuan lainnya
yang dibutuhkan dari Drone MALE adalah dalam menjalankan Inertial Navigation
System (INS), Electro-Optics Targeting System (EOTS), dan tentu saja
pada Guidance System.
Kemampuan yang dimiliki dari Drone Black Eagle
tersebut mampu beroperasi selama 30 jam dengan ketinggian hingga 23 ribu kaki.
Jangkauan dan jelajahnya hingga 5000 km, punya suara yang senyap dan cocok
sebagai fungsi keamanan di ruang udara RI. Kemampuannya tak kalah bersaing
dengan Drone pemantau terkemuka milik negara lain.
Lalu sedang giatnya dilakukan proses pengembangan
artileri jarak menengah yaitu melalui program pengembangan Rudal Petir V-101. Artileri
ini dipersiapkan untuk proses peluncuran baik di darat atau pun di dalam laut
(menggunakan kapal selam). Tujuannya adalah untuk menyerang objek sasaran baik
yang ada di daratan atau pun di pesisir musuh.
Petir V-101 punya panjang 185 cm, rentang sayap
155 cm, berat 20 kg serta mampu mengangkut hulu ledak hingga 10 kg. Kemampuan yang
dimiliki ialah berkecepatan 350 km/jam dengan jangkauan 80 km tanpa terdeteksi oleh
radar musuh meskipun terbang rendah dari permukaan.
Terakhir tentu saja Sentry Gun yang sedang
dikembangkan, menggunakan kendaraan darat tanpa awak yang menyerupai Tank dan
bekerja secara robotik. Penerapan Sentry Gun adalah Unmanned Ground Combat
Vehicle (UGCV) khusus pada misi pengintaian, pengawasan, dan pengarahan
pada pasukan. Serta ia punya kemampuan batas mana prajurit aman dari tembakan
musuh. Berikut spesifikasinya:
Membangun industri pertahanan dengan bekerja
sama
Ada sejumlah kelemahan yang dimiliki oleh
militer Indonesia yang harus dibenahi. Luasnya wilayah nusantara menyulitkan
proses penjagaan kedaulatan ditambah banyak alutsista yang mulai termakan usia
dan ketinggalan zaman.
Pengadaan alutsista juga menyesuaikan corak
peperangan di masa depan yang sulit diprediksi dan menjadikan RI sebagai negara
kuat yang disegani di Asia Pasifik. Melalui Menteri pertahanan saat ini,
Prabowo Subianto, pengadaan alutsista orientasinya ialah strategic
partnership, khususnya dalam kemandirian dan daya saing menghasilkan
alutsista buatan karya anak negeri.
Paling penting dan sifatnya urgen adalah
proses pengembangan radar militer. Selama ini kita sering kecolongan khususnya
di ruang udara dan laut. Mulai dari aksi penyelundupan, pencurian ikan hingga
sengketa wilayah. Adanya batas wilayah yang jelas serta radar yang mumpuni akan
sangat membantu kinerja TNI sebagai garda terdepan RI.
Untuk saat ini saja baru ada 19 unit radar
yang beroperasi di Indonesia, jauh dibandingkan dengan 1.000 unit yang telah
dilakukan riset oleh Kemenristek Dikti. Ada banyak yang tak terpantau sehingga
pelanggaran di perbatasan sering terjadi. Tak jarang sering merugikan negara
kita karena aksi kriminal sejumlah kapal nelayan masuk ke wilayah kita, mulai
dari mencuri ikan hingga beragam aksi penyelundupan.
Salah satu caranya adalah pengembangan radar
militer, pemerintah melalui PT Len Industri (Persero Bersama dengan Leonardo
S.p.A asal Italia melakukan kerja sama kontrak dalam pengembangan dan pengadaan
radar pertahanan level medium RAT 31 DL/M. Khususnya untuk memperkuat sistem
pertahanan ruang udara di wilayah NKRI.
Pada PT Len akan mengadakan suplai khususnya
komponen lokal dalam pemenuhan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN),
menyiapkan infrastrukturnya dan tentu saja melakukan pelatihan bertahap.
Nantinya akan ada kerja sama produksi
radar serta proses pemeliharaan akan diambil penuh oleh PT Len.
Kerja sama tersebut menguntungkan di masa
depan, sebagai transfer pengetahuan dan teknologi pada sistem radar. Saat ini
PT Len sudah memiliki radar sendiri untuk level 2D, tinggal proses pengembangan
radar 3D saja. Kerja sama dengan Leonardo S.p.A akan mampu membuat RI kuat
dalam menjangkau wilayahnya dari para penyusup di tapal batas negeri.
Selama ini Indonesia masih mengandalkan
pesawat tempur milik USA dan Rusia. Tak mungkin selamanya mengandalkan
Alutsista buatan dua negara adikuasa tersebut, salah satunya menghidupkan
kembali kerja sama pengembangan pesawat tempur generasi 4++ dengan pemerintah
Korea Selatan.
Pengembangan pesawat tempur yang sempat mandek
kini sudah mulai ada lampu hijau dalam proses pengembangan lanjutan. Melalui
penandatanganan cost share agreement dengan pemerintah Korsel senilai Rp
18 triliun. Pengembangan diawali dengan mengidentifikasi kebutuhan setiap
negara, pada perjanjian andai proyek ini selesai. Ada 168 pesawat tempur dengan
pembagian sebanyak 120 untuk Korsel dan 48 untuk pemerintah RI.
Tahapan selanjutnya adalah dengan
mengembangkan purwarupa, tahap EMD (Engineering Manufacturing Development) dan
sertifikasi. Terakhir adalah tahap produksi massal, selama ini sempat
terkendala dan di tahun 2021 purwarupanya akan diperkenalkan pada publik.
Kemampuan dari Jet tempur KFX/IFX generasi 4++
tersebut tergolong pesawat semi-siluman. Ia punya kemampuan khusus dalam
merusak sistem elektronik musuh (Jammer Eletronic) dan sistem radar yang
mampu mendeteksi musuh dari berbagai penjuru.
Buah Manis Alutsista Lokal yang Memikat Bangsa
Lain
Selama ini kita sering mengabaikan bahkan
sejumlah perusahaan pembuatan produk pertahanan Indonesia cukup dikenal di luar
negeri. Produk yang dihasilkan bahkan sudah diekspor di sejumlah negara di
belahan dunia, kemampuan anak bangsa tak kalah bagusnya. Berikut sejumlah
produk dan negara yang sudah menggunakannya sebagai alutsista andalan mereka,
cekidot:
Chile yang telah mengekspor Smoke Warhead, punya kemampuan yang mampu menyaingi buatan USA dan Rusia. Smoke
Warhead merupakan alutsista yang menyerupai roket berdiameter 70 mm, mampu
mengirimkan lokasi jatuhnya dengan mengeluarkan asap selama dua menit saat
menyentuh media keras seperti di tanah. Smoke Warhead sangat cocok dipasangkan
pada sejumlah pesawat tempur latih Super Tucano dan merupakan buatan PT Sari
Bahari dari Malang, Jawa Timur.
Korea Selatan, Vietnam, Filipina dan Senegal
mengekspor Pesawat CN 235-MPA, merupakan sebuah pesawat jenis Maritime
Patrol Aircraft (MPA) yang dikhususkan untuk patroli laut. Khususnya di
perairan yang berbatasan dengan negara tetangga. Buatan PT. Dirgantara
Indonesia tersebut punya keahlian dalam sistem navigasi dan komunikasi, sangat
cocok dalam menjaga bibir pantai yang sering jadi lokasi penyelundupan dan
pelanggaran tapal batas.
Timor Leste mengekspor Fast Patrol Boat, Sebagai perusahaan yang menghasilkan armada maritim unggulan, PT PAL mampu
menghasilkan kapal patroli cepat khususnya dalam melakukan aksi serbu melalui (Fast
Patrol Boat). Ini membuat negara tetangga kita Timor Leste kepincut dengan
buatan Indonesia, khususnya dalam melindungi wilayah teritorial mereka.
Kelebihan yang dimiliki oleh Fast Patrol
Boat adalah menggunakan bahan ringan tapi kuat yaitu aluminium, mampu
menahan gelombang besar tapi cepat dalam melakukan manuver. Kecepatannya bisa dipacu
sampai 30 Knot. Sudah dilengkapi dengan dua baling-baling dan Radar NavNet yang
mampu mengintegrasikan data-data pada sistem navigasi dan komunikasi pada peta
elektronik serta radar.
Ekspor Landing Platform Dock buatan PT
PAL ke Filipina, selaku perusahaan yang mengembangkan produk
maritim andal, PT PAL punya jam terbang dalam menghasilkan produk terbaik.
Salah satunya jenis Landing Platform Dock (LPD) yang diminati oleh
Filipina. Total ada dua unit yang dibeli dengan harga total mencapai US$ 86
juta dan dinamai dengan BRP Tarlac dan BRP Davao del Sur.
Selain digunakan sebagai armada militer, kapal
militer jenis LPD tersebut bisa digunakan untuk aksi kemanusiaan atau bencana
yang terjadi di laut. Kemampuan full load speed hingga 20 knots dan
tahan berlayar hingga 30 hari non-stop dengan kecepatan rata-rata 12 knots.
Minat ekspor sejumlah negara dengan Tank Boat
Antasena, Salah satu alutsista yang dikembangkan oleh
PT Lundin dalam membuat karakteristik dari tank dan boat yang lincah melakukan
operasi. Indonesia terkenal dengan banyak pantai, rawa, dan sungai besar. Tank
Boat Antasena sangat cocok dalam operasi di perairan dangkal dan punya
kemampuan melakukan patroli melawan perompak hingga sarana pasukan dan
pengiriman bahan logistik.
Punya dimensi yaitu 18 meter dengan lebar 6,6
meter dan mampu menampung 20 pasukan dan empat ABK. Mengandalkan daya mesin
hingga 1.400 hp yang mampu melaju hingga 40 knot dan jangkauan hingga 2.000
mil. Sejumlah negara seperti UEA dan Mesir sudah memesan Tank Boat Antasena
sebagai armada dalam memperkuat perairannya.
Singapura hingga USA minati peluru buatan
Pindad, nama besar dan reputasi yang dimiliki PT
Pindad membuat mereka punya klien dari seluruh dunia. Salah satunya peluru
berkaliber 5,56 mm, 7,62 mm, dan 9 mm yang tak hanya untuk kebutuhan TNI-Polri
tapi diekspor ke mancanegara. Negara Seperti Singapura, Filipina, Bangladesh
hingga USA kepincut dengan produk tersebut.
Salah satu keandalannya dari presisi dengan
target serta cocok dengan sejumlah jenis senjata. Peluru Pindad pun sudah
melewati uji kelayakan badan internasional yaitu dengan adanya sertifikat ISO
9001 dari SGS Yearsly-International Certification Service Ltd di Inggris.
Malaysia dan Oman, peminat Panser Anoa, Tak hanya peluru saja, produk Pindad yang cukup terkenal adalah Panser
Anoa selaku alutsista unggulan. Beragam tipe sudah laris manis dalam satu
dekade terakhir. Negara pemesanan datang dari kerajaan Oman hingga Malaysia.
Keunggulan Panser Anoa yaitu punya harga
terjangkau tapi kualitas mumpuni. Sudah melewati standar yang ditetapkan NATO
yaitu level III, khususnya ketahanan dari serangan dan pertempuran. Bahkan ada
sebanyak 350 unit Panser yang digunakan oleh PBB adalah Panser Anoa buatan
Pindad. Terbaru ialah Panser Anoa dengan mengusung Kanon kaliber 20 mm dan
berjenis IFV (Infantry Fighting Vehicle).
Terakhir yang diminati punya Pindad adalah
senapan yang mampu melakukan serangan hingga ke pos musuh. Senapan tersebut
dipesan dari Singapura hingga Afrika. Jenis senjata mulai dari senjata serbu
(SS1-Series), Senapan sniper, (SPR-1), Pistol (P-1 dan P-2, Revolver, senapan Sabhara
(untuk polisi), senapan penjaga hutan, dan pistol Magnum. Lalu ada juga seperti
peluncur granat dan pelindung tubuh dari serangan atau tembakan dari musuh.
Karena kelengkapan produk yang dimiliki oleh
Pindad, ada banyak dari militer, kepolisian hingga jaringan khusus berburu
yaitu Cabelas’s meminati produk Pindad. Negara ASEAN, Afrika hingga USA jadi
pelanggan setia produk buatan Pindad tersebut.
Segala pemenuhan kebutuhan industri pertahanan
nasional kini sedang dirintis secara serius dan profesional. Dukungan penuh
pemerintah seakan membuat industri pertahanan RI terus maju, bukan hanya bisa
memperkuat armada pendukung TNI tapi juga menarik minat sejumlah negara
menggunakannya.
Tinggal saja transfer teknologi dan
pengetahuan dalam pengembangan industri pertahanan berbasis masa depan. Saat
ini sudah banyak yang dikembangkan dan sebagian besar sudah dalam bentuk
purwarupa. Tinggal proses produksi massal dan jadi jajaran alutsista kebanggaan
RI.
Semoga postingan ini memberikan edukasi dan pencerahan mengenai alutsista
buatan anak negeri. Have a Nice Days.
0 komentar:
Post a Comment