Membangun bangsa yang tangguh tak selamanya
selalu berhubungan dengan infrastruktur fisik saja. Pergeseran di era saat ini
begitu kentara khususnya pada perkembangan yang sifatnya non-fisik. Khususnya
di era digital, peran yang paling dalam kemajuan bangsa sangat eranya dengan
internet.
Semua transaksi sudah beralih ke arah digital
tanpa terkecuali, inilah mendorong lahirnya anggapan: Semakin cepat akses
internet, berbanding lurus dengan kemajuan sebuah bangsa. Memang ini
menjadi sebuah tantangan tersendiri yang harus dihadapi. Selama ini Indonesia dicap
punya kualitas internet yang cukup buruk, khusus perbandingan antara di
perkotaan pun punya jurang yang sangat jauh.
Ada gap besar yang selama ini merentang karena
internet telah jadi sebuah keharusan semua pihak. Segala akses dan sudah
terkoneksi dengan internet, telat berarti kehilangan begitu banyak kesempatan. Ini
yang coba dibangun pemerintah dalam menyatukan Indonesia dalam wujud internet.
Memang tak salah akses jalan, jembatan,
pelabuhan, dan bandara tak kalah penting. Tak itu akan percuma terisolasi dari
dunia luar. Internet seakan mampu melihat dunia dari sudut mana pun, tak perlu
menempuh ribuan kilometer dengan berkendara, mengarungi samudra atau terbang
menggunakan burung besi.
Lalu muncul pertanyaan, mengapa internet di Indonesia kalah jauh dengan
negara di Asia Tenggara?
Alasan pertama karena luas area yang harus
dicakup, Indonesia punya daerah yang luas dengan tantangan dan cakup begitu
kompleks. Letak geografis dan bentang alam khas kepulauan seakan menjadi
tantangan yang tak sebanyak negara tetangga.
Itu belum lagi dengan biaya super mahal yang
harus siapkan, membangun infrastruktur teknologi butuh budget sangat besar. Ada
banyak anggaran yang harus dipersiapkan dan waktu merealisasikannya. Itu coba
diwujudkan dengan proyek bernama Palapa Ring, proyek menyatukan Indonesia dalam
wujud internet.
Proses dalam mengejar bangsa yang sudah maju
dalam sektor pembangunan jelas butuh waktu puluhan tahun atau bahkan ratusan
tahun. Mereka sudah punya sistem yang dibangun begitu lama dan turun-temurun,
mengajar itu semua hampir mustahil. Tapi tidak dengan teknologi, ia bisa
dikejar dalam waktu singkat melalui koneksi internet.
Kita pun bisa membangun shortcut-shortcut
dari setiap bidang yang punya. Misalnya saja seseorang punya keahlian membuat
kerajinan, meskipun berada di daerah dengan adanya internet mampu menjangkau
pasar global. Bahkan menyamai kerajinan mapan dari negara maju, artinya
internet memberikan porsi yang sama pada siapa pun.
Membangun Indonesia dalam Wujud Internet
Seperti yang saya katakana tadi, bangsa kita
tertinggal cukup jauh dan cara menyamainya melalui shortcut: Internet
salah satu jawabannya. Sebagai gambaran, semua peradaban dimulai dari munculnya
pertanian. Masyarakat butuh makan dalam menyambung hidup dan kemudian
mengekstrak setiap bahan makan dalam bertahan hidup.
Saat fase ini sudah melewati, lahirlah beragam
industri karena masyarakat sudah tidak kelaparan lagi. Industri dianggap
sebagai penghubung kemajuan sebuah bangsa dan daerah. Ada banyak akses yang
tercipta dari jalanan, pelabuhan, bandara dalam proses produksi industri yang
dibuat.
Terakhir adalah sektor jasa, negara maju sudah
pasti akrab dengan sektor tersebut. Mereka menghidupkan segala kebutuhannya
dengan jasa karena fase sebelumnya sudah cukup mapan. Di sinilah lahir berbagai
startup yang kemudian jadi perusahaan digital, iklim yang mendukung sehingga
sektor jasa berkembang pesat.
Lalu kemudian muncul pertanyaan, di mana posisi Indonesia untuk saat ini?
Saat ini Indonesia berada di masa peralihan
dari sektor pertanian ke sektor industri. Ada banyak kota besar di Indonesia
mulai hidup dari industri berbeda dengan dekade sebelumnya yang masih
mengandalkan sektor pertanian.
Untuk bisa sampai ke tahap sektor jasa butuh
namanya akses internet yang cukup baik. Di tahapan ini internet yang punya
koneksi baik akan mampu menumbuhkan sektor jasa. Marketplace, go-ride hingga
aplikasi serupa akan punya banyak pelanggan. Bahkan mereka menjadi mitra di
dalamnya, menawarkan jasa yang dulunya masih bersifat konvensional ke arah
digital.
Belum lagi ada banyak ilmu dan informasi baru
yang didapatkan tanpa harus ikut kursus. Sekaligus membuka mata masyarakat akan
yang terjadi di dunia menit ini dalam waktu singkat. Semuanya karena adanya
internet.
Membangun jaringan internet yang dibutuhkan masyarakat
Pemerintah sudah menyiapkannya melalui proyek
bernama Palapa Ring, proyek yang sempat terkendala beberapa kali hingga
akhirnya terealisasi. Salah satu alasan harus segera dilanjutkan karena
desakan, Indonesia butuh shortcut dan internet adalah jalan pintas
meraih itu semua.
Meskipun butuh waktu dan dana yang besar,
semuanya ibarat investasi jangka panjang. Siapa yang tak senang saat masyarakat
yang berselancar di pelosok hutan Papua punya koneksi sama kencang di Jakarta,
tapi tetap dengan harga yang menjangkau semua lapisan. Pemerataan tersebut
dilakukan dengan membangun kabel telepon, tiang pemancar bahkan kabel serat
optik di dasar laut.
Apalagi saat ini kecepatan akses internet
Indonesia jauh tertinggal dengan negara tetangga. Menurut data yang dihimpun
dari Hootsuite tahun 2018, kecepatan internet rata-rata di tanah air
adalah sekitar 9,82 Mbps. Masih jauh dari kecepatan rata-rata internet di dunia
yang berada di kisaran 22,16 Mbps.
Dirancangnya Program Palapa Ring akan
menghubungkan sistem telekomunikasi nasional yang menggunakan Sistem Komunikasi
Kabel Laut (SKKL) dan Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO). Membentang dari
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Harapan itu akhirnya terwujud setelah lebih
dari dua dekade mengambang, proyek Palapa Ring terwujud dalam meningkatkan
kualitas internet di Indonesia. Di penghujung tahun 2019 jadi bukti dan
akhirnya terealisasi, membentang dari barat hingga timur Indonesia.
Total ada sebanyak 12.148 km yang terbentang
di daratan dan dasar laut. Terbagi dalam tiga paket yaitu paket, barat, tengah,
dan timur. Masing-masing panjangnya yaitu 2.275 km di barat, 2.995 km di
tengah, dan 6.878 km di timur. Sejumlah pulau besar di Indonesia mulai dari Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTB-NTT, Maluku, dan bahkan Papua.
Bukan hanya kabel serat optik saja, di Papua
yang masih punya jangkau yang cukup sulit tersedia radio transmisi. Gunanya
dalam mentransmisikan gelombang atau panggilan di setiap BTS. Total ada
sebanyak 4.000 BTS yang terpasang hingga akhir tahu ini, target utama adalah
daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh Palapa Ring. Daerah yang diprioritas
adalah daerah susah sinyal (blank spot) seperti di pelosok.
Sejumlah Kabupaten dan Kota di Indonesia
dilalui jalur serat optik, total ada sebanyak 514 dari Aceh hingga Papua.
Kecepatan yang dihasilkan pun cukup konstan dan akan terus meningkat, awal
mulanya ditargetkan yaitu 40 Mbps pada proses mengunduh (download), dan
7 Mbps pada proses mengunggah (upload). Nilai ini bisa bertambah hingga
100 GB/detik, sesuai dengan kebutuhan bahkan penerapan 5G di masa depan.
Selama ini biaya pembangunan sering dibebankan
pada operator khususnya yang ada di pelosok. Proses mendirikan BTS serta proses
pembuatan jaringan kabel optik. Adanya Palapa Ring bisa menekan sejumlah biaya
yang mahal dari operator. Konsumen pun mendapatkan manfaat karena bisa
mendapatkan kouta internet lebih besar tapi dengan biaya lebih murah.
Bukan hanya itu saja, proses koneksi jadi
lebih cepat dan membuat akses internet mampu menjangkau desa paling ujung dan
terjauh sekalipun dengan internet. Selain itu mempercepat shotcut dari
berbagai bidang bila kebutuhan internet sudah terpenuhi.
Peluang Indonesia di Era Digital
Sarana dan prasarana sudah siap, kini saatnya
beraksi dan memberikan perubahan. Kita mempersiapkan sentra jasa sebagai bentuk
negara maju, menghasilkan begitu banyak startup atau perusahaan teknologi.
Semuanya memang berawal dari hal kecil, koneksi internet yang sama baik pun
akan menghasilkan banyak konten kreator.
Selama ini konten kreator hanya berkutat di
perkotaan, sangat jarang ada di pedesaan. Mereka sulit mengunggah konten atau
bahkan tidak tahu perkembangan teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini.
Kini peluang itu sama besar dan tinggal bagaimana mengasahnya.
Lalu UKM dan bisnis lokal sangat terbantu,
mereka pun beralih ke konsep go online dalam proses transaksi. Tidak
harus punya toko fisik karena membebani biaya dalam memulai usaha, bahan
sifatnya 24 jam tanpa terpengaruhi oleh waktu. Otomatis peluang wirausaha
terbuka sangat lebar, mungkin kita bisa merasakan masakan atau kerajinan daerah
A yang dulunya harus ke sana.
UKM pun siap go international karena
mereka sudah punya akses untuk ke sana, selain itu dunia internet menekan biaya
pemasaran bahkan sampai 40%. Selama ini pemasaran hanya dimiliki
oleh pemilik media atau yang ada di lingkaran tersebut. Masyarakat sangat sulit
untuk tempus ke sana, bila tembus ke sana, harus merogoh kocek sangat dalam.
Pemasaran di internet akan memudahkan
masyarakat, biayanya pun lebih murah dengan target sesuai dengan pasar bahkan
meningkat hampir tiga kali lipat. Sejumlah mesin pencari atau platform punya
algoritma khusus yang mampu targetnya. Tidak seperti media konvensional yang kadang
menyasar semua target.
Itulah sejumlah cara pemerintah terapkan dalam
menyongsong ekonomi digital. Rasanya bukan hal yang tidak mungkin di tahun 2020
Indonesia menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.
Startup dan perusahaan teknologi milik Indonesia
Bisnis digital jadi ceruk yang sangat
menguntungkan di masa depan. Itu terbukti ada begitu banyak startup buatan anak
negeri. Awal mulanya berdiri lahir dari berbagai kegundahan dan pemecahan masalah
di masyarakat. Setelah berkembang dan menjawab solusi, ada banyak startup yang
kemudian kedatangan investor.
Mereka siap mencari pelanggan
sebanyak-banyaknya dalam proses “bakar duit”. Bila sudah yakin dan punya
pengguna yang cukup besar, saat itulah melantai di bursa saham (IPO). Di tahapan
itulah, startup berubah besar jadi perusahaan teknologi, hal serupa dari yang
dilakukan oleh perusahaan teknologi dunia dulu.
Bisnis internet seakan mendorong itu, ditambah
lagi Indonesia adalah negara dengan jumlah startup terbanyak kelima di dunia, total
ada 2.190 startup buatan anak negeri. Koneksi internet yang bagus dari Palapa Ring
seakan mendorong lebih banyak lagi startup khususnya dari daerah.
Kota-kota besar begitu banyak menyumbang
startup, pemerataan internet seakan mampu mengurangi gap tersebut jadi lebih
kecil. Mungkin saja ada startup buatan anak daerah yang mengglobal karena bisa
menjawab solusi di masyarakat.
Kesimpulan Akhir
Internet seakan memberikan peran penting, secara
fisik jalan, pelabuhan, dan bandar udara penghubung setiap provinsi di ibu
pertiwi. Tapi internet juga mampu menghubungkan setiap manusia melalui koneksi
super cepatnya.
Manusia bahkan mampu menjawab solusi di sekitar, mengembangkan kemampuan
hingga sampai menjelajah dunia. Sebelumnya pemerataan akses belum ada, adanya
revolusi jaringan melalui kabel serat optik berhasil terhubung. Palapa Ring adalah
jawaban dari kemajuan itu.
Semoga tulisan ini memberikan pengetahuan dan Have a Nice Days.
Semoga tulisan ini memberikan pengetahuan dan Have a Nice Days.
0 komentar:
Post a Comment