Saya pikir ini adalah sebuah keharusan
sosial, kita harus menerima apa yang disebut industri sebelumnya berganti
menjadi revolusi informasi. Ini jelas tergambar dan bahkan sedang terjadi di
era industri, bentuknya menyerupai piramida. Di dasar piramida, tenaga manusia
sangat dibutuhkan, lalu di bagian tengah piramida bagian manusia memproses
informasi, dan di puncak piramida adalah kelas birokrasi yang duduk nyaman di
atasnya.
Tahukah bahwa di kelas bawah piramida,
para tenaga manusia seakan mulai tergerus dan diambil alih, bahkan hingga tingkat
menengah piramida dengan pemrosesan data yang lebih cepat. Semuanya akan
digantikan oleh robot dan para ahli komputer andal. Mereka yang tidak
beradaptasi akan terdisrupsi oleh itu semua.
Petikan pembicaraan itu saya ambil dari
Salman Khan, saat berbicara di sebuah Forum TED yang disiarkan di channel YouTube.
Salman yang menjadi seorang pendidik dan bahkan mendirikan Khan Academy mulai
khawatir dengan disrupsi pekerjaan manusia di masa depan. Ada banyak pekerjaan
yang tergantikan dengan cepat dan banyak manusia yang tidak menyadari hal
tersebut.
Ia pun mewanti-wanti hal tersebut segera
terjadi, siap ataukah tidak kamu. Upaya yang dilakukan ialah dengan
mengembangkan pendidikan online gratis yang begitu marak untuk saat ini. Khan
pun mendirikan media belajar online yang menghasilkan ribuan video belajar
dengan berbagai spektrum mata pelajaran yang fokus pada matematika dan sains.
Era saat ini, kedua kemampuan tersebut sangat berguna di dunia teknologi.
Kecerdasan buatan (AI) berkembang dengan
pesat dan menjadi ancaman yang nyata, kemampuan yang sifatnya unik akan menjadi
sebuah pembeda sekaligus pekerjaan di masa depan. Peran pendidikan dalam
mengarahkan itu semua seakan dibutuhkan. Sekaligus mempersiapkan peserta didik
yang siap dengan perubahan zaman. AI yang banyak mengambil pekerjaannya,
bukanlah halangan. Malah bisa bekerja sama
dalam satu tujuan.
Di tahun 2018, salah satu lembaga
pendidikan yang mengukur skor pendidikan sebuah negara yaitu PISA (Programme
for International Student Assessment) di bawah OECD. Mereka melakukan
proses perhitungan skor dari tiga item pada anak di bawah 15 tahun di sebuah
negara yaitu kemampuan membaca, Matematika, dan Sains. Alhasil Indonesia hanya
berada di peringkat 70 dari 78 negara yang disurvei oleh PISA.
Sesuatu yang tergolong buruk dan
mengecewakan, ada sesuatu yang salah dari pendidikan Indonesia. Siswa lebih
banyak diajarkan menghafal sebuah pelajaran dibandingkan dengan memahaminya. Alhasil
di bidang industri, kemampuan yang dibutuhkan industri tidak match dan
bahkan ketinggalan zaman.
Pengetahuan yang kita pelajari di dunia
sekolah kebanyakan tidak terlalu terpakai di dunia kerja dan industri. Di sisi
lain, perkembangan industri berubah dengan sangat cepat dan berakibat banyak
lulusan tidak terserap lapangan pekerjaan. Industri kesulitan mencari calon
pekerja yang ia inginkan, bahkan harus ada pelatihan lanjutan agar pekerja bisa
beradaptasi dengan dunia kerja.
Sebagai contoh, mungkin dahulu pekerjaan
seperti programmer sangat langka, di era Revolusi Industri 4.0 Seakan
pekerjaan tersebut sangat dibutuhkan, kebutuhannya baru ada di masa depan.
Sedangkan di sekolah pelajaran seperti ini tidak ada, alhasil para lulusan
harus belajar sendiri untuk menyesuaikan dengan kebutuhan industri.
Tak hanya dunia kerja saja, di dunia
pendidikan tidak diajarkan berbagai kreativitas dan pengembangan ide di masa
depan. Ada banyak yang dahulunya tidak ada namun kini ada, misalnya saja konten
kreator. Ini mengharuskan banyak kreator terlambat mengembangkan bakatnya,
sesuatu yang tidak begitu istimewa.
Lalu, untuk apa jaminan survei yang
dilakukan PISA terhadap masa depan anak atas pendidikan yang ia dapatkan. Ketiga
elemen yang diukur yaitu kemampuan membaca, matematika, dan sains. Skor PISA cukup
berpengaruh terhadap para peserta didik, apakah nantinya masuk ke dunia kerja
atau industri, bahkan berkontribusi lebih pada masyarakat. Ia pun dengan mudah
beradaptasi dengan dunia digital yang begitu dinamis saat ini.
Era Modern dan Kelahiran Edukasi 4.0
Bukan hanya industri saja yang sudah
mencapai generasi ke-4, tetapi pendidikan sudah mencapai tahap tersebut.
Indonesia sedang mempersiapkan Edukasi 4.0 sebagai shortcut menciptakan
peserta didik andal di era saat ini. Mungkin pendidikan formal butuh waktu lama
dan bertahap dalam mengasah kemampuan dan bakat yang dimiliki. Shortcut
dianggap bisa menyetarakan bangsa dengan negara maju lainnya di bidang
pendidikan.
Apa yang ada pada konsep Edukasi 4.0 sangat cocok
dengan luas regional Indonesia dalam pengembangan pembelajaran berbasis daring.
Apalagi kemampuan dari peserta didik yang sangat bervariatif, melalui konsep
belajar e-Learning, hanya dari sebuah konten yang dihasilkan oleh
pengajar saja dapat dimanfaatkan oleh berbagai sekolah hingga perguruan tinggi.
Konsep Edukasi 4.0 yang mengedepankan fleksibilitas
dan kreativitas. Proses pembelajaran pun tak jarang bidang dilakukan secara
jarak jauh (Tele Learning). Ada
sejumlah hal yang dikedepankan yaitu: Fleksibel waktu dan tempat, personalized
learning, free choice, berbasis proyek, pengalaman lapangan, dan
interpretasi data. Berikut penerapan yang ada pada Edukasi 4.0, yakni:
Fleksibel waktu dan tempat, proses belajar bukan hanya di ruang kelas saja seperti pendidikan
sebelumnya. Jumlah durasi di kelas jadi berkurang dan akan ada banyak waktu
belajar di waktu serta ruang berbeda. Sistem belajar dibalik, materi teoritis
lebih banyak dilakukan di luar kelas sedangkan praktis dilakukan di dalam
kelas.
Personalized Learning, proses belajar ini ialah dengan menyesuaikan si pelajar dalam memahami
materi. Konsepnya adalah peserta didik akan dipacu dalam memecahkan jawaban
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Sederhananya Ibarat bermain game,
yang lebih banyak mampu memecahkan tantangan akan cepat naik level jadi bukan
lagi cara pukul rata kemampuan peserta didik.
Selain itu guru bisa mengukur kemampuan yang
dimiliki peserta didik dan kelemahan apa yang perlu diperbaiki atau bakat mana
yang terus diasah serta dikembangkan. Ini sangat cocok tanpa mematikan
kreativitas dan keunikan anak tersebut bahkan terus mengasahnya.
Menerapkan Free Choice, pada sistem Edukasi 4.0 peserta didik bisa menggunakan perangkat yang ia
kehendaki., bahkan program atau teknik dalam belajar sesuai dengan keinginannya
Di sini peserta didik akan mempraktikkan cara belajar yang paling ia rasa
nyaman sehingga kemampuannya terus terasah.
Belajar Berbasis Proyek, siswa diajak menerapkan keterampilan yang ia sudah pelajari dalam berbagai
situasi. Seperti belajar bagaimana cara instalasi komputer, memecahkan kode
struktur, dan coding. Jadi pengalamannya akan terasa untuk nantinya diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
Melatih Pengalaman Lapangan, link and match di dunia pekerjaan sangat penting di era saat
ini. Saat ini banyak sekali materi yang diajarkan di bangku sekolah dan
perkuliahan yang tidak sesuai dengan dunia kerja. Bahkan kurikulum saat ini sudah
ketinggalan zaman dan tidak sinkron dengan zaman.
Nah.. pada Edukasi 4.0 akan banyak pengalaman
lapangan saat masih di sekolah dipraktikkan di dunia kerja. Ini yang sangat
dibutuhkan, karena teori dan hafalan saja tidak mendukung
Interpretasi Data, Setiap siswa akan lebih banyak tahu mengenai komputer dan analisa data.
Mengingat di era Revolusi Industri 4.0 sangat banyak bersinggungan dengan data.
Peran Big Data sangat sentral dalam memecahkan masalah yang ada. Data tersebut
bisa digunakan sesuai kebutuhan dan menganalisis sejumlah masalah jadi solusi akhir.
Bagaimanakah Penerapan Konsep Edukasi 4.0?
Pada Edukasi 4.0, siswa bukan lagi siswa yang
dahulu. Pengetahuan mereka bila melampaui gurunya, akses informasi tanpa batas
jadi alasan. Dibandingkan menyuruh membaca buku materi yang terlihat sangat
membosankan, ia bisa mengakses segala pengetahuan dengan gadgetnya.
Tak ada lagi konsep guru berceramah panjang
lebar atau mencatat apa yang ada di papan tulis. Peran di era saat ini lebih
pada proses mentoring berkelanjutan. Misalnya saat pengaplikasian dengan
perangkat IT yang ada di sekolah. Kemudian lagi kemampuan memecahkan masalah
jadi lebih berbeda, karena teamwork jadi sesuatu yang menonjol dalam
Edukasi 4.0. Terakhir proses penilaiannya bukan lagi menitikberatkan pada nilai
tapi proses berjuang di dalamnya.
Model kelasnya berbasis Digital Classroom juga
menggunakan konsep IoT, platform ini akan melakukan proses kegiatan akademik
jarak-jauh. Memungkinkan para siswa belajar melalui Video, PPT, bahkan tes online.
Konsep ini lahir saat jadwal dosen sangat padat dan memungkinkan ia tidak bisa
masuk ke dalam kelas. Platform atau website tersebut bisa diakses dengan mudah.
Nantinya dalam proses ujian pun akan ada tes
online, ujian dipantau webcam dan sensor. Saat melakukan kecurangan seperti menyontek
atau membawa bocoran jawaban, otomatis akan terdeteksi dari aplikasi tersebut.
Karena tidak menitikberatkan pada nilai, otomatis tekanan dalam ujian tidak
seberat sistem sebelumnya. Sehingga siswa bisa mengedepankan rasa jujur dalam
membangun pendidikan bukan sebatas nilai.
Di level bangku perkuliahan akan ada teknologi
IoT (Internet of Things), salah satunya ID tertentu sehingga bisa
mengetahui siswa yang masuk dan tidak masuk. Proses scanning inilah yang
guru atau dosen lakukan terhadap siswa atau mahasiswanya. ID tersebut berupa
jam tangan pintar berbasis IoT, akan ketahuan siapa saja yang membolos atau
bahkan terlambat masuk ke dalam kelas.
Makin lengkap lagi dengan penerapan
Blockchain, dulunya konsep ini hanya diterapkan pada sistem mata uang kripto
berbasis peer to peer. Sifatnya yang global, Blockchain sangat cocok
juga dikembangkan pada berbagai bidang salah satu pendidikan.
Penerapannya adalah dalam penggunaan e-certificate
berbasis Blockchain, kecurangan di dunia Pendidikan jadi alasan besar
Blockchain menanggulanginya. Ijazah palsu, pemalsuan nama, hingga nilai jadi
sisi mirip dunia pendidikan. Adanya Blockchain yang bersifat desentralisasi
seakan menyulitkan orang memalsukan ijazah. Apalagi di era teknologi,
kepercayaan dan transparansi sesuatu yang wajib dan Blockchain
menawarkannya.
Salah satu tempat lokasi belajar yang sudah
menerapkan konsep ini adalah kampus nomor wahid di dunia, Massachusetts
Institute of Technology, USA. Sekaligus penerapan Edukasi 4.0,
konsep ini bisa membangun karakter setiap anak didik. Khususnya menjadi pribadi
yang jujur sejak dini, teknologi jadi salah satu cara yang dipilih bijak.
Nah… dengan begitu kita tak perlu takut atau
anak kita tak perlu takut menghadapi perubahan di masa depan. Secara pendidikan
ia siap bersaing, perubahan banyak pekerjaan dan tugas robot dalam mengganti
manusia tak terpengaruh sedikit pun.
Pembelajaran Online dalam Menciptakan Anak
Muda Siap Kerja
Industri saat ini begitu kewalahan dalam
mencari pekerjaan di dunia digital, ledakan startup dan bisnis digital membutuhkan
para pekerja yang mampu menyelesaikan masalah tersebut. Salah satunya para
developer, ada banyak aksi saling bajak antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya dalam mengambil pekerja terbaik.
Saling sikut ini dinilai tidak enak, tapi itu
terjadi karena besarnya permintaan yang dibutuhkan perusahaan terhadap.
Rendahnya para engineer dan
developer yang dihasilkan Indonesia seperti yang diperkirakan oleh PISA karena
kemampuan Science, Technology, Engineering, and Math (STEM) sangat rendah
dan tidak bersaing. Sehingga sangat sulit para engineering dan developer
yang dibutuhkan untuk industri.
Padahal dalam beberapa tahun terakhir, startup
rasa lokal dan perusahaan teknologi dunia silih berganti berinvestasi ke
Indonesia di bidang digital dan teknologi. Kucuran dana segar mengalir tanpa
hentinya khususnya dalam memperbaiki produk mereka agar sesuai dengan selera
pasar.
Perubahan ini nyatanya membutuhkan begitu
banyak tenaga engineering dan developer siap kerja. Sialnya Indonesia
sangat terbatas dengan itu semua. Alhasil banyak perusahaan yang rela membayar
mahal atau bahkan membajak karyawan terbaik di sebuah perusahaan. Mereka yang
ahli pun seakan kebanjiran pekerjaan yang dulunya tidak terpikirkan oleh anak
muda.
HACKTIV8 Pencipta Lowongan Kerja Era Digital
Salah satu lembaga kerja yaitu McKinsey merilis data mengenai perkembangan talenta digital lokal. Dalam survei yang dilakukan
tersebut, 15 dari 20 petinggi perusahaan teknologi yang berinvestasi di
Indonesia seakan kesulitan mencari talenta lokal yang cocok dengan perusahaan
mereka. Bukan hanya itu saja, mempertahankan lebih sulit lagi. Menurut survei,
10 dari 20 petinggi perusahaan teknologi merasakan masalah tersebut.
Kegundahan itu seakan dibaca oleh kedua founder HACKTIV8 yaitu Roland Ishak dan Riza Fahmi, hingga lahirlah HACKTIV8 di tahun
2016. Dunia digital khususnya startup hadir begitu banyak di Indonesia. Hanya
saja para engineering dan developer sangat terbatas yang berasal dari
tenaga lokal. Alhasil banyak perusahaan yang mencari cara pintas membajak
engineering atau developer andal dengan cara tak sehat.
Apalagi di tahun 2020 ini, Indonesia
diprediksi sebagai pusat ekonomi digital dengan berbagai startup dan marketplace
bernilai jutaan dolar. Para investor dari perusahaan luar negeri melirik
Indonesia karena jumlah pasar yang cukup besar. HACKTIV8 melakukan gebrakan
besar tersebut dengan bootcamp dalam pengembangan peserta didik.
Bagi Roland dan Riza melihat ini sebuah
peluang yang sangat baik, khususnya dalam pembelajaran dan pengembangan program
bagi peserta didik. Meskipun mereka bukan berlatar belakang IT, tapi dengan
tekad dan kemauan, HACKTIV8 mampu mengubah mereka jadi engineering dan
developer andal yang dibutuhkan perusahaan dan industri.
Visi dan misi dari HACKTIV8 adalah menawarkan
sesuatu yang dibutuhkan untuk saat ini. Proses pelatihan yang dilakukan adalah
dengan pembelajaran intensif. Ada
sejumlah program yang sangat dibutuhkan untuk saat ini dan menjadi masalah yang
dihadapi oleh startup serta perusahaan teknologi. Mulai dari program
JavaScript, Node.js, Vue.js, dan bahasa pemrograman andalan Facebook yaitu
React. Semuanya dilakukan dengan berbagai latihan rutin yang mengasah kemampuan
peserta didik.
Waktu yang diberikan pun tidak main-main,
yaitu mencapai 10-12 jam dengan proses belajar intensif dilakukan selama 5
sampai 6 hari selama seminggu. Waktu yang dibutuhkan para peserta didik pun
dinilai singkat tapi punya proses yang efektif di dunia kerja, HACKTIV8 memberikan
proses pelatihan dari 12 sampai 18 minggu dengan total 900 jam belajar untuk
melatih peserta menjadi mahir.
Para peserta yang tadinya tidak punya
kemampuan atau bahkan tidak punya dasar mengenai pemrograman, kini mereka cukup
andal dan jadi rebutan oleh startup dan perusahaan teknologi di tanah air. HACKTIV8
seakan menjawab keraguan tersebut dengan standar kelulusan internasional yaitu Counsel
on Integrity in Results Reporting (CIRR). Ini dilakukan bahwa peserta
didikan yang dihasilkan mampu bersaing bahkan secara global.
Selain itu Hacktiv8 punya tugas mulia dalam
visi dan misi mereka yaitu meningkatkan taraf hidup dan karier banyak orang
khususnya di bidang teknologi melalui program intensif. Mungkin dahulunya gaji
puluhan juta atau pekerjaan programming hanya bisa dilihat dari film Holywood.
Kini anak-anak muda sudah merintis karier dan mimpinya menjadi sebuah
kenyataan.
Merasakan Iklim belajar yang ada di HACKTIV8
Belajar di era digital pasti bukan hanya
mengharuskan para peserta didik bisa tapi membuat ia nyaman dalam menjalani jam
demi jam selama proses pembelajaran. Inilah yang dibangun oleh HACKTIV8, karena
suasana belajar akan membuat semua anak didik tidak jenuh atau bosan dalam
belajar. Konsepnya menyerupai dengan Coworking Space, artinya seperti rumah
sendiri dan menyediakan segala fasilitas yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Ada sejumlah alasan yang menjadikan HACKTIV8 sebuah
pilihan utama dibandingkan bootcamp lainnya yang ada di Indonesia. Tak
hanya itu saja, ada juga kemampuan lainnya yang diajarkan seperti front-end
dan back-end JavaScript. Karena tak kalah dibutuhkan di dunia kerja, Saya
pun coba mengulas kelebihan yang didapatkan dari proses belajar intensif bootcamp
ala HACKTIV8. Berikut ulasan infografisnya:
Pengalaman berharga yang didapatkan oleh HACKTIV8
Kerja Keras dari HACKTIV8 selama hampir 4
tahun oleh tim seakan membuahkan hasil. Di akhir tahun 2019 lalu, HACKTIV8 mendapatkan
pendanaan Pra-Seri A senilai US$ 3 juta
dari investor East Ventures. Selama ini perusahaan modal ventura East Ventures
terkenal dengan begitu banyak berinvestasi pada startup yang ada di Asia
Tenggara. Tak hanya itu saja, ada sejumlah perusahaan lainnya yang menyusul
mendanai HACKTIV8 yaitu Sovereign’s Capital, SMDV, Skystar Capital, Convergence
Ventures, RMKB Ventures, dan Everhaus.
Dana segar yang didapatkan tersebut
dimanfaatkan dalam lebih banyak lagi membuat kelas coding bootcamp.
Apalagi saat ini HACKTIV8 bermitra dengan sejumlah perusahaan hiring partner
dalam merekrut setiap lulusan mereka. Model konsep hiring partner
dengan sejumlah perusahaan juga punya kelebihan dalam merancang kurikulum yang
dibutuhkan calon pekerja. Sehingga up to date dan bisa segera diserap.
Terakhir adalah dengan adanya sebuah program
bernama Income Share Agreement (ISA). Suatu program yang cukup diminati
oleh peserta didik namun terhalang biaya. Mekanismenya melalui perjanjian bagi
hasil dari penghasilan yang didapatkan setelah lulus dan bekerja. Besaran pun
disesuaikan dengan pendapatan alumnus bekerja.
Tapi tenang dan tak perlu khawatir, karena ada
banyak mitra yang bekerja sama dengan HACKTIV8. Menurut survei yang HACKTIV8
lakukan didapatkan bahwa rata-rata alumni bootcamp memperoleh gaji cukup
besar dan layak. Bahkan para alumni tidak perlu berlama-lama menganggur, karena
perusahaan dan pekerjaan yang ia inginkan segera didapatkan.
Segala kemudahan inilah yang membuat HACKTIV8
unggulan dibandingkan tempat belajar online lainnya. proses belajar hingga
peserta paham, ruangan nyaman serasa rumah sendiri, jaminan kerja jelas, banyak
mitra partner, dan tentunya ada cicilan pembayaran yang bisa dibayarkan setelah
lulus. HACKTIV8 menjawab itu semua buat pekerjaan idaman era kini.
Semoga postingan ini menginspirasi dan Have a
Nice Days.
0 komentar:
Post a Comment