Internet sudah jadi sebuah kebutuhan wajib manusia modern dan hampir semua
benda di dunia sudah terkoneksi dengan internet berbasis IoT. Memasuki era
generasi kelima dari internet, perannya makin bertambah besar dan kompleks.
Sulit dibayangkan sehari saja tanpa internet.
Serangan besar datang secara mendadak dan menimpa internet, memadamkan
dalam kurun waktu sangat lama yaitu 24 jam. Server internet di dunia padam dan
jaringan kabel serat optic tak mampu mengirimkan data. Dalam sekejam kekacauan
dimulai dan itu terjadi pagi hari di belahan bumi barat, tempat ¾ dunia
tinggal.
Sudah pasti akan ada miliar aktivitas setiap menitnya yang terlewat. Mulai
dari email, sosial media, instan messaging, hasil pencarian, hingga upload
data. Apa saja gerangan yang harus dilakukan oleh penduduk dunia saat ini.
Suasana terasa sangat hampa, masyarakat dunia yang sangat akrab dengan
ponsel lebih banyak terdiam. Mereka hanya bisa terpana saat berita di TV
menampilkan bahwa internet dunia mengalami gangguan paling berbahaya yang
mengakibat ia shut down selama 24 jam.
Saya mencoba menganalogikan internet padam seharian. Bagaimana rasanya dan
deritanya bagi manusia modern. Pagi itu hari seperti biasa, alarm berbentuk
sebelum matahari terbit. Ada begitu banyak manusia di dunia yang berharap
bangun dengan alarm. Pagi itu dengan mata yang masih sembab dan kabur,
pandangan langsung tertuju pada ponsel.
Sinyal internet di ponsel Anda dan penduduk dunia lainnya tidak berfungsi
sama sekali. Tak cukup itu saja, semua perangkat mengalami gangguan serupa.
Pasti Anda bingung dan gusar karena masalah itu. Tak berapa lama kemudian
menghidupkan paket data sembari melihat notifikasi. Anehnya tidak ada
notifikasi dan parahnya sinyal internet tidak ada.
Mungkin pagi itu terasa kosong, sembari berkemas-kemas sembari pergi ke
kantor. Mungkin pagi hari sembari melihat sosial media, mencari berita hingga
menonton video terbaru di Youtube. Niat pagi itu ingin melihat grup chatting,
membaca berita, hingga mengecek email harus diurungkan. Saat itulah Anda
memilih cara lama yaitu menelepon dan mengirim pesan melalui SMS. Kembali
jawaban yang ada dapatkan adalah jaringan sibuk. Sudahlah… lupakan saja dalam
hati.
Anehnya saat membuka perangkat lainnya seperti tablet, hal serupa juga kamu
temukan. Tidak ada internet dan hanya ada notifikasi gangguan sinyal yang
begitu mengganggu. Itu pertama kalinya kamu merasa kesal. Mematikan ponsel atau
tablet dan kemudian mencoba menghidupkan kembali. Ini pasti ada yang salah
dengan perangkat yang saya punya. Tapi hasilnya juga tetap masih sama dan kamu
memutuskan pagi itu tanpa melihat internet.
Sialnya, segala kegiatan pekerjaan yang kamu lakukan sangat erat dengan
internet. Sudah cukup lama kamu berangkat kerja di pagi hari dengan menggunakan
jasa aplikasi transportasi online. Sial mau dikata, mereka tidak ada yang bisa
dihubungi karena aplikasinya terganggu.
Inilah yang memutuskan kembali menggunakan kendaraan konvensional, sudah
pasti harganya akan berlipat ganda. Tidak ada potongan harga sedikit pun, kami
pun bingung setengah mati karena tidak punya uang tunai yang memadai.
Biasanya kamu mengandalkan pembayaran barcode atau aplikasi berbayar
lainnya. Untung saja uang yang kamu punya lumayan cukup untuk membayar pergi ke
kantor tapi tidak cukup untuk pulang. Tapi tak apa, nanti saatnya pergi ke bank
pikirnya.
Sesampai di kantor, suasana begitu lengang seperti biasanya. Bos dan
karyawan lainnya pun tak kalah stres pagi itu, Semuanya pun saling berbicara
satu sama lain dan obrolannya tetap sama: internet kalian bermasalah tidak?
Karena pekerjaan semuanya berhubungan internet, mau tak mau bos harus
meliburkan pekerjaan untuk saat ini. Email klien tidak bisa dibalas satu pun
dan bahkan segala transaksi mentok. Mungkin TV di ruangan kerja lokasi tujuan
pekerja lainnya, melihat berita yang terjadi sehingga internet global
terganggu.
Tak ada pilihan lain, pekerjaan kantor tidak ada yang bisa dilakukan. Hanya
menonton TV atau membaca tumpukan koran dan majalah lama yang berdebu. Sembari
menghilangkan kebosanan berharap internet segera menyala.
Mungkin yang hanya bisa dilakukan adalah dengan menelepon sebagai opsi,
tapi apa daya interkoneksi telepon hari itu mengalami overload. Server yang ada
di setiap negara mengalami kebakaran karena dalam waktu sekalian orang
menelepon di seluruh dunia.
Dirasa sia-sia semata, Anda pun pulang ke rumah bersama karyawan lainnya. Bos
sudah memberikan izin karena tidak ada yang bisa dikerjakan. Sembari berharap
ada internet membaik dan segera pulih.
Tapi Anda lupa bahwa biasanya bepergian dengan taksi online, cara
memesannya pun tak bisa dilakukan. Mau tak mau, Anda harus mencari taksi atau
ojek offline yang ada mangkal dekat dengan kantor. Celakanya Anda tidak punya
lagi uang tunai, terlebih dahulu Anda berinisiatif menarik uang di bank
terdekat.
Sesuatu yang di luar dugaan terjadi, ada begitu banyak orang mengantre di
bank. Bahkan di ATM yang berada di tempat keramaian. Semuanya dibanjiri oleh
orang yang panik akibat tak punya uang tunai. Pegawai bank pun kepayahan
memasok uang kertas di ATM yang sudah dipenuhi antrean pelanggan.
Anda pun termasuk orang telat ke sana, mau tak mau harus menunggu lama.
Karena menyerah menunggu lama, ide nekat terlintas dengan pulang berjalan kaki
di tengah terik. Ini diambil karena Anda tidak punya uang tunai, uang yang ada
di dalam saku tidaklah cukup. Mungkin hanya cukup untuk membeli air mineral dan
cemilan. Sekalian olahraga, yupp…!
Setiba di rumah dengan keringat yang mengucur, semua orang sama halnya
dengan Anda. Menanyakan internet yang terganggu, pertanyaan yang ditanyakan
semua orang untuk hari itu. Diskusi mungkin jadi bumbu wajib hari ini, semua
berharap hari yang buruk itu segera berlalu.
Kamu pun akhirnya pergi pamit, hari pun sudah menunjukkan waktu petang.
Memang tak terasa, kini kamu mulai mandiri tanpa ponsel. Memasak makanan
setelah lelah berjalan kaki hingga tiba ke kantor.
Setelah makan, kamu mulai melupakan hari terburuk tadi. Saat itulah TV yang
mulai berdebu kembali didekati. Ibarat kembali ke hiburan dulu, semenjak gebrakan
internet TV hanyalah sebuah pajangan di ruang tamu.
Namun kamu tidak menemukan siaran yang sesuai dengan selera, alhasil
pandanganmu teralihkan dengan tumpukan koran di rak. Warnanya sudah kekuningan
karena tak pernah dibuka. Kamu terlalu mengandalkan e-book di ponsel atau kindle
sebagai bacaan. Barulah kali ini kamu terhibur.
Malam pun tiba, membaca terlalu banyak membuat kepalaku pusing. Kini aku
ingin melihat langit. Selama ini kami masyarakat bumi seperti mengabaikan
indahnya langit berhiaskan bintang. Kali ini niatan tersebut berhasil dicapai,
alangkah indahnya gugusan bintang di langit.
Hingga akhirnya malam sudah larut, tak ada tanda-tanda internet hidup hari
ini. Itulah terakhir kalinya kamu menatap ponsel dan pergi tidur lebih cepat
dibandingkan biasanya. Selamat tidur semuanya, baru saja kamu memejamkan mata.
Alarm berdering dengan kencangnya. Ia seakan merusak waktu tidur, berhenti dan
coba aku matikan.
Saat tangan menggapainya, saat itulah aku sadar hari sudah pagi. Pengalaman
buruk sehari yang dialami seharian hanya ilusi di dalam mimpi. Mencoba meraih
ponsel yang ada di atas meja, saat itu aku tahu tanggal menunjukkan hari
sebelumnya. Taka da notifikasi dan semuanya hanya mimpi buruk buat manusia modern.
Itulah analogi sederhana dari internet
yang padam. bukan hanya masyarakat yang paling dirugikan saat internet. Ada banyak
pihak yang paling merasakannya. Siapa sajakah mereka, berikut ulasannya:
Pasar uang dan saham, internet yang terganggu membuat segala
aktivitas terganggu. Mulai dari transaksi, kredit, hingga aktivitas lainnya.
Proses untuk mengakses data keuangan dan stok online terganggu, sehingga tidak
mampu memprediksi pasar. Bahkan pasar saham yang sudah dibangun puluhan tahun
bisa saja ambruk dalam seharian.
Mau tak mau pihak perbankan harus meliburkan karyawannya, pastinya mereka
senang karena pagi itu tidak masuk kerja. Untuk perusahaan teknologi yang
melakukan proses pembayaran melalui internet jelas sangat terganggu. Segala
penjualan mereka tersendat dan bahkan menimbulkan kepanikan global.
Bidang e-commerce, sejumlah perusahaan yang bergerak di
bidang bisnis e-commerce sangat merasakan hal ini karena semua proses penjualan
terhambat. Sejumlah barang pesanan pelanggan harus lama tertahan tanpa bisa
dilakukan proses pengiriman.
Sejumlah e-commerce dalam dan luar negeri harus menahan segala proses
aktivitas mereka hingga internet kembali pulih. Sudah pasti akan terjadi
penumpukan pemesanan dan bahkan transaksi yang tertentu. Mereka harus rugi
besar dalam 24 jam saja, bagaimana lebih lama lagi? Pastinya banyak dari
e-commerce yang harus gulung tikar dalam sekejap.
Bidang logistik dan informasi, Masyarakat modern sangat akrab dengan
teknologi. Mulai dari pekerjaan, hiburan, informasi, dan bahkan jodoh datang
dari itu semua. Bagaimana pusingnya para pekerja yang gagal mengirim email atau
bahkan gagal mengirim pekerjaan mereka di tenggat waktu.
Belum lagi hiburan dan informasi tentang segala yang terjadi hari itu
sangat terbatas, hanya ada media cetak dan elektronik. Mereka yang sedang
merajut cinta harus menahan rindunya selama 24 jam. Komunikasi yang sering
harus berkurang jumlahnya dan rasa waswas serta rindu seakan menghampiri.
Bidang hiburan dan dunia kreator, para pekerja di balik layar seakan pusing
setengah mati. Mereka tidak bisa mengupload karenanya, apakah itu berupa tulisan,
gambar, hingga video. Platform yang menjadi wadah pun kehilangan trafik dalam
sekejap, akses internet yang mati secara global membuat uang mereka menguap
begitu saja.
Belum lagi para influencer, mereka seakan tidak bisa mengupload fotonya.
Terjadi sebuah kekacauan besar. Platform dunia digital rontok dan bahkan
kehilangan begitu banyak pengguna. Data akses yang dimiliki pun tidak bisa
diakses dan berpengaruh pada proses analisisnya.
Bidang transportasi, gangguan internet sudah pasti membuat maskapai yang ada di dunia tidak
diperbolehkan terbang. Trafik kontrol yang mengawasi pesawat sangat kewalahan dan
bahkan mengharuskan pesawat tetap di bandara. Akan ada bencana besar yang
terjadi bila terbang.
Akibatnya ada puluhan ribu penerbangan di seluruh dunia terhenti, terjadi
penumpukan besar penumpang di bandara. Tak
berangkatnya pesawat berdampak pula pada penumpukan barang logistik. Pengiriman
barang terlambat dan bahkan tidak bisa dilakukan proses pelacakan barang via
internet.
Di darat pun serupa, kendaraan yang mengandalkan GPS sulit menentukan rute
perjalanan dan bahkan menjemput lokasi pelanggannya. Mereka tersasar dan bahkan
mogok bekerja untuk hari itu saja. Pekerjaan mereka seakan sia-sia karena tak
berhasil sampai ke lokasi si penumpang. Belum lagi kendaraan yang menggunakan autonom,
otomatis sistem tak berfungsi sehingga rawan kecelakaan dan harus mengandalkan
manusia sepenuhnya.
Bidang Medis, dunia medis saat ini sudah hampir seluruhnya terkomputasi dalam bentuk
digital. Salah satunya adalah catatan kesehatan digital (Electronic Health Record) yang hanya bisa diakses
dengan menggunakan internet. Tanpa data pasien yang akurat dari catatan
kesehatan digital, dokter tidak bisa melakukan analisa tepat. Ini berdampak
pada kelangsungan hidup pasien
Bahkan ada begitu banyak bidang lainnya yang kena, pihak provider pun jadi
kambing hitam atas kegagalan tersebut. Bahkan muncul petisi meskipun kemudian
para masyarakat dunia mencabutnya, mengingat ini kejadian luar biasa di luar
kendali.
Segala kekacauan yang terjadi dalam 24 jam berdampak besar bagi umat
manusia. Keberadaan internet sangatlah sentral, jangan gangguan dalam seharian
saja. Hitungan menit saja kekacauan kecil sudah dimulai.
Semoga tulisan ini memberikan wawasan ada tentang pentingnya internet dan
peran besarnya di era modern. Have a Nice Guys.
0 komentar:
Post a Comment