Seabad silam, wabah misterius menyerang dunia
di tengah kekacauan perpolitikan dunia kala itu. Manusia seakan sedang memasuki
era baru di
abad 19 yaitu Revolusi Industri 2.0. Mereka
para perkumpulan negara dari dunia barat mulai berani pamer kekuatan siapa yang paling kuat di dunia kala itu.
Setelah seabad sebelumnya Revolusi Industri
1.0 hadir dari mesin uap, manusia seakan mulai terampil dalam segala hal
termasuk dalam berperang. Senapan mesin, Meriam, hingga tank jenis pertama
sudah muncul, puncaknya pada perseteruan negara Eropa. Tak terbentuk hingga
akhirnya perang dunia pertama pecah.
Propaganda dan adu kuat jadi jalan bahwa siapa
yang terbaik kala itu, hampir semua negara barat saling menunjukkan kuasanya.
Pertumpahan darah tak terbendung kala itu, semua negara Eropa saling berperang
satu sama lain. Tapi tidak dengan kerajaan Spanyol, mereka tak ambil bagian
dalam perseteruan tersebut.
Di tengah peperangan, virus misterius pun
datang. Asal mulanya tidak jelas, ada yang mengatakan datangnya dari Amerika
Serikat, Lalu ada pula yang mengatakan datangnya dari Swedia dan Rusia bahkan
China dan Vietnam jadi awal mula alfa virus tersebut.
Nyatanya dampaknya sangat besar, ada 50 – 100
juta jiwa jadi korban Flu Spanyol dan menyebar ke seluruh dunia dalam waktu dua
tahun. Angka kematian yang dihasilkan pun cukup besar dengan rasio hingga 20%.
Malahan yang menjadi korban adalah manusia yang berusia produktif antara 20 –
40 tahun. Pandemi tersebut dianggap sebagai The Mother of All Pandemics
yang tercatat dalam sejarah manusia.
Kini seratus tahun kelam tersebut berlalu,
manusia terus berkembang pesat jumlah bahkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
Bila saat itu baru saja sampai di tahun Revolusi Industri 2.0, kini manusia
mulai mengarah pada Society 5.0. Industri berkembang dengan cepat salah satunya
karena sudah terkoneksi dengan internet, sedangkan dulu masih mengandalkan
frekuensi radio.
Manusia lebih pintar dan teredukasi bahkan
bisa mengetahui kejadian yang terjadi di belahan bumi lainnya pada menit itu.
Segala kejadian bisa dinikmati melalui konten yang ada di internet, kehadiran media
sharing dan sosial media menjadi sebuah pembeda.
Itu berbeda jauh dengan yang terjadi seabad
silam, informasi hanya diketahui oleh para petinggi negara dan kerajaan. Negara
Asia malahan masih banyak berada di bawah belenggu penjajahan bangsa barat.
Kini bangsa Asia sudah setara dengan bangsa barat dan bahkan menjadi pusat
ekonomi dunia dan persebaran jumlah penduduknya yang besar.
Flu Spanyol kala itu punya gejala yang serupa
dengan COVID-19, tergolong dalam influenza tipe A dari H1N1. Serupa dengan flu
biasa, penderita akan mengalami flu berat, batuk, bersin hingga sakit kepala.
Dampak lanjutan berupa diare, menggigil, muntah-muntah hingga mimisan. Targetnya
adalah menyerang parau-paru korban dan kemudian berubah menjadi pneumonia.
Wabah Tak Mengenai Zaman
Semakin berkembang dunia medis makin beragam
penyakit yang tak pernah ada sebelumnya. Kehadiran virus baru yang mengalami
modifikasi secara tak langsung jadi ancaman untuk umat manusia. Saya pun seakan
mengembalikan memori setelah menonton salah satu TED Talk. Pemateri utama yang
mengisi seminar kala itu adalah Co-Founder Microsoft, Bill Gates.
Ia bercerita banyak mengenai bahaya wabah yang
mengintai banyak umat manusia. Bahkan yang selama ini masyarakat dunia takuti
adalah perang nuklir atau bahkan krisis global. Nyatanya virus misterius bisa
mengancam, tanpa adanya vaksin akan ada 60 juta korban yang terjangkit di era
modern. Ketakutan tersebut seakan menjadi De Javu, kini muncul virus yang
sebelumnya belum ada. Sama-sama menyerang sistem pernapasan dan mengancam
banyak manusia hingga menjadi pandemi global.
Semuanya mengacaukan berbagai bidang, hubungan
panas USA dan Iran mendadak hilang, sengketa China dengan banyak negara lainnya
di Laut China Selatan seakan tak digubris lagi. Setiap negara kita fokus dalam
proses penghentian penyebaran virus dan himbauan masyarakatnya melakukan Social
Distancing.
Cara ini tergolong efektif dalam proses
pemutusan penyebaran virus COVID-19. Sesuatu yang belum diketahui atau bahkan
populer seabad silam. Berbagai cara ini dinilai bisa menekan angka korban yang
terjangkit jadi lebih luas. Hingga akhirnya vaksin berhasil diuji para korban.
Internet Mampu Menekan Jumlah Korban Sakit
Era modern membuat manusia lebih survive
dalam perubahan zaman. Manusia seakan bisa mengurangi penyebaran wabah, bencana
alam hingga perang. Berbagai penanganan, kebijakan hingga perencanaan mampu
menekan korban jiwa jatuh lebih banyak.
Internet seakan melakukannya, lebih dari 4 miliar
penduduk internet sudah terhubung olehnya. Akses tanpa batas seakan memberikan
edukasi dan informasi yang terjadi di dunia untuk saat ini. Layanan TV, radio,
dan koran sudah tergerus dengan media digital. Andil paling besar datang dari video
sharing dan media sosial yang menyumbang trafik sangat besar.
Inilah yang coba digalakkan untuk saat ini,
memang selama ini para pengguna tidak menggunakan media tersebut secara benar.
Mereka lebih tertarik untuk show off, menyebarkan hoaks hingga aksi kejahatan di
dunia maya. Edukasi dimulai dari internet khususnya para influencer (Youtuber,
Selebgramer, Blogger dan Podcaster) mereka mampu menarik simpati penikmatnya
dalam mengurangi jatuhnya korban jiwa.
Selama ini yang menjadi fokus mengenai dunia
kesehatan dan medis hanyalah para teknis medis dan pemerintah. Adanya
penyebaran wabah membuat semua pihak bergerak termasuk para influencer. Berbagai
tips, cara menanggulangi hingga proses bila benar-benar punya gejala tersebut.
Masyarakat tinggal menghubungi kontak tersebut.
Internet seakan menghubungkan semuanya, bahkan
mengetahui segala informasi dengan cepat. Hanya saja ada begitu banyak sisi
kelam yang dimanfaatkan oleh mereka tak bertanggung jawab. Penyebar hoaks, para
pembuat berita yang menggunakan ilmu cocoklogi hingga mengubar privasi pasien.
Seakan membuat semua orang menjadi begitu
paranoid, informasi yang terlalu banyak seakan membuat sebuah informasi jadi
ambigu. Kini tugas semua pihak memerangi informasi tak valid tersebut,
menghilangkan paranoid dan kegelisahan masyarakat modern dari konten hoaks. Yuk
sama-sama perangi!!
Bagaimana Internet Bisa Membantu Umat Manusia
dari Wabah?
Jaringan fiber optik tertanam hingga ribuan
meter di dalam laut, memancarkan sinar berkecepatan gamma yang mampu membawa
jutaan dalam setiap detiknya. Berita up to date dengan mudah bisa kita
dapatkan, informasi ini jadi acuan pemerintah, swasta hingga masyarakat. Apa
tindakan yang harus dilakukan ke depan.
Saat wabah mulai menyebar di China daratan,
setiap negara sudah mulai-mulai mendapatkan informasi. Bagaimana jenis virus,
dampak buat ekonomi, dan kestabilan sebuah negara. Semua daya tersebut didapatkan
sebuah negara dan perusahaan di dunia melalui internet, mereka sudah
mempersiapkan segala kemungkinan terburuk.
Bila tak ada internet, proses informasi dan penanggulangan
akan berlangsung begitu lama. Bahkan istilah-istilah tertentu hanya diketahui
oleh segelintir orang saja. Itulah yang terjadi seabad silam, mereka yang
selamat dari wabah Flu Spanyol adalah kalangan bangsawan dan pejabat negara
kelas atas. Masyarakat akan teredukasi dan bisa menghindari dan memperkecil
korban jiwa. Angka jutaan korban pun tak terulang lagi.
Internet Mampu Menghubungkan Manusia dengan
Dunia Medis
Hampir seluruh negara di dunia telah mencapai
Revolusi Industri 4.0, semuanya seakan bisa terhubung secara digital. Negara
maju bahkan sudah memploklamirkan industri yang lebih modern salah satunya Jepang,
konsep industri tersebut dikenal dengan Society 5.0.
Society 5.0 memberikan peran manusia sebagai kontrol
utama di dalam teknologi. Bila dulunya pekerjaan dilakukan secara all by
oneself, di Society 5.0 mengarah pada network assisted. Selain itu
pekerjaan yang sifatnya terlalu umum seakan mulai tergantikan dengan teknologi
yang lebih aman. Semuanya terhubung
dengan Internet of Things (IoT) yang mengontrol seluruh benda yang ada
di sekitar kita.
Society 5.0 memberikan peran manusia sebagai kontrol
utama di dalam teknologi. Bila dulunya pekerjaan dilakukan secara all by
oneself, di Society 5.0 mengarah pada network assisted. Selain itu
pekerjaan yang sifatnya terlalu umum seakan mulai tergantikan dengan teknologi
yang lebih aman. Semuanya terhubung
dengan Internet of Things (IoT) yang mengontrol seluruh benda yang ada
di sekitar kita.
Ada beragam sektor mengalami disrupsi yang menyesuaikan
konsep Society 5.0. Bidang tersebut dimulai dari transportasi, kesehatan,
logistik, pertanian, konstruksi, keuangan, hingga ketenagakerjaan. Semuanya
akan memecahkan masalah manusia, menyatukan perbedaan, bersifat desentralisasi,
dan ramah lingkungan.
Bidang lainnya yang mengalami disrupsi adalah bidang
kesehatan. Jepang terkenal dengan jumlah angka harapan hidup yang tinggi. Di
satu sisi itu tanda sebuah negara makmur, hanya saja jumlah masyarakat tua
rentan terserang berbagai penyakit pasti tidak sedikit. Masyarakat yang berusia
lanjut punya mobilitas yang terbatas, sangat sulit bagi mereka pergi ke klinik
atau rumah sakit untuk berobat. Belum lagi administrasi yang berbelit-belit
membuat banyak orang urung ke sana.
Kehadiran
Society 5.0 membantu
para orang tua bisa berobat dengan mudah dari jarak jauh
melalui perangkat komputer pada dokter yang ia tuju. Dokter pun punya semua
data biometrik berbentuk Big Data milik si pasiennya, mulai dari riwayat
penyakit hingga data kemungkinan penyakit yang dimiliki si pasien. Sehingga ia
bisa mengetahui keluhan penyakit si pasien dengan cepat. Proses analisa
penyakit si pasien dilakukan dengan Deep Learning dan Machine
Learning untuk proses diagnosis
lebih cepat dan tepat.
Bila butuh penanganan lebih lanjut, barulah akan ada
kendaraan autonom
yang akan menjemput pasien secara mandiri hingga ke rumah sakit. Obat dari
resep dokter akan dikirimkan menggunakan
Drone setelah pasien tiba di rumah. Bagi pasien yang ingin berkonsultasi
atau bahkan proses operasi akan melibatkan Virtual Reality. Cara ini
dinilai lebih tepat dalam mendiagnosis
bagian yang perlu dioperasi oleh dokter. Kemudian pasien tidak perlu
kebingungan lagi saat menunggu resep yang akan diantarkan langsung ke rumah via
Drone.
Bahkan dengan Society mampu mengetahui penderita yang
terdeteksi pasien yang terpapar oleh virus. Kepada siapa saja kontak terakhir secara
langsung, itu dilakukan dengan Internet of Things pada perangkat yang
digunakan. Data tersebut menjadi acuan mana pasien terduga (suspect), ODP
(Orang Dalam Pemantauan), dan PDP (Pasien Dalam Pantauan).
Cara ini dinilai mampu melacak penyebaran virus dengan
lebih cepat, tanpa harus menjangkau semua daerah secara luas. Tanpa harus
melakukan lockdown secara menyeluruh yang berdampak pada ekonomi
masyarakat. Lalu internet bisa memberikan informasi dan transparansi khususnya
keberadaan virus. Masyarakat yang berada di dekat lokasi akan diinformasikan
dan menjauhi lokasi penyebaran virus. Serta bisa dengan mudah dilakukan proses
penyemprotan desinfektan.
Cara ini dinilai cukup efektif, mampu menekan jumlah
korban dan bahkan bisa mengurangi penumpukan orang yang terinfeksi di rumah
sakit. Peran internet sangat krusial, inilah yang membuat manusia modern belajar
dari pengalaman pelik di masa lalu. Bahkan mempersiapkan diri di masa depan
dengan ancaman serupa serta peduli bahkan kesehatan lebih berharga dan penting
dari segalanya.
Semoga postingan ini memberikan inspirasi untuk kita
semua, Stay Clean and Stay Healty Guys…
0 komentar:
Post a Comment