Wednesday, May 13, 2020

Halving, Cara Menekan Produksi Bitcoin

Tahun 2020 menjadi tahun ke-11 setelah kemunculan Bitcoin di awal tahun 2009. Gebrakan setelahnya kini menghadirkan beragam mata uang kripto dan perkembangan Blockchain yang sangat signifikan. Hingga akhirnya di akhir tahun 2017, terjadi istilah On The Moon pada BTC.

Minat orang akan tertarik dan membeli BTC dan Altcoin lainnya meningkat, meskipun anomali itu hanya berlangsung sejenak. Secara tak langsung mata uang kripto jadi salah satu opsi masyarakat sebagai alat pembayaran selain uang fiat. Bahkan dianggap sebagai instrumen alternatif dalam berinvestasi, serta konsep dasar kripto yang menggunakan Blockchain sudah banyak diadopsikan.


Awal mulanya Bitcoin hadir pada tanggal 3 Januari 2009, pengembangnya sendiri adalah salah seorang ahli jaringan Satoshi Nakamoto. Namun ada beberapa sumber yang mengatakan sang penemu adalah nama fiktif yang dibuat oleh pakar IT dan geek setelah riset panjangnya selama 2 tahun.
Buah pikir dari sejumlah ahli tersebut berhasil mengembangkan sistem uang virtual model baru yang tidak punya ikatan dengan siapa pun. Sehingga lahir sebuah persepsi baru dalam transaksi online termasuk tujuannya dalam mencari keuntungan dan kepercayaan pengguna di dalamnya.
Sifatnya yang tidak bisa diatur oleh siapa pun baik pemerintah ataupun bank sentral menegaskan Bitcoin lebih stabil dan cukup bermodal gadget dan koneksi internet. Bitcoin ada karena keresahan masyarakat terhadap mata uang konvensional yang mengalami gejolak saat resesi ekonomi dunia tak menentu pada tahun 2008 yang terjadi di USA dan Eropa.

Bagi sejumlah pakar dan geek di dunia IT menganggap pemerintah lalai yang berakibat dengan gejolak ekonomi. Apalagi sistem finansial yang dipenuhi orang-orang yang mencari keuntungan pribadi dan menguntungkan pihak pemangku jabatan dan konglomerat semata. Saat ekonomi jeblok, mereka menutup mata dan sangat berdampak buat masyarakat kecil yang kehilangan nilai dari sebuah uang.

Bitcoin jadi juru selamat serta alternatif bagi mereka yang tidak mempercayai pemerintah, bank pusat, dan institusi pihak ketiga untuk menjaga nilai mata uang. Bentuk dari Bitcoin berbeda dengan mata uang konvensional umumnya, hanya berbentuk file dengan kode rumit dan unik di dalamnya. Bahkan kode Hash tersebut sulit diretas karena berdasarkan kombinasi huruf dan angka yang cukup panjang.

Yuk Kenalan dengan Halving Bitcoin
Bitcoin sengaja diciptakan dengan proses menyerupai  tambang emas. Setiap penambang harus menggunakan komputer canggih untuk bisa menguraikan matematika kompleks, menemukan block baru dari Bitcoin. Reward sebagai apresiasi yang didapatkan oleh pengguna adalah hadiah berupa sejumlah Bitcoin.
Halving merujuk pada pengurangan jumlah pasokan BTC yang ada di pasar hingga separuh setiap 4 tahun sekali. Saat ini jumlah yang ditambang sebanyak 18.377.000, jumlah tersebut makin berkurang hingga mencapai masa akhir produksi yaitu 21 juta unit. Halving pun terjadi saat 210.000 block berhasil ditambang oleh para miner.

Beda dengan konsep mata uang fiat yang kita gunakan saat ini, BTC jumlah terbatas dan sudah dikunci pada block sebelum meluncur. Bahkan jauh sebelum diluncurkan di pasar, ia sudah diatur jumlahnya sebanyak 21 juta. Bila mata uang fiat bisa dicetak kapan saja oleh negara dan tak jarang berdampak pada inflasi pada ekonomi sulit seperti saat ini.

Jumlah uang yang beredar jauh lebih banyak dibandingkan dengan permintaan, inilah yang tidak terjadi di BTC dan Altcoin lainnya. Konsep keseluruhan dari mata uang kripto layaknya emas tapi dalam bentuk digital. Jumlahnya tidak akan bertambah bahkan akan terus naik seiring dengan bertambahnya permintaan.

Apa itu block pada Blockchain?
Nah.. bagi yang belum tahu block adalah rantai yang dibutuhkan dalam menambang BTC. Saat ini jumlah terus berkurang hanya ada 6,25 BTC setiap block dari sebelumnya 12,5 BTC. Proses menghasilkan block pun berlangsung setiap 10 menit sekali dan 6 kali dalam sejam. Itu artinya ada sebanyak 144 block yang dihasilkan sehari dengan jumlah BTC sebanyak 900 BTC. Jauh menurun dari sebelumnya mencapai 1.800 BTC.
Awal mulanya hadiah dari setiap 1 block adalah 50 BTC, menjadi 25 BTC/block pada Halving pertama, Kemudiann pada Halving kedua dari  25 BTC/block, menjadi 12,5 BTC/block dan kini pada Halving ketiga jumlah dalam 1 block hanya 12,5 BTC menjadi hanya 6,25 BTC/block. Angka tersebut makin turun seiring dengan bertambahnya sirkulasi Bitcoin hingga maksimal Bitcoin habis yaitu 21 juta di tahun 2140 atau sekitar 120 tahun mendatang. Dengan jumlah seperti itu tidak akan terjadi inflasi mengingat jumlahnya yang dibatasi.
Kini Bitcoin sudah mengalami tiga kali Halving sejak pertama kali diluncurkan di tahun 2009 pada sistem Blockchain. Jumlah yang terus menyusut dan proses penambangan yang makin sulit sudah pasti membuat jumlah Bitcoin semakin langka dan berharga. Diibaratkan ibarat emas yang tertimbun di dalam sebuah tambang emas, makin lama prosesnya makin sulit bahkan melibatkan alat-alat canggih.

Pada proses menambang virtual berbeda halnya dengan menambang di dunia nyata, peralatan yang digunakan adalah komputer. Jumlahnya yang makin terbatas pun membuat proses mendapatkannya jadi lebih sulit dan pada setelah Halving ketiga makin sulit. Sudah pasti dibutuhkan sumber daya yang optimal dalam mendapatkan BTC khususnya buat para miner.

Mengapa Halving penting dilakukan?
Halving dianggap sebagai salah satu proses dalam dunia kripto khususnya yang jumlahnya yang terbatas. Salah satunya adalah BTC, jumlahnya terbatas secara tak langsung mampu menekan jumlah inflasi. Jumlahnya terbatas tersebut otomatis membuat biaya makin lebih mahal dari waktu ke waktu.
Adanya Halving seakan mengukur kenaikan harga dari BTC dari sebelumnya, apalagi dalam berapa tahun terakhir harga BTC cenderung bak roller coster. Setelah sempat booming di akhir tahun 2017, pamornya tak segemerlap dulu. Mulai dari pelarangan di sejumlah negara hingga kasus pencurian BTC milik pengguna di sejumlah Marketplace seperti Mt. GOX.

Setelah sebelumnya sudah melakukan proses Halving, biasanya harga dari BTC merangkak naik. Ini pun bisa memangkas biaya dari miner yang sering merugi. Proses Retrace (harga berbalik arah) pun siklus tertentu dan setelah Halving sering terjadi. Seperti yang terjadi di tahun 2013 dan 2017 atau tepatnya setelah setahun Halving.

Halving saat ini dianggap waktu yang cukup tepat karena terjadi resesi ekonomi akibat pandemi. Harga digital aset mendadak jatuh hingga 40% karena minimnya transaksi. Ini jadi momentum yang tepat bahwa kripto jadi alat pembayaran dan investasi yang tepat buat penggunanya. Halving pun juga meningkatkan kembali harga BTC yang sempat terpuruk di akhir Bulan Maret 2020.

Sebagai acuan, sebelum Halving berlangsung harga BTC punya inflasi terhadap dolar US sebesar 3,68% setiap tahunnya. Adanya Halving diperkirakan inflasi bisa ditekan bahkan separuhnya yaitu 1,8%. Ini pun membuat beban para miner, investor, dan pelaku mata uang kripto bisa nyaman dan aman dalam menyimpan asetnya tersebut. Apalagi saat kepanikan pasar sering terjadi aksi jual.

Ada sejumlah kabar positif setelah Halving di dua periode sebelumnya, harga BTC merangkak naik bahkan sampai 3.000%.  Asumsinya saat tulisan ini ditulis harga BTC adalah US$ 8.500. Maka nilainya bisa mencapai US$ 250.000 atau setara (Rp 3,8 miliar). Bisanya lonjakannya terjadi setahun setelahnya, bagaimana menurut Anda?

Teknologi Mutakhir dalam Menambang BTC
Mungkin dulunya proses menambang BTC bisa menggunakan komputer CPU dan GPU, iya mungkin itu 10 tahun silam saat BTC masih belum berharga dan pemecahan kode tak serumit sekarang. Bermodal komputer rumahan kalian bisa mendapatkan BTC.

Tapi tidak untuk kini, butuh komputer super dengan metode ASIC (Application-Specific Integrated Circuit). Biaya yang dikeluarkan sudah pasti mahal karena membutuhkan kartu grafis khusus, pembangkit listrik khusus hingga proses perawatan komputer agar bisa mendapatkan pundi-pundi BTC hasil tambang. Pastinya risikonya besar namun punya keuntungan besar mengingat jumlah yang makin terbatas.
Event Halving dianggap sebagai waktu yang cukup tepat dalam menyeleksi para miner yang punya peralatan mutakhir. Mungkin yang peralatan sederhana begitu kasihan karena tidak mendapatkan keuntungan besar dan bahkan butuh waktu bertahun-tahun. Bila sebagai pembanding, komputer paling canggih saat ini saja butuh waktu puluhan bahkan ratusan untuk bisa mendapatkan satu Block BTC.

Itu artinya hanya miner yang serius dan bermodal besar layak berada di garda terdepan dalam proses menambang. Proses komputasi dan pemecahan kode makin rumit, dibutuhkan miner yang berpengalaman. Termasuk mampu menghitung biaya produksi dan laba yang didapatkan. Sekaligus membuat miner tetap untuk, apalagi Halving kali ini terjadi di tengah gejolak dan resesi dari pandemi.

Konsep Dasar dari Mining BTC
Bisa dikatakan para miner punya peran besar di dunia kripto, mereka levelnya setara dengan investor. Alasannya karena butuh sumber daya modal dan energi dalam mendapatkan BTC. Selain itu mereka harus berhitung akan untung dan ruginya, tak jarang banyak yang rugi karena beberapa faktor.

Misalnya saja saat BTC booming, banyak yang bersedia menjadi miner dengan modal sendiri dengan berharap untung besar. Saat harganya jatuh, barulah saat itu banyak miner yang mundur teratur. Dibutuhkan edukasi dalam menjadi miner termasuk konsep dasar yang harus dipegang teguh.
Apalagi saat harganya naik di akhir tahun 2017 silam, banyak miner yang mencoba peruntukannya di dunia kripto termasuk menambang BTC. Setelah peristiwa Halving nantinya, ada banyak yang harus meninggalkan Network, salah satunya peralatan tambang yang tak memadai lagi. Itu artinya daya komputasi akan berkurang drastis, sama halnya dengan block yang dihasilkan.

Meskipun berkurang, proses menambang jauh lebih sulit dan menantang karena butuh peralatan yang lebih canggih. Sudah pasti terjadi penurunan Hashrate Network Bitcoin dan juga proses konfirmasi transaksi akan jauh lebih lama. Memang secara tak langsung setelah Halving terjadi sedikit penurunan, ibarat seleksi alam terhadap para miner di masa depan.

Ada konsep dasar yang diterapkan buat para miner BTC, pertama kali adalah mengenai transaksi baru. Nantinya informasi tersebut dikirim ke semua Node (komputer) lainnya yang ada di Network BTC, perannya dengan membuat kontribusi untuk proses mining keseluruhan. Informasi transaksi ini disimpan secara lokal, dan miner mendapatkan imbalan karena menerbitkan blok transaksi ini di Blockchain.

Nah.. para miner pun menyumbangkan daya komputasi mereka dalam menyelesaikan tantangan yang membutuhkan pemrosesan tinggi. Hadiah yang didapat seorang miner karena berhasil menerbitkan transaksi tergantung reward block. Apalagi setelah Halving jumlah yang dihasilkan berkurang dan kini jadi 6,25 BTC/Block.

Sejarah Panjang Halving dan Kelanjutannya
Ada jalan panjang harus dirintis oleh BTC hingga menjadi digital aset pertama dan paling populer di jagat kripto. Salah satunya adalah jumlah pengguna dan kepercayaannya, ada begitu banyak digital aset yang lahir dan sebagian besar konsepnya tidak jelas. Alhasil kurang dipercaya oleh investor, BTC bak sebuah pengecualian dan menjadi nama pertama yang diketahui oleh awam sekalipun.
Halving pertama dimulai pada 28 November 2012 atau hampir 4 tahun setelah BTC pertama kali meluncur di awal tahun 2009. Harga BTC kala itu cukup murah yaitu US$ 12, hingga akhirnya menguat dalam waktu 6 bulan hingga 1025% menjadi US$ 125/BTC.

Berlanjut pada Halving kedua yang berlangsung pada 9 Juli 2016, kala itu harga BTC berkisar di angka US$650 atau naik cukup jauh hingga 5400% setelah Halving pertama. Memang tanda-tanda itu terlihat jelas beberapa bulan sebelumnya, yang mana harganya dulu hanya US$380.

Puncak besarnya terjadi di akhir tahun 2017, harganya seakan meroket tidak masuk akal hingga menyentuh US$20.000. Memang itulah rekor dan setelah itu sulit terulang kembali. Halving yang ketiga memberi secercah harapan. Bila mengutip pada Halving sebelumnya, kenaikan BTC cukup mengejutkan dan bahkan membuat semua pihak yang berkecimpung melebarkan senyumnya.

Bagaimana tidak, pasca Halving harganya meroket naik hingga 3000%. Memang masih diragukan karena hanya merujuk pada masa lalu. Namun bila bisa terjadi, andai saja diasumsikan saat ini harganya adalah US$ 8.500. Maka nilainya bisa mencapai US$ 250.000 atau setara (Rp 3,8 miliar). Menakjubkan bukan?

Masa Depan Bitcoin Pasca Halving
Setelah proses Halving, ini menjadi harapan baru buat BTC yang selama ini cenderung fluktuatif harga. Apalagi ada banyak kasus dan stigma buruk yang melekat buat BTC selama ini. Itu belum lagi nasib miner yang harus untung-untungan di tengah ketidakpastian tersebut. Adanya Event Halving ibarat sebuah kabar baik sekaligus membuat BTC kembali berharga.
Pengurangan block berdampak pada daya saing, serta Halving pun sudah masuk dalam agenda wajib yang ada pada Whitepaper saat BTC pertama meluncur. Transaksi yang dibutuhkan jadi lebih lama dan pasokannya jadi lebih sedikit di tambah permintaan konstan. Secara matematis itu berdampak pada harga yang merangkak naik.

Itulah sejumlah pembahasan singkat mengenai Halving dan peluang menarik yang BTC berikan. Bagaimana menurut Anda, tertarik berkecimpung di dalamnya? Apakah sebagai miner atau investor, semua tergantung dengan modal dan keberanian membaca pasar.

Semoga tulisan ini memberikan pengetahuan dan inspirasi, Have a Nice Days.

Share:

1 comment:

  1. artikel yang sangat bermanfaat, biasanya jarang sekali membaca seluruh artikel, tapi kali ini saya terpaksa harus membaca seluruh artikel ini karena isinya menarik

    ReplyDelete

Kenalan Blogger

My photo
Blogger & Part Time Writer EDM Observer