Selaku makhluk sosial, manusia sangat butuh interaksi.
Setiap harinya manusia menganggap interaksi dengan manusia lainnya dalam
menjalankan hidup. Model interaksi yang dijalankan pun beragam, mulai dari
interaksi sekadar bercakap-cakap hingga perjanjian besar yang melibatkan kepala
negara. Semuanya ada porsinya masing-masing, tapi pandemi membuyarkan semuanya.
Ini semua di luar dugaan semua pihak, bisa dikatakan
tahun 2020 terjadi anomali tak biasa. Mau tak mau manusia harus beradaptasi dalam
aktivitas The New Normal tersebut. Manusia mencoba berpikir solusi
terbaik agar tetap bisa berkomunikasi dengan manusia lainnya. Teknologi adalah
nyawa terakhir yang membantu manusia dalam solusi komunikasi modern.
Pandemi memberikan sesuatu yang baru dalam berkomunikasi,
membuat manusia jadi lebih fleksibel. Salah satunya adanya video call,
teknologi yang sudah dikembangkan sebelum PD II pecah. Mengalami pembaruan secara
terus-menerus setiap dekadenya hingga era laptop di 2000-an dan ponsel pintar
mendominasi di era 2010-an.
Aplikasi seperti Skype, Facetime, Cisco Webex, dan
Microsoft Teams lahir terlebih dahulu meramaikan fitur video call
conference. Kini Zoom yang paling eksis, berkat kemudahan fitur ditawarkan dan
kombinasi pandemi. Zoom seakan merasakan durian runtuh tersebut, harga saham
dan pengguna naik drastis. Ini selaras dengan Work From Home semenjak
pandemi mendera dan bahkan akan terus berlanjut di masa depan.
Ini seakan
membentuk sebuah pola baru dalam berinteraksi. Manusia yang sebelumnya ingin ribet
dalam hal pertemuan sederhana hingga pertemuan besar kantor. Tubuh harus merasakan
lelahnya terjebak di jalan raya, hal terburuk adalah saat rapat tanpa
kesimpulan jelas setelah panjang lebar. Semakin berlarut-larut yang berlangsung
lagi esok atau pekan depan. Kini telekonferensi jadi sebuah juru selamat.
Apalagi pertemuan jarak jauh yang memakan biaya besar dan
waktu tempuh lama. Kini video call begitu populer, bukan hanya sebatas
pelepas rindu dua orang sejoli yang terpisah jauh tapi rapat sebuah perusahaan
multinasional. Memang pandemi mematikan sejumlah sektor yang mendukung
mobilitas manusia sebelum harus #dirumahaja.
Apa sih Telekonferensi? Yuk Cari Tahu!!
Bagi yang belum tahu telekonferensi itu terkait dengan
pertemuan dua orang dan bahkan lebih dengan menggunakan jaringan telepon dan
koneksi internet. Tujuan utamanya adalah rapat dalam sebuah direksi, organisasi,
hingga perusahaan besar.
Alat komunikasi terus berkembang dan kini ada banyak
perusahaan yang mengembangkan konsep aplikasi berbasis telekonferensi.
Menyediakan berbagai keperluan mulai dari audio, video, hingga perekaman
beresolusi tinggi. Jumlahnya pun kini
sudah tak terbatas dalam jumlah besar sehingga siapa saja bisa menjadi anggota rapat.
Mendukung segala jenis konferensi seperti audio, video hingga web konferensi.
Pandemi mengubah cara pandang banyak manusia dalam hal
interaksi sosial dan budaya. Tanda inilah yang harus manusia lakukan dalam
menekan angka penyebaran virus. Memang sulit tapi itulah salah satu cara yang
bisa dilakukan hingga kondisi aman.
Memang manusia tak pernah kehilangan ide dalam mengatasi
suatu masalah, di tengah terbatasnya pertemuan tatap muka tersebut. Lahirlah
ide menyatukan manusia yang ada di rumah masing-masing melalui perangkat
teknologi mereka dan internet. Makin mudah karena ada banyak aplikasi
telekonferensi yang sebelumnya kurang familiar bagi banyak orang. Namun kini
menjadi keharusan untuk diinstal untuk kebutuhan kerja dan bahkan pertemuan
keluarga.
Pandemi dan sektor yang terpukul keras setelahnya
Bila menilik sejumlah sektor yang cukup terpukul khususnya
dengan minimnya pergerakan manusia. Nama seperti sektor transportasi,
perhotelan, dan cafe harus menelan pil pahit atau semua hal itu. Selama ini
rapat identik dengan bepergian ke sana kemari, akan tetapi pandemi mengubah
kebiasaan manusia jadi lebih banyak memulai sesuatu dari rumah. Tak perlu lagi
keluar rumah dan bahkan ada begitu banyak fitur yang bisa digunakan untuk
memudahkan rapat. Telekonferensi hadir menyelamatkan semuanya dari pandemi.
Akan tetapi buruknya adalah media transportasi dari
kendaraan hingga pesawat mulai kehilangan penumpang. Manusia berpikir bahwa
tanpa harus menghabiskan waktu dan tenaga duduk di dalam sebuah kendaraan dan
maskapai. Kini semua bisa dilaksanakan secara digital, memang semua itu tetap
tanpa cela tapi jadi tren baru yang bahkan jadi terus melekat di masa depan.
Bagaimana halnya biaya transportasi, penginapan hingga
menyewa gedung untuk orang-orang tertentu bisa bertemu. Nyatanya rapat hanya
berlangsung selama 30 menit saja bahkan kadang tanpa sebuah keputusan yang
bulat. Pandemi seakan mengubah cara manusia dalam bertemu dan bahkan menghemat
banyak biaya tak penting terpakai percuma. Bahkan bisa lebih bijak dialokasi ke
sektor penting seperti kesehatan dan pertumbuhan ekonomi.
Berhemat Para Pejabat Negara
Selama ini pejabat daerah cukup banyak menghabiskan
perjalanan dinas dan menjadi tradisi dalam menghabiskan uang sebuah instansi.
Biaya yang negara keluarkan pun tak sedikit bahkan jadi sektor terbesar. Cukup
saja bermodalkan dengan SPPD (Surat Perintah Perjalanan Dinas) atau bahkan kunjungan kerja, para pejabat dinas sudah
bepergian ke luar kota. Biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit dan cukup
banyak menguras posko anggaran sebuah dinas.
Hadirnya pandemi dan beberapa daerah melakukan proses
PSBB itu artinya perjalanan dinas ditiadakan. Anggaran negara pun banyak yang
dialihkan ke posko penanganan bencana COVID-19. Itu artinya untuk sementara
waktu tidak ada yang namanya perjalanan dinas. Negara sedang sulit dan ekonomi
sedang jatuh, agar sistem pemerintahan tetap berjalan adalah dengan efisiensi.
Semuanya dilakukan secara digital termasuk dalam hal
rapat, tidak harus pergi keluar kota. Mau tak mau harus adaptasi dan pastinya
ini berlangsung secara berkelanjutan. Posko dari SPPD yang selama ini jadi
pundi-pundi pemasukan, setelah pandemi bisa digantikan dengan telekonferensi.
Orang dinas yang suka pelesiran harus mengurungkan niatnya, karena
telekonferensi jadi solusi jitu.
Menyambut Era Baru dalam Komunikasi
Pandemi seakan mengubah perilaku masyarakat dalam
bersosialisasi termasuk dalam mengadakan pertemuan. Bila sebelumnya setiap
pertemuan mengharuskan berpakaian rapi, datang ke lokasi hingga mengikuti protokol
pertemuan serba rumit.
Kini hanya bermodal telekonferensi jarak jauh yang bisa
diakses dari perangkat ponsel atau laptop. Bisa saja tanpa pandemi ada banyak
yang acuh dengan platform berbasis telekonferensi. Namun kini semua pihak harus
belajar dalam menggunakannya.
Telekonferensi menjadi cara baru dalam menekan kontak
fisik dan menyatukan jarak. Semua sendi yang sifatnya formal dan nonformal
mencoba menerapkan itu semua. Ada keuntungan yang diberikan khususnya dalam
pemanfaatan teknologi konferensi selama ini. Ada jurang yang begitu besar dan
bahkan kurang diperhatikan, telekonferensi selama ini seperti dikesampingkan
hingga pandemi tiba.
Sebagai gambaran dasar adalah kemampuan perekaman dari webcam
yang ada di laptop dan desktop. Selama hampir 10 tahun terakhir resolusinya
tidak pernah naik dan mentok di 720p. Alasan pabrikan karena sangat jarang
digunakan hingga pandemi datang, kualitas gambar kini coba ditingkat khususnya
desktop dan laptop keluaran terbaru.
Itu belum lagi sejumlah aplikasi penyedia telekonferensi
yang kebanjiran pengguna dalam beberapa bulan terakhir. Zoom dan Microsoft Team
mungkin adalah dua aplikasi yang paling untung banyak, kemampuan bisa memuat
banyak pengguna hingga user friendly.
Baca Juga: Ketiban Durian Runtuh Kala Pandemi
Sebagai contoh adalah Zoom, ada hampir 300 juta pengguna harian yang mana sebelum pandemi datang, hanya
ada 10 juta pengguna harian. Ini ibarat loncatan besar buat Zoom, harga saham
mereka meroket dan mendapatkan keuntungan bersih hanya dalam waktu singkat.
Untuk saat ini sudah ada lebih 30 aplikasi
telekonferensi yang ada saat ini dan terus bertambah karena belum tahu pandemi
kapan berakhir. Pastinya mampu mendukung berapa perangkat OS hingga kualitas
terbaik. Artinya ada begitu banyak yang bersaing dengan fitur yang ditawarkan.
Larangan physical distancing jadi sebuah acuan bahwa video call
jadi obat penawaran rindu, dari level komunitas, organisasi, hingga perusahaan dengan
pemasukan besar.
Memang masih banyak kekurangan yang tak mungkin
tergantikan. Bahkan dianggap hanya sekedar hiburan semata. Karena WFH
memberikan jurang ketidakseriusan dan bahkan tanpa batas kerja. Inilah yang
membuat para pekerja yang kecewa. Bahkan sifat manusia yang gampang jenuh
menjadi polemik karena #dirumahaja.
Telekonferensi bukanlah tanpa cela, tatap mata dan
sentuhan tidak bisa digantikan sepenuhnya. Ada begitu banyak kekurangan yang
harus dihadapi selama proses berlangsung. Mulai dari proses pengaturan yang
rumit seperti audio dan kualitas, peserta yang masih gagap dalam memulai
telekonferensi, hingga kendala peserta yang terganggu sinyalnya. Tidak semua
punya koneksi yang lancar, membuat telekonferensi terganggu. Semua persoalan tersebut
jadi bumbu kala telekonferensi berlangsung.
Kehidupan Baru Setelah Pandemi
Tak ada yang sama setelah pandemi, sebagian besar manusia
dirundung rasa ketakutan cukup besar saat bertemu orang lain. Anggapan buruk
melekat, mulai dari penularan virus khususnya saat kontak di lokasi yang penuh
dengan kerumunan.
Caranya dengan menjaga jarak di setiap berjumpa dengan
orang lain dan bahkan untuk sekaliber rapat lebih nyaman dilakukan secara daring.
Bahkan di grup sosial media Anda bisa ditemukan link berupa kelas daring
hingga rapat daring sesuai pemateri dan waktu. Bahkan pekerja kantoran saja
merasakan namanya bekerja layaknya seorang pekerja lepas bekerja. Ini akan jadi
model baru yang mengandalkan jarak.
WFH bahkan lebih sering terjadi dan pergi ke kantor hanya
urusan mendesak yang tak bisa dilakukan secara digital. Dunia digital khususnya
telekonferensi jadi salah satu cara baru dalam memulai hidup baru. Sebuah
keniscayaan dalam menggunakan smartphone ataupun laptop.
Jika sebelumnya hanya sebatas penunjang seperti lamaran
pekerjaan atau seminar Worldwide, kini pertemuan tingkat dengan
saja sudah menggunakan telekonferensi. Satu sisi bahwa virus membuat manusia
bahkan telekonferensi lebih efektif dan hemat biaya. Buat yang masih gaptek,
segera belajar karena itu sudah menjadi gaya hidup wajib.
Telekonferensi sudah hadir jauh-jauh hari, kini pandemi
seakan memberikan bawa video call lebih dari sekedar dua sejoli atau
teman lama yang terpisah jarak. Ia menawarkan lebih dari hal informal hingga
batas formal kedua kepala negara dan perusahaan global.
Pandemi membuat manusia akan lebih praktis di semua lini,
karena dari rumah semua bisa terhubung dengan manusia lain di belahan dunia
lainnya. Kita berharap pandemi segera berakhir, tapi bukan berarti
telekonferensi diabaikan namun menjadi opsi terbaik dalam menjaga diri dan
membuat manusia lebih betah di rumah.
Semoga
tulisan ini memberikan inspirasi buat Anda semua, Have a Nice Days.
0 komentar:
Post a Comment