Berawal hanya website sederhana menjual aneka buku daring, dalam sekejap Amazon bertransformasi jadi marketplace paling berharga di dunia. Amazon bukan sekedar menjual
barang saja tapi melakukan inovasi tanpa itu. Kunci mereka bertahan dan tumbuh besar....
Jeff Bezos selaku CEO pun sadar bahwa
persaingan di dunia e-commerce semakin
berat. Muncul berbagai pesaing yang siap mengambil pelanggan setia saat sedikit
saja lengah. Itulah yang membuat Amazon berinovasi agar terus menjadi leader di
marketplace dunia. Memang saat ini Amazon menargetkan sejumlah negara maju
sebagai lahannya, beda dengan eBay atau Alibaba yang menargetkan negara
berkembang seperti Indonesia.
Jaringan bisnisnya pun penuh inovasi, saat
marketplace lain bermain dengan perang harga dan bakar duit. Amazon memulainya
dengan perang teknologi, di era Revolusi industri 4.0 sangat dibutuhkan inovasi
yang membuat pengguna puas. Sedikit lebih mahal tidak masalah, ada fitur dan
teknologi membuat pelanggan jadi lebih setia dan tahu bahwa perang harga saja
akan kalang dengan perang teknologi.
Bermula dari Menjual Buku
Mungkin menjual buku dan sukses sedikit
terdengar janggal, bagaimana dari menjual buku dengan harga murah di internet
mampu menghasilkan bisnis marketplace di dunia. Bahkan sang CEO dinobatkan
sebagai orang terkaya di jagat saat ini.
Itulah yang menjadi awal mula Jeff Bezos
terkenal, kecintaannya pada buku dan menggabungkannya dengan internet ternyata
berbuah manis. Saat era website dengan nama dot-com booming di akhir
90-an, Amazon salah satunya yang ada di sana. Meskipun hanya dot-com bubble,
Amazon berhasil mencuri hati pengguna akan masa depan internet di masa depan.
Website atau perusahaan yang tidak jelas
konsepnya satu persatu harus gugur, sedangkan Amazon tetap pada prinsip menjual
buku dengan harga murah. Alhasil saat dot-com dianggap sebuah kewajaran
seperti kini, nama Amazon melambung jauh ke angkasa bahkan menjadi perusahaan
dengan valuasi besar semenjak melantai di NASDAQ tahun 1997.
Menggabungkan ide toko buku dan internet
terdengar sebuah lelucon konyol, tapi nyata Bezos mampu mewujudkannya. Bermodal
dengan kemampuan matematika dan programmingnya saat mengambil jurusan komputer
sains di Princeton University. Visi dan misinya tajam dalam melihat peluang
bisnis kala itu yang masih mengandalkan penjualan secara offline, menjual
buku secara daring pasti jadi daya tarik.
Internet dianggap sebuah revolusi baru dalam
proses berbelanja dan berbisnis di masa depan. Hingga akhirnya bisnis di bidang
menjual buku jadi arah lanjutan ke bisnis yang lebih beragam. Kepercayaan
inilah yang membuat Amazon tak berhenti menjual buku fisik saja, kini mereka
berhasil menciptakan Kindle sebagai e-Reader pengganti buku. Itu semua hadir
berkat buku fisik akan tergantikan dengan e-Reader.
Mengapa Amazon Bisa Sukses Besar?
Saat awal berdiri, Amazon tidak sendirian
karena sudah ada Walmart yang berdiri sendirian dan paling dekat usianya adalah
eBay. Pertarungan paling ketat saat awal ledakan dot.com adalah dengan eBay,
sedangkan kini Amazon semakin berkembang dan menjadi pesaing Walmart.
Walmart hanya menang penjualan secara offline,
sedangkan Amazon menang telak di dunia maya. Ia bahkan membuat pesaingnya
tersebut kelimpungan karena penerapan teknologi. Untuk eBay sendiri hanyalah
yang di dalamnya ada lapak dan terjadi transaksi, sedangkan Amazon memiliki
semuanya sendiri tanpa pihak ketiga dari level penyedia, gudang, divisi
pengiriman hingga toko.
Lalu dalam bisnis online yang paling
penting adalah kepercayaan, inilah yang dibangun semenjak awal berdiri. Amazon
menanggung segala kecacatan dan kerusakan pada barang pelanggan. Beda dengan eBay
yang rentan penipuan dan penjual nakal berakibat Anda rugi. Lalu mereka gencar
di internet dan ini membuat penjualan lebih luas ke seluruh dunia, ini yang
membuat Walmart keteteran karena banyak mengandalkan offline.
Terakhir adalah kelebihan Amazon dalam memanjakan
pengguna dengan Gift Card, nantinya bisa ditukarkan dengan sejumlah barang
sesuai harga yang tertera di Gift Card. Tak hanya itu saja, Gift Card bisa
didapatkan dan digunakan dalam berbelanja online dan offline di
setiap retail Amazon. Ini membuat pelanggan tertarik buat mengoleksinya karena
mendapatkan potongan harga, dan tidak ada pada pesaingnya.
Amazon dianggap sukses dalam pengembangan
marketplace sehingga banyak startup dari berbagai negara yang meniru kesuksesan
tersebut. Konsep yang sederhana, menarik pelanggan, dan tentunya mengedepankan
teknologi.
Menjajal Bisnis dengan Teknologi
Kini Amazon terkenal dengan marketplace yang
menjual berbagai produk yang dibutuhkan manusia, program aplikasi, TV berbayar
hingga berbagai teknologi penunjang. Ada sejumlah yang Amazon lakukan untuk
masa depan salah satunya melalui kecerdasan buatan, IoT dan Machine Learning
pada proses kinerja. Ini membuat inovasi baru, bukan hanya sebatas mengirim
barang saja atau diskon gila-gilaan.
Saat banyak marketplace lainnya bermain perang
harga, Amazon malahan jual mahal. Mulai dari membeli gudang di lokasi dengan
harga sangat mahal. Tujuannya adalah pelanggan bisa mendapatkan barang dengan
lebih cepat dan mudah. Memang butuh biaya besar, tapi lama-kelamaan para
kompetitor akan gigit jari dengan kebijakan yang Amazon buat. Inilah yang
membuat mereka begitu digdaya di Amerika.
Kemudian proses bakar duit, selama ini bakar
duit yang dilakukan oleh banyak marketplace adalah dengan memanfaatkan peristiwa
tertentu. Katakan saja Black Friday Sale di Amerika, ada begitu banyak
penawaran harga miring. Ini dimanfaatkan sekali oleh banyak marketplace saat
ini bahkan sudah dikenal bukan hanya di Amerika. Pastinya menguras begitu
banyak dana dari marketplace tersebut, tapi setelah hari itu lewat, trafik
penjualan kembali menurun.
Beda halnya dengan proses bakar duit dalam
konteks teknologi dan pengembangan riset. Ini dianggap punya efek jangka
panjang. Pengguna lama-kelamaan akan merasa betah dengan teknologi, apalagi target
Amazon adalah negara maju yang lebih mengedepankan teknologi dibandingkan
harga.
Inovasi di bidang teknologi yang hadir pun
tidak main-main, mulai dari mempekerjakan robot sebagai staf yang bekerja di
gudang logistik. Tujuannya adalah menekan angka human error serta proses
packing jadi lebih cepat dan rapi. Pengembangan AI dalam dukungan bisnis
yang mampu menekan biaya pada sejumlah sektor dan membuat biaya jadi
terjangkau.
Proses pengantar barang pun sangat modern dan
tidak mengandalkan drone dan bahkan floating warehouse. Tujuannya
mengurangi waktu pengiriman dan tentu saja emisi karbon, selama ini proses
pengantar paket banyak menggunakan bahan bakar fosil. Drone yang dikembangkan
Amazon menggunakan tenaga listrik, mampu membawa beban hingga 3 kg dengan
jangkau hingga 24 km. Penerapan AI sangat kentara pada drone khususnya proses
navigasi hingga sampai ke tujuan.
Penerapan teknologi yang paling menarik
lainnya menurut saya adalah lahirnya Amazon Go. Peran AI, IoT hingga proses
pembayaran peer to peer dimulai di sini. Tidak butuh lagi berbagai
pelayan dan kasir yang harus berjaga di toko tersebut. Ini sangat cocok dengan
masa pandemi karena bisa mengurangi interaksi antara kasir dan pelanggan.
Ada begitu banyak sensor yang ada di setiap
sudut untuk mendeteksi pengguna saat masuk ke Amazon Go bertujuan mengetahui
aktivitas belanja. Mesin akan tahu barang apa yang diambil dari rak dan
mendeteksi harga, bila tidak jadi diambil dan diletakkan kembali ke rak, mesin
akan menyadari barang tak jadi di beli. Semua ini mengandalkan Machine Learning
dan sensor cerdas di dalam Amazon Go. Pengguna hanya bermodal mengunduh
aplikasi Amazon Go dan terhubung ke kartu kredit untuk menagih jumlah
belanjaan.
Makin nyaman di rumah saja dengan Amazon Echo,
sebuah speaker yang bertransformasi menjadi sebuah asisten pribadi. Konsep yang
diterapkan menyerupai Alexa yang menangkap suara dari penggunanya, asisten
virtual bertugas mulai dari mengunci rumah secara IoT, asisten pribadi hingga
sebagai hiburan layaknya Google Asisten.
Nah... uniknya Amazon Echo bisa bekerja sama
dengan Amazon Keys khususnya dalam mengantarkan paket hingga ke dalam rumah.
Tak hanya pilihan mengantarkan dengan drone, Amazon menciptakan Amazon Key
khususnya mengantarkan paket saat tidak ada orang di rumah. Nantinya akan ada
fitur Amazon Key yang terpasang di pintu rumah, pengantar paket bisa membuka
rumah pelanggan dan meletakan pada tempat yang aman.
Bahkan bisa membuka pintu rumah dengan
menggunakan Smart Key Home, siapa saja bisa mengakses rumah Anda dan
kita bisa melakukan tracking. Bahkan mengunci rumah dari jarak jauh, Artinya
Amazon sudah menerapkan konsep Smart Home dan IoT dalam pengembangan
bisnisnya.
Inovasi di bidang Cloud melalui Amazon Web
Services
Layanan Cloud Computing sangatlah besar
prospeknya di masa depan, kita pun sudah memasuki era Big Data. Amazon pun
tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini dengan gebrakannya menciptakan Amazon
Web Service (AWS). Ada banyak pesaing mulai dari Microsoft Azure, Google Cloud
Platform hingga Alibaba Cloud.
Semuanya bersaing mencari pelanggan
sebanyak-banyaknya, ini sebuah alasan karena di masa depan semuanya akan
terhubung dengan internet. Mulai dari menyimpan data pribadi, blog pribadi,
website online shop bahkan website perusahaan ternama. Makin banyak pengguna
otomatis membuat proses akses jadi lebih berat dan lambat, AWS hadir dengan
memberikan penawaran menarik dan buat cloud data pelanggan bisa aman dan
diakses dengan cepat.
AWS tak sebatas itu saja, mereka juga melayani
berbagai hal eksklusif lainnya dari layanan penyimpanan database hingga
jaringan secara kredibel. Ada banyak pengguna yang mempercayakan Amazon dan
mengenyampingkan nama besar cloud computing ternama lainnya.
Di Indonesia sendiri Amazon pun sangat getol
berinvestasi khususnya di bidang Cloud Computing. Meskipun marketplace
Amazon belum ada di tanah air, mereka banyak berinvestasi pada sejumlah startup
potensial tanah air. Hadirnya data center sebagai bentuk Amazon dalam
mengembangkan Cloud Computing di Indonesia. Investasi yang diberikan pun
tidak tanggung-tanggung, hingga mencapai angkan US$ 2,5 miliar atau setara 35
triliun.
Amazon melihat potensi besar khususnya
pengembangan data dan jasa konsultasi perusahaan di tanah air. Mulai dari skala
UKM hingga perusahaan besar serta sektor publik jadi sasaran Amazon. Bagaimana,
menarik bukan yang Amazon lakukan, apalagi melihat bertambahnya pengguna
internet di Indonesia dan aktivitas bisnis. Ini jadi lahan mengembangkan data
dan melihat prospek bisnis yang layak disasar Amazon di masa depan.
Lalu muncul pertanyaan, mengapa Amazon tidak
terjun langsung ke Indonesia?
Indonesia negeri yang unik dan banyak
perusahaan teknologi dunia berpikir dua kali untuk berbisnis di Indonesia,
salah satunya di bidang marketplace dan on-demand service. Alasannya
pertama karena kepercayaan pada startup lokal. Mungkin Anda pernah dengan
kegagalan Uber atau tidak terlalu suksesnya Airbnb di tanah air.
Amazon sadar bila masuk ke Indonesia ia akan
sulit bersaing, beda halnya dengan e-commerce asal China seperti Lazada,
Alibaba, dan Shopee. Semua karena pengaruh pasar dan tentu saja harga, ini
sebuah nilai jual menarik sebuah e-commerce dibandingkan mengedepankan
teknologi. Selain itu daya beli online masih cukup rendah sehingga tidak
terlalu menguntungkan. Terakhir tentu
saja faktor kepuasan jadi target utama Amazon, bukan hanya sebatas perang harga
dalam menarik pelanggan.
Kecerdasan Buatan dan Amazon, Arah Mengubah
Masa Depan
Kecerdasan buatan (AI) dianggap punya peran
besar kin dan masa depan, Amazon sadar bisnisnya tidak hanya terpaku pada satu
bidang usaha saja. Salah satunya yang cukup dikembangkan saat ini adalah konsep
AI pada Amazon Web Services. Ada sejumlah kelebihan dan tentu saja pasar baru
yang hadir di masa depan. Memang saat ini Machine Learning hanya sebagai
simulasi saja, tapi Amazon membuat pengembangan dan kompetisi yang mengasahnya
jadi lebih baik.
Untuk tahun kemarin saja, Amazon menghadirkan
ketiga varian unik mulai dari AWS DeepRacer, AWS DeepLens, dan AWS
DeepComposer. Konsepnya murni untuk penerapan Machine Learning lebih berkembang
di masa depan bahkan ada kompetisi khusus yang melibatkan sejumlah Machine
Learning bertarung.
Baiklah, saya mulai membahas AWS DeepRacer yang
berupa mobil remote kontrol yang secara penuh menggunakan autonomos (mandiri)
berbasis Machine Learning. Kemampuan yang dimiliki adalah kemampuan medeteksi
objek di lintasan, kemampuan kapan menyalip lawan, dan tentu saja mengalahkannya
untuk bisa sampai ke garis finish paling cepat.
AWS DeepRacer adalah mobil balap skala 1/18
yang dirancang untuk menguji model RL dengan membalap di trek fisik.
Menggunakan kamera untuk melihat trek dan model penguat untuk mengontrol
throttle dan kemudi, mobil menunjukkan bagaimana model yang dilatih dalam
lingkungan simulasi dapat ditransfer ke dunia nyata.
Setiap Remote Control akan bersaing satu sama
lain di lintasan yang sudah disediakan. Bahkan proyek ini akan tersedia tahun
ini, menjadi remote control masa depan yang bisa mengontrol dirinya
sendiri. Amazon juga mengadakan kompetisi dan menggandeng Daniel Ricciardo,
Pembalap F1 dari pabrikan Renault dalam mempromosikan AWS DeepRacer.
Kemudian ada juga AWS DeepLens adalah kamera
video aktif dalam pembelajaran pertama di dunia untuk pengembang dari semua
tingkat keterampilan untuk mengembangkan keterampilan pembelajaran mesin mereka
melalui tutorial visi komputer langsung, contoh kode, dan model pra-bangun.
Konsepnya sepenuhnya pada Deep Learning mandiri
bermodal sebuah kamera SageMaker dalam berbagai mendeteksi objek dan aktivitas.
Nantinya kamera Sagemaker akan terhubung pada perangkat komputer Anda dan akan
melakukan proses screening mulai dari objek, makanan, hewan peliharaan,
deteksi wajah dan kepala hingga pengembangan proyek komunitas.
Buat yang masih bingung, contoh sederhananya
adalah berikut, katakan saja Anda punya hewan peliharaan seperti kucing.
Aktivitasnya memang sulit ditebak apalagi saat di luar rumah, ia bisa keluar
masuk jendela rumah. Untuk itu, DeepLens bisa mendeteksi wajah dan tentu saja
aktivitasnya, salah satunya akses masuk dari jendela yang bekerja secara IoT.
Bila saja kucing atau hewan lain mencoba
masuk, akan terhalang atau terkunci. Ini membuat pemilik rumah jadi aman. Lalu
aktivitas kucing bisa terekam dan akan masuk ke dalam aplikasi AWS DeepLens.
Menariknya lagi ini bisa membaca aktivitas unik hewan peliharaan Anda dan buat
aman saat sedang bepergian keluar rumah.
Dan teknologi terakhir yang dikembangkan ialah
AWS DeepComposer, alat ini berupa serupa dengan keyboard musikal pada umumnya,
hanya saja ada sentuhan AI di dalamnya. Nantinya proses belajar yang melibatkan
Machine Learning dalam menggabungkan skill kemampuan pengguna dengan keyboard
kemudian hasilnya akan terkoreksi pada aplikasi Amazon.
Genre musiknya pun beragam sesuai selera
pengguna, mulai dari Pop, Rock, Jazz, akustik, dan tentu saja EDM bisa. Prosesnya
adalah dengan memainkan tuts pada keyboard, kemudian nada-nada tersebut akan
tersimpan pada cloud Amazon. Machine Learning pun bisa mengubah nada tersebut
dalam bentuk synth, bass, drum, atau gitar sesuai keinginan pengguna.
Baca juga: AI dan Gebrakan Besarnya di DuniaMusik
Bahkan para musisi bisa membuat kombinasi
berbagai genre hanya dengan model tersebut. Machine Learning akan menyesuaikan
pada keinginan sang musisi sesuai dengan selera. Satu hal lagi yang menurut
saya cukup istimewa adalah semua orang akan menjadi diskriminator (pembeda)
sedangkan AI jadi generator (pengubah) musik sesuai selera kita.
Sudah begitu banyak kolaborasi manusia dengan
AI yang sebelumnya mengandalkan aplikasi khusus, hanya saja Amazon lahir dengan
menggabungkan perangkat fisik (Keyboard) dengan cloud computing milik
mereka. Pengguna bisa mengubah dan menyesuaikan musik sesuai dengan seleranya
tanpa harus repot lagi memproduksi musik, sekaligus bisa bertambah produktif.
Itulah sejumlah yang inovasi yang Amazon
lahirkan, akan lahir beragam pengembangan teknologi dan inovasi yang mereka
berikan. Bahkan Jeff Bezos sering berkata pada direksi dan karyawannya, setiap
30 tahun usia perusahaan sangat berpeluang bangkrut. Apalagi kini usia Amazon
hampir genap 26 tahun dan hanya punya waktu 4 tahun lagi.
Cara bertahan di era modern ialah terus mempelajari
keinginan pelanggan, salah satunyad dengan terus berinovasi dan tentu saja memuaskan
pelanggan, sekaligus memperpanjang kejayaan sebuah perusahaan. Angka 30 tahun kejayaan setelah sebuah perusahaan itu hanya mitos dan Amazon berpeluang mematahkannya.
Semoga tulisan ini memberikan inspirasi dan
akhir kata Have a Nice Days.
0 komentar:
Post a Comment