Siapa sih tak kenal Amazon?
Marketplace dan berbagai gurita bisnis digital
untuk saat ini. Nama besar mereka seakan memberi jalan pemiliknya Jeff Bezos
jadi orang terkaya versi majalah Forbes.
Segala kesuksesan itu tidak datang dalam semalam, butuh proses panjang
hingga sampai ke tahap itu. Uniknya barang yang pertama kali dijual dan
meyakinkan pelanggan ialah buku secara online.
Mungkin menjual buku dan sukses sedikit
terdengar janggal. Tapi Bezos berhasil menggabungkan ide toko buku dan internet
menjadi sebuah marketplace yang menjual beragam buku.
Malahan internet dianggap sebuah revolusi baru
dalam proses berbelanja dan berbisnis di masa depan. Kepercayaan inilah yang
membuat Amazon tak berhenti menjual buku fisik saja, kini mereka berhasil
menciptakan Kindle sebagai e-Reader pengganti buku yang lebih fleksibel.
Hingga akhirnya bisnis di bidang menjual buku
jadi batu loncatan dalam bisnis lanjutan Amazon. Bahkan bisa dikatakan Amazon
sebagai raksasa serba guna, tanda panah A sampai Z menandakan mereka punya
segalanya.
Mengapa Amazon Bisa Sukses Besar?
Saat era website dengan nama dot-com
booming di akhir 90-an, Amazon salah satunya yang ada di sana. Meskipun
hanya dot-com bubble, Amazon berhasil mencuri hati pengguna akan masa
depan internet dan inovasi.
Pada e-commerce, Amazon punya pabrik
sendiri yang memasok sejumlah barang yang mereka punya. Beda dengan
marketplace sebelah yang sifatnya hanya Middle-Man. Ini membuat Amazon
menjamin produk yang sampai ke tangan pelanggan adalah yang terbaik.
Di Amazon Warehouse pun tak main-main, semuanya
sarat dengan teknologi dan AI. Seperti mempekerjakan robot sebagai staf yang
bekerja di gudang logistik. Tujuannya adalah menekan angka human error
serta proses packing jadi lebih cepat dan rapi.
Proses pengantar barang begitu modern dan
tidak mengandalkan tenaga manusia lagi tapi Drone dan bahkan Floating Warehouse
berbasis AI. Tujuannya agar waktu pengiriman dan tentu saja emisi
karbon bisa ditekan.
Meskipun banyak mengantarkan AI, Amazon juga
tetap mengacu pada pelayanan terbaik. Mulai dari kualitas barang, teknologi
yang diberikan hingga kenyamanan pengguna. Memang secara harga Amazon lebih
mahal dari kompetitor, tapi saat semua hal di atas sudah dimiliki. Urusan harga
urusan belakangan.
Itu bisa dibilang hanya satu dari sekian
banyak hal yang Amazon lakukan. Kunci sukses mereka beragam selain sebatas
inovasi saja tapi juga manajemen perusahaan dan kerja yang begitu rapi.
Paling unik adalah sistem rapat minimalis
yaitu istilah rapat dengan dua Pizza. Maksud di sini sangat implisit karena
hanya ada kurang dari 16 orang saja yang terlibat dalam rapat besar Amazon.
Tujuannya adalah supaya ide bisa mudah
terserap dengan baik, selain itu rapat model ini membuat semua peserta rapat
jadi bisa mengeluarkan idenya. Alhasil manajemen Amazon cukup baik dan buat
perusahaan mereka melonjak jauh di lantai saham.
Tentu saja yang paling sering Amazon lakukan
lainnya yakni berani mengambil sikap dan cepat melakukan eksekusi. Saat
pesaingnya masih ragu-ragu, Amazon sudah lebih terjun. Tak heran banyak hal
jadi menjadikan mereka pionir.
Mengapa Amazon Tak Terkenal di Indonesia?
Nama besar Amazon di Amerika dan Eropa seakan
kurang gaungnya di tanah air. Mungkin beberapa perusahaan besar di USA cukup
terkenal di tanah air, tapi Amazon tidak. Malahan yang masih cukup asing, untuk
level e-commerce asing. Nama Shopee, Lazada, Alibaba yang mungkin
terlintas.
Mengapa hal itu bisa terjadi, bahkan secara
produk tak kalah jauh. Malahan Amazon punya banyak kerajaan bisnis di lintas
bidang. Alasan pertama karena faktor iklan, Amazon seakan tidak melirik dan
memasang iklan di pasar tanah air.
Tidak ada iklan di media apa pun itu, karena
tak ada iklan otomatis tidak ada promosi yang ditawarkan. Alhasil impresi tidak
ada dari masyarakat luar. Kalau belanja, mending pakai e-commerce lain
saja.
Permasalahan yang cukup besar lainnya ada
faktor bahasa, Yupss.. Amazon masih menggunakan Bahasa Inggris untuk segala
proses belanjanya. Memang ada divisi AWS yang sudah ada di Indonesia dan punya
website berbahasa Indonesia.
Sedangkan unit bisnis utama seperti e-commerce
masih belum. Padahal ada banyak masyarakat yang melirik atau mencoba-coba
berbelanja di Amazon.
Tak berhenti di situ saja, kendala lainnya
adalah proses pembayaran yang masih mengandalkan kartu kredit Master Card dan
Paypal. Jarang sekali masyarakat yang menggunakan kombinasi pembayaran seperti
itu.
Tak ada pembayaran yang menggunakan bank lokal
atau kartu debit. Bahkan saja ada yang tidak memiliki rekening bank dan lebih
memilih COD. Ini membuat belanja di Amazon hanya itu orang kalangan berduit dan
barang yang dicari tak ada di e-commerce lokal.
Terakhir yang cukup menguji kesabaran adalah
waktu pengiriman. Lokasinya yang jauh dan dikirimkan langsung dari USA membuat
waktu pengiriman bisa sangat lama. Bila yang hanya hitungan hari, kini memakan
waktu dua minggu hingga empat minggu.
Sudah prosesnya sulit, pembayarannya pun
menggunakan kartu kredit, ditambahkan lagi pengiriman yang lama. Berbelanja di
Amazon harus berpikir berulang kali, terkecuali terdesak.
Jadi... apakah Amazon mencoba membuka diri
dengan Indonesia?
Secara peluang bisnis, pangsa Indonesia
sangatlah besar dan menjanjikan. Jumlah penduduk dan penetrasi internet yang
terus bertambah setiap tahunnya tak langsung membuat Amazon langsung
berinvestasi besar.
Memang ada bisnis yang sudah dikembangkan Amazon
yaitu divisi AWS (Amazon Web Service). Bahkan usianya hampir genap dua
tahun dan bisa saja dianggap sebagai awal baru.
Tapi Amazon tidak sembarangan memilih bisnis.
Jumlah penduduk dan penetrasi internet saja tak cukup, mereka juga mempelajari
tingkah laku masyarakat Indonesia.
Untuk bisnis e-commerce, Amazon
menawarkan harga terbaik dengan kualitas terbaik. Mereka seakan memiliki
sendiri pabrik khusus sebelum nantinya disalurkan pada pengguna di seluruh
dunia.
Alhasil lebih mahal dibandingkan pesaingnya,
ini yang tak disuka dari perilaku pengguna tanah air. Mereka suka mengejar
diskon, cash back atau bahkan giveaway. Duit perusahaan e-commerce
banyak dihabiskan dengan cara bakar duit.
Amazon punya prinsip berbeda, mereka lebih
suka mengembangkan teknologi dibandingkan bakar duit hanya memuaskan pengguna.
Ada banyak teknologi yang dilibatkan dalam setiap produk Amazon.
Inilah mengapa Indonesia kurang dilirik dan
diutamakan, apalagi negara kita masih berkembang yang membuat ekonomi belum
semapan negara maju. Sudah pasti daya beli masih rendah, ibaratnya: Lihat aja
tapi beli kaga.
Sangat jarang ada barang mirip di Amazon yang
menjualnya, beda dengan e-commerce umumnya yang menjual barang miring (cost
negative) khususnya dari e-commerce asal China.
Well... tak perlu berkecil hati, Amazon sudah
mengutus AWS di tanah air. Ini sesuai dengan kriteria Indonesia yang sedang
pesatnya membangun bisnis digital yang membutuhkan penyimpanan awan (cloud).
Angkanya investasinya tak main-main, hingga
mencapai angka US$ 2,5 miliar atau setara 35 triliun. Amazon melihat potensi
besar khususnya pengembangan data dan jasa konsultasi perusahaan di tanah air.
Mulai dari skala UKM hingga perusahaan besar
serta sektor publik jadi sasaran Amazon. Bagaimana, menarik bukan yang Amazon
lakukan, apalagi melihat bertambahnya pengguna internet di Indonesia dan
aktivitas bisnis.
Ini jadi lahan mengembangkan data dan melihat
prospek bisnis yang layak disasar Amazon di masa depan. Itu belum lagi startup,
perusahaan digital, hingga konten kreator yang butuh penyimpanan awan.
Saya rasa Amazon selangkah lebih maju dalam
hal ini dibandingkan pesaingnya dari USA yang telah lama menapak di Indonesia. Proses
pengolahan jadi lebih cepat dibandingkan mengandalkan hardware device
yang bisa saja bermasalah atau rusak. Kini tinggal meraut untung ledakan
pengguna cloud di masa depan.
Selain itu yang dijual AWS tak terbatas dengan
layanan cloud saja. AWS juga memberikan layanan penyimpanan dan jaringan.
Bahkan memperkenalkan produk andalan mereka berbasis AI dan Machine Learning
dengan layanan pay-as-you-go dan on demand.
Sejumlah Produk Andalan Amazon yang Tak
populer di Indonesia
Bisa dikatakan hampir semua produk fisik yang Amazon
miliki tidak terlalu terkenal di Indonesia. Bahkan bisa dibilang bukan pangsa
yang empuk melihat kebiasaan dan perilaku.
Produk Amazon yang sudah cukup lama adalah
Kindle, bisa dibilang ini bisnis pertama yang coba dikembangkan sebelum bisnis
lainnya lahir. Berawal dari mengubah buku fisik menjadi buku digital dalam
sebuah Kindle.
Penjualan Kindle di sejumlah negara sangat
signifikan dan banyak orang yang mulai beralih membaca dan membeli buku dengan Kindle.
Tapi di Indonesia, gaungnya kurang dan bahkan tidak terdengar. Membeli
produknya susahnya minta ampun.
Saya pribadi mempunyai Kindle, bentuknya tidak
impresif dan hanya bisa diandalkan buat membaca. Bagi yang tak tahu malah
mengira itu hanyalah sebuah tablet lawas.
Permasalahan lainnya timbul adalah sulitnya
menemukan buku berbahasa Indonesia. Ini bisa jadi membuat minat membeli dan
membaca jadi berkurang. Kalau pun ada, proses mendapatkan bukunya begitu sulit.
Layanan digital streaming pun serupa,
Netflix, HBO, dan Apple Tv mungkin begitu terkenal sedangkan Amazon Prime tidak.
Padahal dari secara kualitas, jumlah tayangan hingga fitur tidak kalah. Malahan
di sejumlah tayangan Amazon Prime unggul.
Terakhir adalah mesin pencari, Amazon seakan
membangun ekosistem digital yang kompleks. Salah satunya adalah Silk Browser,
mesin pencari buatan mereka yang tertanam di produk dari Kindle, Fire HD, dan
Fire TV.
Bekerja sama dengan open source
Chromium milik Google, performa Silk Browser cukup cepat di perangkat milik
Amazon. Bila melihat spesifikasi, perangkat Amazon tidak terlalu bertenaga tapi
mendukung segala sistem yang dijalankan tanpa lag termasuk Silk Browser.
Produk Inovatif Buatan Amazon
Tak berhenti di situ saja, Amazon punya
segudang produk lainnya dan bahkan punya sentuhan teknologi. Mulai dari Amazon
Go selaku konsep swalayan tanpa kasir. Penerapannya juga menggunakan AI, sensor
kamera, dan proses pembayaran peer to peer.
Segala aktivitas belanja akan tercatat di Amazon
Go. Mesin akan tahu barang apa yang diambil dari rak dan mendeteksi harga, bila
tak jadi diambil dan diletakkan kembali ke rak, mesin akan menyadari barang tak
jadi di beli.
Di swalayan Amazon Go, pengguna hanya bermodal
mengunduh aplikasi Amazon Go pada App Store dan terhubung ke kartu kredit untuk
menagih jumlah belanjaan.
Makin nyaman di rumah saja dengan Amazon Echo,
speaker yang bertransformasi jadi asisten pribadi. Amazon Echo menangkap suara
dari penggunanya. Melakukan tugas mulai dari mengunci rumah secara IoT, asisten
pribadi hingga sebagai hiburan layaknya Alexa.
Nah... uniknya Amazon Echo bisa bekerja sama
dengan Amazon Keys khususnya dalam mengantarkan paket hingga ke dalam rumah.
Tak hanya pilihan mengantarkan dengan drone, Amazon menciptakan Amazon Key
khususnya mengantarkan paket saat tidak ada orang di rumah.
Nantinya akan ada fitur Amazon Key yang
terpasang di pintu rumah, pengantar paket bisa membuka rumah pelanggan dan
meletakan pada tempat yang aman.
Bahkan bisa membuka pintu rumah dengan
menggunakan Smart Key Home, siapa saja bisa mengakses rumah Anda dan
kita bisa melakukan tracking. Bahkan mengunci rumah dari jarak jauh, tak
perlu takut lagi rumah lupa terkunci.
Produk Inovatif Masa Depan dari Amazon
Kecerdasan buatan (AI) dianggap punya peran
besar di masa depan. Amazon sadar bisnisnya tidak hanya terpaku pada satu
bidang usaha saja. Salah satunya yang cukup dikembangkan saat ini adalah konsep
AI pada Amazon Web Services.
Ada sejumlah kelebihan dan tentu saja pasar
baru yang hadir di masa depan. Memang saat ini Machine Learning hanya
sebagai simulasi saja, tapi Amazon membuat pengembangan dan kompetisi yang
mengasahnya jadi lebih baik.
Baru-baru ini Amazon menghadirkan ketiga
varian unik yakni AWS DeepRacer, AWS DeepLens, dan AWS DeepComposer. Konsepnya menggunakan
Machine Learning lebih berkembang di masa depan bahkan ada kompetisi
khusus yang melibatkan sejumlah Machine Learning bertarung.
DeepRacer yang berupa mobil remote control
yang full autonomous berbasis Machine Learning. Memiliki kemampuan mendeteksi
objek di lintasan, kapan menyalip lawan, dan tentu saja mengalahkannya untuk
bisa sampai ke garis akhir.
Baca Juga: Tak Ada Kata Berhenti Berinovasi dari Amazon
DeepRacer menggunakan kamera untuk melihat
trek dan model penguat untuk mengontrol keseimbangan dan kemudi. Mobil akan menunjukkan
bagaimana model yang dilatih dalam lingkungan simulasi dapat ditransfer ke
dunia nyata.
Lalu produk lainnya ialah AWS DeepLens, berupa
kamera video aktif dalam pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan
pembelajaran mesin mereka melalui tutorial visi komputer langsung. Contohnya
dalam melatih koding dan model pra-bangun.
Bermodal sebuah kamera SageMaker dalam
berbagai mendeteksi objek dan aktivitas. Nantinya kamera Sagemaker akan
terhubung pada perangkat komputer Anda dan akan melakukan proses screening
mulai dari objek, makanan, hewan peliharaan, deteksi wajah dan kepala hingga
pengembangan proyek komunitas.
Buat yang masih bingung, contoh sederhananya
adalah berikut, katakan saja Anda punya hewan peliharaan seperti kucing.
Aktivitasnya memang sulit ditebak apalagi saat di luar rumah, ia bisa keluar
masuk jendela rumah kapan saja.
Untuk itu, AWS DeepLens bisa mendeteksi wajah
dan tentu saja aktivitasnya hewan peliharaan. Salah satunya akses masuk dari
jendela yang bekerja secara IoT. Mirip konsep Face Recognition pada
perangkat gawai.
Bila saja kucing atau hewan lain mencoba
masuk, akan terhalang atau terkunci. Ini membuat pemilik rumah jadi aman. Segala
aktivitas hewan peliharaan bisa terekam dan akan masuk ke dalam aplikasi AWS
DeepLens.
Teknologi terakhir yang dikembangkan ialah AWS
DeepComposer, alat ini berupa serupa dengan keyboard musikal pada umumnya,
hanya saja ada sentuhan AI di dalamnya.
Proses belajar yang melibatkan Machine
Learning dalam menggabungkan skill pengguna dengan keyboard kemudian
hasilnya akan terkoreksi pada aplikasi Amazon. Sesuai dengan selera dan genre
musik pengguna.
Machine Learning pun bisa mengubah nada tersebut dalam bentuk Synth, bass, drum, atau gitar
sesuai keinginan pengguna. Semua data tersebut akan tersimpan rapi di dalam AWS.
Baca juga: Data Lake, Saat Data Menjadi Berharga
Machine Learning akan menyesuaikan pada keinginan sang musisi sesuai dengan selera. Satu
hal lagi yang menurut saya cukup istimewa adalah semua orang akan menjadi
diskriminator (pembeda) sedangkan AI jadi generator (pengubah) musik sesuai
selera kita.
Sudah begitu banyak kolaborasi manusia dengan
AI yang sebelumnya mengandalkan aplikasi khusus, hanya saja Amazon lahir dengan
menggabungkan perangkat fisik (Keyboard) dengan cloud computing milik
mereka.
Pengguna bisa mengubah dan menyesuaikan musik
sesuai dengan seleranya tanpa harus repot lagi memproduksi musik, sekaligus
bisa bertambah produktif. Teknologi sebanding dengan produktivitas karya.
Unik-unik bukan berbagai inovasi dari Amazon,
rasanya sayang banget bila tidak diketahui masyarakat Indonesia. Di era modern,
berbagai konsep tersebut kemudian besar bisa digunakan dalam mempermudah hidup
atau bisa jadi sarana hiburan.
Semoga tulisan ini membuka cakrawala kita akan
teknologi dan akhir kata, Have a Nice Days.
0 komentar:
Post a Comment