Dalam dua dekade terakhir, jumlah satwa liar yang ada di Indonesia turun drastis. Pembalakan liar dan pembukaan lahan secara serampangan berdampak besar pada menyusutnya keanekaragaman hayati di sejumlah tempat. Itu terjadi terus menerus dan berdampak pada kepunahan.
Dalam beberapa dekade terakhir, terjadi perubahan iklim yang sangat
ekstrem. Berbagai penyebab jadi alasan mengapa iklim terus naik. Jumlah karbon
dan emisi gas rumah kaca meningkat dari tahun ke tahun. Di era modern, banyak
berbagai industri yang membuang emisinya ke alam. Akibat yang terjadi adalah
mengancam sendi kehidupan yang vital dan terancam oleh adanya perubahan iklim
ini adalah keanekaragaman hayati (biodiversitas) dan ekosistem.
Pengaruh perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati spesies flora dan
fauna. Beragam spesies terpengaruh dari perubahan tersebut. Lalu ada juga
perubahan fenologi misalnya saja migrasi burung terjadi lebih awal dan
menyebabkan proses reproduksi terganggu karena telur tidak dapat dibuahi.
Perubahan iklim juga dapat mengubah siklus hidup beberapa hama dan penyakit,
sehingga akan terjadi wabah penyakit.
Ada sejumlah faktor lainnya berupa perubahan interaksi antar spesies, ini
membuat ekosistem tidak berfungsi secara ideal dan membuat beberapa spesies
terancam punah. Serta yang terakhir adalah terjadi laju kepunahan, perubahan
ini akan menimbulkan tekanan yang cukup besar pada semua ekosistem, sehingga
membuatnya semakin penting untuk mempertahankan keragaman alam sebagai alat
untuk beradaptasi.
Indonesia dan Keragaman Hayati yang dimiliki
Sejak dulu Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman
hayati. Namun dalam beberapa dekade terakhir populasi spesies endemi terancam
punah. Menurut data yang dimiliki Badan Pusat Statistika tahun 2017, jenis
satwa yang terancam punah yaitu harimau Sumatera, gajah Sumatera, badak,
banteng, owa, orang utan, bekantan, komodo, jalak bali, maleo, babi rusa, anoa,
elang, tersitus, dan monyet hitam Sulawesi.
Sebagai catatan bahwa, Indonesia jadi negara No. 1 untuk jumlah mamalia
(515 spesies) dan palma (400 spesies), No. 3 untuk reptil (600+ spesies), No. 4
untuk burung (1519 spesies) dan No. 5 untuk amfibi (270 spesies). Itu bisa saja bertambah karena masih ada
sejumlah spesies yang terdata secara keseluruhan.
Rata-rata jumlah dari masing-masing spesies tersebut di bawah 2000 ribu
ekor. Hanya komodo yang tercatat masih ada 5.954 ekor pada tahun 2017. Apabila
tidak di lindungi, maka satwa tersebut bisa terancam punah sepenuhnya pada tahun
yang akan datang.
Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya adalah di samping
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia mempunyai areal tipe
Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan peralihannya. Selain
itu di Indonesia terdapat banyak hewan
dan tumbuhan langka, serta hewan dan tumbuhan endemik.
Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai
macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem
hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem
air tawar, ekosistem air laut, ekosistem sabana, dan lain-lain. Masing-masing
ekosistem ini memiliki keanekaragaman hayati tersendiri.
Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis atau hutan basah,
dicirikan dengan kanopi yang rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang
memanjat), seperti rotan. Tumbuhan khas Indonesia seperti durian, Mangga, dan
Sukun di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi.
Di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa terdapat tumbuhan endemik Rafflesia.
Tumbuhan ini tumbuh di akar atau batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar,
yaitu Tetrastigma. Bagaimana dengan wilayah Indonesia bagian timur?
Apakah jenis tumbuhannya sama? Indonesia bagian timur, tipe hutannya agak
berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian Jaya (Papua) terdapat hutan non-Dipterocarpaceae.
Hutan ini memiliki pohon-pohon sedang, di antaranya beringin, dan matoa. Pohon matoa merupakan
tumbuhan endemik di Irian. Selanjutnya fauna di Indonesia. Hewan-hewan di
Indonesia memiliki tipe Oriental (Kawasan Barat Indonesia) dan Australia
(Kawasan Timur Indonesia) serta peralihan.
Hewan-hewan di bagian Barat Indonesia (Oriental) yang meliputi Sumatera,
Jawa, dan Kalimantan, memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama ada spesies
mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak. Mamalia
berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
Lalu ada berbagai macam kera, misalnya: bekantan, tarsius, orang utan. Terakhir
ada hewan endemik, seperti: badak
bercula satu, binturong, monyet, tarsius, dan kukang. Lalu pada jenis burung
serupa juga misalnya saja jalak bali, elang Jawa, murai mengkilat, elang putih.
Di Papua memiliki hewan mamalia berkantung, misalnya: kanguru, kuskus, dan burung
Cenderawasih. Di Nusa Tenggara, terutama di pulau Komodo, terdapat reptil terbesar
yaitu Komodo.
Bentang alam Indonesia mengikuti Garis Wallacea, Garis Weber dan Garis
Lydekker. Adanya perbedaan ini membuat keanekaragaman hayati menjadi sangat
tinggi. Inilah yang membuat Indonesia Bersama Brazil dan Zaire punya
keanekaragaman hayati yang sangat besar.
Keanekaragaman Hayati, Sumber Pemenuhan Pangan
Saat ini di sebagai wilayah Indonesia sedang mengalami paceklik dan gagal
panen. Membuat masyarakat kesulitan dalam memenuhi pangan serta air bersih. Sumber
daya hayati sering diartikan sebagai modal untuk menghasilkan produk dan jasa
saja. Padahal keanekaragaman hayati mestinya harus merujuk pada aspek
keseluruhan dari sistem penopang kehidupan yaitu mencakup aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
Untuk bisa memenuhi kebutuhan tersebut, tak jarang pemerintah menerapkan
konsep impor bahan baku pangan. Cukup miris memang, negara yang dulu terkenal
dengan swasembada sejumlah bahan pangan kini harus mengimpor sejumlah kebutuhan
penting seperti kedelai, jagung, gandum, bawang putih. Tidak luput berbagai
komoditas buah dan sayur-mayur.
Masalah pangan akan tetap merupakan salah satu tantangan utama pembangunan
mengingat jumlah penduduk yang belum sepenuhnya terkendali. Penganekaragaman
pangan yang diusahakan sejak lama sampai sekarang belum terwujud, sedangkan
sumber pangan yang beraneka ragam diperlukan untuk ketahanan nasional di
Indonesia.
Namun pada kenyataannya berupa kepulauan dan yang kondisi untuk
pertaniannya berbeda-beda. Keanekaragaman hayati yang dimiliki bangsa Indonesia
ini sebenarnya merupakan “emas hijau” yang dapat dimanfaatkan sebagai
alternatif untuk keluar dari kondisi krisis multi dimensi. Namun sayangnya kita
terlantarkan dan bahkan melupakannya.
Nyatanya tentang kenyataan terkini keanekaragaman hayati di Indonesia dari
hasil alam, tambang dan hasil lainnya. Faktor kurangnya pengetahuan dan
ditambah lagi dengan terjadinya perubahan iklim yang berdampak pada penurunan
hasil produksi.
Ancaman kepunahan berbagai spesies keanekaragaman hayati, kerusakan dan
penurunan kualitas kawasan (lingkungan) serta reduksi sumber daya alam hayati
yang terus terjadi harus segera ditangani secara serius. Bila tidak akan
merupakan kerugian yang sangat besar bagi kita dengan hilangnya keanekaragaman
hayati sebagai sumber daya alam dengan nilai ekologi maupun nilai ekonomi serta
nilai-nilai lainnya.
Dalam hal sumberdaya hayati pangan, Indonesia tercatat sebagai kawasan yang
menjadi salah satu pusat persebaran tumbuhan ekonomi dunia. Indonesia bersama
Indo-China merupakan kawasan yang banyak ditemukan kerabat jenis-jenis liar
yang berpotensi ekonomi.
misalnya jenis kelapa, sagu, pisang, durian, rambutan, kecipir, temu lawak,
dan bahkan padi memperlihatkan kisaran keanekaragaman yang besar.
Berikut ini
adalah jenis-jenis yang telah banyak dikenali masyarakat yang memiliki potensi
dan keanekaragamannya terdapat di Indonesia. Variasi kultivar yang dimiliki
setiap jenis merupakan sumber plasma nutfah yang tidak ternilai harganya untuk
kepentingan pengembangan sumber daya pangan lokal untuk pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang pertanian.
Aneka Ubi- ubian, ada sebanyak 300 varietas talas budidaya yang dibedakan
berdasarkan ukuran, bentuk, warna daun, batang, umbi, dan bunga. Di antara
ubi-ubian yang relatif populer adalah ubi jalar. Jenis ini walaupun bukan asli
Indonesia, tetapi sudah membudaya dan menjadi makanan pokok bagi sebagian
kelompok etnis di Indonesia.
Aneka Buah-buahan, Indonesia memang kaya dengan berbagai jenis buah-buahan,
seperti salak, mangga, manggis, durian, rambutan, kepel, belimbing. Durian
misalnya, dari 27 jenis durian yang ada di Sumatra, Kalimantan dan Malaysia, 19
jenis di antaranya ditemukan di Kalimantan, dan baru 6 jenis saja yang
diketahui berpotensi sebagai buah meja. Tanaman buah asli Indonesia lainnya
adalah duku, lansat dan kokosan.
Menjaga Keanekaragaman Tumbuhan, Menjaga Ketahanan Pangan
Kehilangan keanekaragaman hayati sangat erat kaitannya dengan kerusakan lingkungan. Ketidakseimbangan ekosistem menghasilkan bencana dimana-mana. Konversi hutan dan tataguna lahan yang tidak dikelola dengan baik akan membuat menurunnya produktivitas pertanian dan pangan makin merosot.
Jika kondisi demikian tetap belum ada solusinya, maka Indonesia akan tetap
menjadi pengimpor bahan pokok, terutama beras dan terigu terbesar. Ironis
sekali dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimilikinya logikanya
Indonesia akan terbebas dari persoalan pangan.
Sejauh ini, mendorong ketahanan pangan dengan mendiversifikasi sumber
pangan yang berbasis keanekaragaman hayati lokal belum menunjukkan kemajuan
berarti. Di saat ingin lepas dari ketergantungan dengan beras, kita berisiko
tersandera pada sumber pangan impor, yaitu gandum.
Menyeragamkan sumber pangan membuat kita tidak hanya abai terhadap kekayaan
keanekaragaman hayati sebagai potensi sumber pangan, tetapi juga lalai dalam
memanfaatkan kekayaan keragaman bentang alam Indonesia. Hal ini dapat mendorong
terjadinya pengalihan fungsi lahan atau deforestasi, yang sebetulnya mungkin
tidak perlu.
Artinya menjaga pangan tanpa harus merusak hutan, selain itu banyak tumbuhan pangan yang bisa diberdayakan. Tentunya akan ada keberagaman dalam konsumsi pangan dan menjaga ketahanan pangan meskipun dalam kondisi sulit seperti pada pandemi dulu.
Semoga tulisan memberikan inspirasi
untuk kita semua terkait dengan keanekaragaman hayati dan ketahanan pangan.
Akhir kata salam #EcoBloggerSquad
0 komentar:
Post a Comment