Kini sudah 6 tahun lamanya saya menjadi pendamping
UMKM. Waktu yang begitu lama tersebut seakan menjadi pengalaman berharga dalam
hal pembinaan dan pengembangan UMKM. Pada sekian banyak pengalaman tentu saja
yang paling berkesan saat menemukan UMKM paling potensial yang ada di ujung
negeri. Bagi saya, itu bak menemukan permata di dalam lumpur.
Untuk ke sana jelas tak mudah, harus menempuh jarak yang cukup jauh. Lokasi bekerja saya yang berada di daerah tentu saja ada banyak UMKM yang berada di pelosok. Perjalanan yang menempuh jalan berliku dan pastinya untuk bisa menemui berbagai UMKM.
Mulai dari faktor panas dan hujan hingga
persoalan lainnya saat bimbingan. Materi yang saya berikan berupa pengenalan
UMKM, rencana usaha ke depan, sistem keuangan, proposal bisnis, dan
pembiayaan UMKM.
Selama ini perhatiannya masih terbatas karena tidak berhasil dijangkau oleh dinas. Hadirnya pendamping jadi tangan panjang pemerintah dalam menjangkau dan kemudian memberdayakan. Memang saat ini jumlah pendamping UMK tidak sebanding dengan jumlah UMKM yang dibina. Hitungan pendamping UMK di daerah hanya hitungan jari dibandingkan jumlah UMKM yang bisa menyentuh ribuan atau puluhan ribu.
Hanya saja, yang harus digarisbawahi tentu
saja bagaimana mengoptimalkan para pendamping UMK dalam menyasar UMK yang butuh
bantuan dan tetap sasaran. Bahkan bisa jadi UMKM binaan jadi memilik produk
yang mengemuka.
Masalah Utama UMKM
Sulit Berkembang
Indonesia dianggap sebagai negara yang punya
jumlah UMKM terbesar di Asia Tenggara. Ada sebanyak 70 juta UMKM dan sebanyak
22,3 juta sudah on boarding secara digital. Potensi besar ini tentu saja
menjadi sumber utama pendapatan negara hanya berasal dari UMKM.
Hanya saja, UMKM punya segudang masalah pelik.
Saya yang menjadi pendamping UMK merasakan hal tersebut. Ada 3 masalah utama
UMKM hanya jalan di tempat dan tidak mampu naik kelas.
Pertama tentu saja akses terbatas ke pembiayaan.
Di posisi ini, UMKM sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses ke
sumber pembiayaan yang memadai. Bank mungkin cenderung enggan meminjamkan uang
kepada UMKM karena dianggap sebagai risiko yang lebih tinggi.
Faktor kedua tentu saja keterbatasan modal. UMKM
umumnya dimulai dengan modal yang terbatas, yang dapat menjadi hambatan dalam
pengembangan dan pengembangan bisnis. Dana yang terbatas tidak bisa membeli
peralatan pendukung tambahan mempromosikan produk dan menambah pasokan bahan
baku.
Terakhir tentu saja keterbatasan keterampilan. Pemilik UMKM mungkin kurang memiliki pengetahuan manajemen dan keterampilan operasional yang diperlukan untuk mengelola bisnis dengan efisien. Akibatnya mereka bekerja sendiri tanpa rencana yang jelas, jelas saja usaha sulit berpindah pada titik ini.
Di sini ada banyak pihak yang harus terlibat,
tentu saja yang berkaitan dengan UMKM. Apakah dari pendamping, pihak dinas,
swasta hingga tentu saja perbankan. Jumlah UMKM yang besar dan bisa dipoles dan
dikelola dengan benar akan berdampak ke bangsa.
Indonesia pernah mengalaminya saat tahun 1998,
yang menyelamatkan ekonomi kita tentu saja peran UMKM dan kini untuk mencapai
Indonesia Emas di tahun 2045 tentu dengan cara serupa.
Pendekatan dari Hilir, Cara Kenali UMKM
Sebagai ujung tombak dalam mengetahui UMKM yang ada di pelosok, jelas saja pendamping harus mengetahui hilirisasi UMKM. Ada banyak UMKM yang harus didampingi hingga akhirnya bisa naik kelas. Itu bentuk pendekatan utama agar mendapatkan UMKM yang potensial.
Tahapan awal dimulai dengan identifikasi
produk lokal unggulan yang dimiliki UMKM. Tahapan ini dianggap krusial karena
pendamping harus bisa mengenali produk yang dimiliki punya nilai tambah
dibandingkan pesaingnya.
Ada banyak UMKM yang hanya memiliki usaha
hanya karena trend semata atau karena dianggap ikut-ikutan. Ini jelas tidak
baik dan diabaikan dalam proses identifikasi UMKM. Tentunya produk yang
dianggap unggul berupa jenis makanan, kerajinan, tekstil, atau produk lainnya
yang bisa mendeskripsikan wilayah tersebut.
Bila dianggap sudah kenal, kini tinggal bagaimana
caranya agar kualitas produknya meningkat. Sebagai gambar, apalagi dari makanan
harus sudah memiliki NIB, SIUP hingga terverifikasi secara sertifikasi halal.
Proses yang diperbantukan oleh Pendamping UMK seperti saya bahkan hingga
tahapan kepemilikan HAKI dalam legalitas merek usaha.
Tak berhenti di situ saja, peningkatan yang
harus diperbaiki tentu saja dari desain produk dan kemasan khususnya produk
makanan. Bantuan yang bisa pendamping lakukan khususnya pada merancang kemasan
produk yang menarik dan profesional. Kemasan yang menarik dapat membantu produk
lokal bersaing di pasar yang lebih luas. Ini daya tarik karena kemasan bisa mendeskripsikan
brand sebuah produk.
Ini juga selaras dengan bagaimana kemampuan
pemasaran branding, dalam hal ini berupa onboarding digital yang jadi aspek
penentu produk bisa dikenal. Item yang harus dibangun sebuah UMKM tentu saja
mencakup pembuatan logo, identitas merek, dan strategi pemasaran yang efektif.
UMKM Potensial
dan Cara Pengembangannya
Saat ini, ada beragam UMKM yang tersebar di pelosok dari pengalaman saya pribadi. Hanya saja, mereka yang potensial berkembang dan selaras dengan jujur sangat sedikit. Peran pendamping UMK tentu berperan di sini, terutama dalam menghubungkan ke pembiayaan.
Nantinya UMKM yang telah dibina tadi akan
mendapatkan proses pembiayaan berupa modal usaha dengan pinjaman rendah bunga
dan tentu saja investasi modal usaha. Kini pemerintah juga cerdas dalam membina
UMKM, bantuan yang diberikan berupa bantuan alat kerja dan kebutuhan yang
dihitung sesuai kebutuhan.
Serta ada pemantauan rutin yang dilakukan
dalam hal inventaris alat digunakan sesuai dalam pengembangan usaha. Pendamping
dianggap berperan dalam menilai UMKM tersebut layak atau tidak mendapatkan
bantuan karena mereka tahu dan berinteraksi langsung dengan pelaku usaha.
Kelayakan itu tentunya kami sudah punya data,
karena ada banyak penyaluran bantuan yang tidak tepat sasaran. Tugas hilarisasi
dianggap tak sebatas hanya identifikasi dan pendataan saja namun sudah mencakup
aspek pembiayaan dalam pengembangan UMKM.
Potensi Besar BRI
dalam Membangun Negeri
BRI memiliki peran penting dalam memberdayakan
UMKM di Indonesia. Di tahapan ini, BRI butuh tangan panjang yang menjangkau
negeri. Tentunya dengan aset yang besar terutama dalam alokasi terhadap UMKM. Jelas
saja bahwa, ada banyak bantuan yang BRI berikan terutama pada UMKM.
Sejumlah program sudah rutin BRI lakukan pada UKM, mulai dari Pemberian Kredit UMKM. BRI memberikan dukungan finansial melalui program pemberian kredit kepada UMKM berupa penawaran pinjaman dengan suku bunga yang bersaing dan persyaratan yang lebih mudah diakses oleh pelaku usaha.
Ada juga Kredit Usaha Rakyat (KUR) memiliki
dampak yang signifikan bagi UMKM. Itu hadir dengan pembiayaan modal usaha
terutama untuk meningkatkan dan mengembangkan operasional seperti: pembelian
inventaris, peralatan, atau bahan baku.
Peningkatan Produksi dan Kapasitas sangat
membantu para UMKM meningkatkan kapasitas produksi mereka. Dengan modal
tambahan, UMKM dapat memperluas skala operasional, meningkatkan produksi, dan
menghadapi permintaan pasar yang lebih besar.
Pelaku UMKM juga mendapatkan peningkatan
keterampilan dan manajemen dalam proses pengajuan kredit KUR. Ini melibatkan
pemahaman yang lebih baik tentang manajemen keuangan, perencanaan bisnis, dan
pemantauan kinerja keuangan. Termasuk juga meningkatkan inklusi keuangan di
kalangan UMKM dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Tentunya di sini, adanya daya produk UMKM yang
bisa bersaing secara global. Apalagi UMKM yang dibesarkan datang dari
hilirisasi dan proses seleksi ketat. Kualitas produk dan SDM-nya sudah pasti
jempolan.
Pada tahapan akhir tentu saja UMKM yang sudah
dibiayai dalam operasional usahanya akan dilibatkan dalam banyak hal terutama
dalam pelatihan UMKM meningkatkan keterampilan manajerial dan operasional
mereka. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan kelangsungan usaha.
Peran Teknologi
Keuangan dalam Digitalisasi BRI
Kini Bank BRI terus mengadopsi teknologi keuangan inovatif untuk menciptakan inklusivitas keuangan bagi UMKM. Melalui layanan perbankan digital dan solusi keuangan berbasis teknologi, bank ini mempermudah akses pelaku usaha kecil terhadap layanan perbankan.
Termasuk proses pembiayaan digital, kini BRI
telah mengembangkan solusi pembiayaan digital yang memudahkan UMKM mengajukan
kredit atau pinjaman secara online. Ini membantu mempercepat proses persetujuan
dan pencairan dana.
Caranya dengan mengadopsi Teknologi Keuangan
Inklusif (FinTech) untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada UMKM. Mulai dari hadirnya BRI Mobile yang dapat
melakukan transaksi, memeriksa saldo, membayar tagihan, dan melakukan transfer
dana dengan cepat dan aman. Ini sangat mudah terutama dalam transfer antar
penjual dan pemberi, sistemnya praktis akan menguntungkan kedua
belah pihak.
Lalu hadir pula BRI Link, yaitu pada platform keuangan inklusif yang memungkinkan UMKM untuk menjalankan transaksi keuangan melalui agen-agen BRI yang tersebar luas. Ini memberikan akses ke layanan perbankan kepada mereka yang mungkin sulit dijangkau oleh kantor bank fisik.
Lalu buat UMKM yang bergerak di bidang pertanian,
terdampak cukup besar karena hadirnya BRI Agro. Layanan ini mencakup pembiayaan
pertanian, informasi harga komoditas, dan layanan lainnya yang membantu para
petani dan pelaku usaha di sektor agribisnis.
Terakhir tentu saja dengan adanya layanan QR Code. BRI menyediakan layanan pembayaran dengan menggunakan QR code. UMKM dapat menggunakan layanan ini untuk menerima pembayaran dari pelanggan dengan mudah tanpa perlu transaksi tunai, yang juga dapat mempercepat proses pembayaran.
Kini UMKM sangat mengandalkan QR Code yang
memudahkan proses belajar bermodalkan ponsel semata. Penerapan yang kini makin massif
dan minim potongan jelas memudahkan, UMKM kini lebih terbiasa dalam proses digitalisasi.
Kesiapan UMKM bisa terbang kini tinggal menunggu waktu saja.
BRI mencoba Menjadi
Pahlawan UMKM
Ada banyak tindakan kepedulian BRI terutama
pada program mulai mereka di bidang sosial (CSR). Fokus utama pada pembangunan
ekonomi lokal, pendidikan kewirausahaan, dan pengembangan komunitas.
Program yang dijalankan kini dimulai dari pendidikan kewirausahaan dengan cara melibatkan Lembaga pendidikan dan pelatihan dalam proses meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pelaku UMKM dalam mengelola bisnis mereka dengan lebih efektif. Ini terlihat jelas dengan banyaknya alumni BRI yang menjadi contoh UMKM naik kelas.
Selain itu juga, ada pelatihan manajerial yang
mencakup aspek-aspek manajemen seperti perencanaan bisnis, keuangan, pemasaran,
dan strategi operasional. Agar UMKM makin jeli dalam menjalankan usahanya pasca
pelatihan yang BRI laksanakan.
Sebagai pihak dinas juga, kami pendamping UMKM
juga terbaru dari BRI dengan adanya kemitraan dengan LSM. BRI bisa menjalin
kemitraan dengan LSM atau organisasi nirlaba lainnya yang memiliki fokus pada
pemberdayaan UMKM. Ini dapat mencakup proyek-proyek kolaboratif yang mendukung
pengembangan UMKM.
Pihak yang sangat yang diprioritaskan tentu saja
UMKM. Ini jadi modal dalam inisiatif Pemberdayaan Perempuan. BRI mungkin
memiliki program CSR yang khusus menargetkan pemberdayaan perempuan dalam
konteks UMKM. Ini dapat mencakup pelatihan kewirausahaan khusus untuk
perempuan, dukungan finansial, atau pengembangan jaringan bisnis.
Itu peran penting dalam hilirisasi UMKM, ada banyak peran yang
membantu menaikkan UMKM di negeri kita. Salah satunya BRI yang sejak dulu
sangat peduli pada masyarakat hingga pelosok. Bahkan bisa dibilang: Peran besar
BRI untuk Indonesia adalah wujud berkembangnya UMKM di tanah air.
Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua, akhir kata Have a Nice Days.
0 komentar:
Post a Comment