Saat pertama sekali mendengar konser musik, apa yang
paling sering dibayangkan?
Kemeriahan panggung? Kerlap-kerlip cahaya hingga tentu saja keindahan suara dan melodi dari penyanyi dan musisi. Semua terbawa dalam larutan emosi sejak awal musiknya diputar hingga lagu terakhir.
Semuanya juga terbawa dalam hipnosis musik. Semua saling
suka cita akan lagu yang diputarkan. Waktunya yang cukup lama terasa sangat
cepat dan akhirnya konser pun selesai.
Segala kenangan bersama idola terekam indah di memori dan
ponsel fans masing-masing. Menjadi cerita indah yang dikenang selamanya. Tak
selamanya idola bisa datang kembali dan kita bisa menonton lagi di masa depan.
Stigma Buruk dari Gelaran Konser
Selama ini, konser selalu identik dengan stigma yang
buruk. Mulai dari kegiatan hedonisme yang sangat dunia, jauh dari norma agama,
pertunjukan yang banyak energi listrik, sampah berserakan, hingga kenakalan
remaja.
Semua ini sering melekat dalam naluri konser bahkan bisa dianggap konser lebih banyak efek negatif meskipun bisa mendatangkan banyak uang setelah. Stigma ini seakan melekat dan konser kadang sering menghasilkan sesuatu yang tidak mengenakkan buat yang tidak kebagian tiket. Rasa iri bahkan tak jarang menghasilkan kecemberuan sosial.
Sedangkan buat kaum mendang-mending, uangnya bisa buat
kebutuhan atau alibinya. Jadilah pembicaraan konser sebuah musisi terkenal yang
jadi trending. Namun harus disadari, buat orang yang sangat menggemari musisi
tersebut, konser mereka jadi pengalaman seumur hidup yang tak akan terlupakan.
Kondisi konser seakan memburuk saat pandemi mendatang.
Kegiatan berkumpul di tempat yang ramai menjadi dilarang dan dibatasi
jumlahnya. Bahkan bisa dibilang, selama 2 tahun adalah masa tersuram dari
konser.
Hingga akhirnya di tahun 2022, secercah harapan datang saat pandemi mulai mereda. Gelaran konser di belahan di dunia hadir tanpa henti dan bahkan hadir lebih meriah serta kaya inovasi. Kesempatan membangkitkan dunia hiburan.
Stigma buruk konser mulai berubah dan dunia hiburan menjadi
jurus baru dalam menaikkan daya beli masyarakat dan memberi stimulus pada
ekonomi pasca pandemi. Bisa dibilang, ada banyak uang yang masuk hanya dari
sebuah konser. Perputaran ekonomi nyata terlihat.
War Tiket Berakhir Ambyar
Sudah pasti War Ticket jadi fenomena baru dan pertama
kali yang saya ikuti. Fenomena ini lahir selain yang datang adalah musisi
kenamaan dunia datang ke suatu negara. Jumlah fans yang banyak jelas perburuan
tiket menjadi sangat sengit. Inilah yang menghadirkan War Ticket ibarat
memenangkan sebuah lotre.
Memang fenomena kini sudah lama terjadi apalagi saat proses penjualan tiket menggunakan sistem online. Siapa yang paling cepat dia yang dapat. Terlambat sedikit saja, saatnya mengubur mimpi bisa menonton idolanya untuk pertama kalinya.
Namun Anda tidak sendirian, ada ratusan ribu orang
lainnya punya kans serupa. Tak hanya datang dari manusia saja, sistem curang
digunakan agar memenangkan perburuan. Inilah yang digunakan para calo agar bisa
mendapatkan tiket dan menjualnya dengan harga selangit. Budaya ini jelas
merugikan, selain banyak dari fans yang membeli tiket dari calo.
Aksi dari calo membuat banyak fans yang sebenarnya layak
ada di dalam konser, harus gigit jari. Cara menghentikan tradisi ini adalah:
jangan membeli tiket dari calo. Tapi nantinya kami tak bisa nonton! Cara ini
bisa memberantas calo tiket dan otomatis mereka rugi besar.
Apalagi beli dalam jumlah besar dan makin mendekati hari
H. Jantung mereka berdegup kencang, tiket tak laku dan harus banting harga.
Bila para fans dan penonton kompak, jelas ini membuat mereka kapok.
Selain itu ada cara lainnya yang bisa digunakan, misalnya
saja promotor membatasi pembelian hanya 2 tiket untuk 1 KTP. Jelas ini membuat
jumlah calo berpikir ulang, apalagi proses berhubungan dengan KTP yang sedikit
rumit.
Bila kalian berhasil mendapatkan tiket impian kalian.
Semangat karena ini pengalaman berharga dan War Ticket jadi sebuah budaya yang
satu sisi mendebarkan dan mengecewakan. Setelahnya tinggal waktu menunggu
sampai hari H konser tiba. Ternyata saat hari H malah ada acara. Waduh…!
Konser Go Green, Melawan Stigma Konser Boros Energi
Ide konser berbasis Go Green timbul sebagai respons terhadap meningkatnya kesadaran akan isu-isu lingkungan dan keberlanjutan di seluruh dunia. Konsep Go-Green ini adalah model dalam efisiensi energi dan cara dalam mencoba energi alternatif lainnya.
Apalagi si musisi sekalian melakukan kampanye, ide unik
ini dirasa pasti akan dilakukan oleh fansnya. Rasa cinta fans seakan memberikan
dampak kampanye yang mereka berikan bisa masuk dengan mudah. Lalu, ada sejumlah
faktor yang mendorong tercetusnya ide ini antara lain:
Pertama yaitu dengan pengaruh besar perubahan iklim, terjadi
di seluruh dunia telah meningkatkan kekhawatiran akan dampak negatif yang
ditimbulkannya. Ini mendorong kita untuk mencari cara-cara baru yang lebih
ramah lingkungan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dunia hiburan seperti
konser.
Kedua ialah dukungan kepedulian lingkungan, Ada banyak
gerakan lingkungan yang berkembang pesat di seluruh dunia. Gerakan-gerakan ini
menekankan pentingnya tindakan untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendorong
perubahan positif dalam berbagai sektor, termasuk industri hiburan.
Ketiga berupa bentuk kesadaran Fans, Selama ini stigma fans yang kerap dianggap urakan, ugal-ugalan dan tidak cinta lingkungan. Kini coba diubah dengan kesadaran dalam menjaga lingkungan. Konser berbasis go green memberikan alternatif bagi konsumen yang bisa tetap fun sembari menjadi lingkungan.
Terakhir tentunya pengaruh sosial media. Tentunya terkait
kesadaran lingkungan sangat besar. Melalui platform ini, ide konser Go Green dapat
dengan cepat menyebar dan menjangkau semua kalangan. Konser yang mungkin hanya
dihadiri 50 ribu fans, namun berdampak bahkan seantero negeri.
Konser, Memangnya Seberapa Boros Energi?
Energi yang dihabiskan saat sebuah konser besar berlangsung dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk ukuran dan durasi konser, jumlah penonton, jenis peralatan yang digunakan, dan efisiensi penggunaan energi.
Konser besar biasanya memerlukan penggunaan yang
signifikan dari sistem pencahayaan, pengeras suara, layar LED, dan peralatan
lainnya yang memerlukan daya listrik. Selain itu, peralatan pendingin udara
untuk menjaga suhu di dalam tempat konser juga membutuhkan energi yang cukup
besar.
Penting untuk dicatat bahwa konser besar dapat
menggunakan sumber energi yang berkelanjutan, seperti panel surya atau
generator biodiesel, untuk mengurangi dampak lingkungan dari konsumsi energi.
Namun, konser dengan skala besar masih memiliki potensi penggunaan energi yang
signifikan.
Saya jadi ingat konser akbar yang dilakukan di lapangan
terbuka. Ada beragam alat dalam hal ini peralatan pencahayaan, pengeras suara,
layar LED, dan peralatan lainnya yang memerlukan daya listrik.
Saat konser berlangsung, di sebagian wilayah di desa
tersebut harus mengalami pemadaman. Jelas ini kerugian karena ada sebagian
orang lainnya membutuhkan listrik. Sedangkan listrik di malam hari sebagian
besar disedot oleh konser tersebut.
Namun itu dulu, kini dalam pelaksanaan konser, sudah ada manajemen daya sehingga tak harus mengambil daya dari listrik masyarakat. Malahan kini daya besar coba ditekan dengan penggunaan konsumsi energi efisien.
Setelah tahapan ini selesai, barulah inovasi lainnya
hadir. Mulai dengan menggunakan peralatan yang lebih efisien, mengoptimalkan
pencahayaan panggung, mengatur suhu ruangan dengan lebih efisien, dan memilih
sumber energi yang lebih berkelanjutan.
Selain itu, langkah-langkah seperti penggunaan gelang
tangan LED yang hemat energi, pengelolaan limbah yang baik, dan promosi
penggunaan transportasi berkelanjutan juga dapat membantu mengurangi dampak
energi dalam konser.
Konser Bebas Karbon, Bisakah?
Menciptakan konser bebas karbon jelas sebuah tantangan.
Apalagi kini konser sering menjadi peluang besar penghasil karbon. Pihak yang
terlibat, mulai dari promotor, EO, musisi, dan tentu saja penonton. Kolaborasi
semuanya menjadikan minimal karbon yang dihasilkan berkurang.
Apalagi kin banyak nilai tambah dari sebuah konser yang bebas karbon. Selain lebih tampil beda dengan yang lainnya, konsep ini akan jadi pionir konser musik atau aktivitas lainnya yang bersifat hiburan di ruang terbuka. Potensi penekanan karbon dari konser makin berkurang tanpa mengurangi kemeriahannya.
Bagaimana Konsep Konser Bebas Karbon?
Konsep konser go-green adalah upaya untuk mengadakan
konser atau acara hiburan yang mengutamakan prinsip-prinsip keberlanjutan dan
kesadaran lingkungan.
Tujuan dari konser go-green adalah untuk mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan dan mendorong kesadaran akan isu-isu
lingkungan di kalangan para fans. Memangnya gimana caranya, berikut caranya:
Pertama dengan menggunakan energi terbarukan, Nah, cara
ini sudah banyak diimplementasikan. Mula dari penggunaan listrik matahari atau energi
angin. Itu bisa saja terpasang di atap stadion atau lapangan terbuka (sudah ada
panel surya) sehingga saat malam tiba, energi tersebut bisa terpakai.
Kedua yaitu melalui proses pengelolaan limbah. Ini berfokus
pada penggunaan material yang ramah lingkungan, pengurangan penggunaan plastik
sekali pakai, dan pengolahan limbah secara efektif adalah beberapa langkah yang
diambil dalam konser go-green.
Ketiga dengan menggunakan transportasi berkelanjutan.
Contoh utamanya adalah mendorong penggunaan transportasi berkelanjutan seperti
penggunaan kendaraan ramah lingkungan atau fasilitas transportasi umum untuk
mengurangi jejak karbon dari perjalanan ke dan dari konser.
Terakhir ialah dengan cara edukasi lingkungan, Ini mengajarkan
penggemar dan peserta konser mengenai isu-isu lingkungan dan langkah yang dapat
mereka ambil untuk menjadi lebih ramah lingkungan. Bahkan mengajak pegiat lingkungan
untuk meningkatkan kesadaran dan menggalang dukungan menjaga alam.
Coldplay, Wujudkan Konser Bebas Karbon
Menjadi band paling berpengaruh di abad 21, jelas saja
membuat Coldplay punya basis fans sangat besar di dunia. Konsernya begitu ditunggu-tunggu
sampai seakan-akan sold out saat proses launching tiketnya. Sadar potensi yang
sangat besar, pihak manajemen mencoba hal baru.
Coldplay akan menggelar konser di Indonesia pada 15
November 2023, sebagai bagian dari tur dunia untuk mempromosikan album terbaru
mereka "Music of the Spheres". Ini merupakan tur dunia pertama
setelah "A Head Full of Dreams" yang terakhir digelar 2017
lalu.
Memang band yang sudah punya nama besar, bisa mengimplementasikan
idenya dengan mudah. Coldplay sadar bahwa harus ada perubahan dalam konser yang
dilakukan. Saat sebuah konser dilaksanakan tentu ada begitu banyak energi yang harus
dikeluarkan. Bahkan bisa dianggap konser
boros energi dan penghasil karbon tersebut.
Rencana yang diwujudkan beragam, mulai dari mengurangi
Emisi Gas karbon. Coldplay berjanji untuk mengurangi emisi gas karbon sebesar
50% dibandingkan tur sebelumnya. Mereka juga menugaskan tim ahli untuk
menyelidiki dampak lingkungan serta jejak karbon dari tur mereka terdahulu.
Dengan begitu, pengurangan karbon bisa dilakukan secara efektif.
Mereka pun berjanji akan mendanai program tanam pohon,
salah satunya dengan menanam 1 pohon untuk 1 tiket yang terjual. Sekaligus
mendanai pula berbagai program reboisasi, konservasi, regenerasi tanah,
penangkapan karbon dan energi terbarukan.
Ide kedua yaitu dengan menggunakan energi terbarukan, bertujuan
mengurangi emisi gas karbon, tur ini juga sebisa mungkin menggunakan energi
terbarukan untuk keseluruhan produksinya. Mulai dari pemasangan solar tiles
temporer di lantai venue, concourse luar, dan di atas panggung. Pengisian daya
akan dimulai sesaat setelah mereka tiba di venue.
Mereka juga akan memasang lantai kinetis di dalam venue.
Tujuannya agar gerakan penonton bisa diubah menjadi energi dan membantu
memberikan daya pada pertunjukkan. Terdapat pula sepeda yang mampu menjadi
pembangkit listrik, sehingga penonton bisa aktif berpartisipasi dalam
memberikan daya selama konser berlangsung.
Ide ketiga dengan mengurangi penerbangan. Dalam
perencanaan tur ini, Coldplay berusaha untuk sebisa mungkin mengurangi
perjalanan lewat udara. Selama masih memungkinkan, mereka dan tim akan
menggunakan mobil listrik atau kendaraan biofuel. Meski begitu, tetap ada
kondisi ketika perjalanan udara tidak dapat dihindari.
Oleh sebab itu, semua penerbangan yang berhubungan dengan Music of The Spheres World Tour, komersial maupun charter, akan menggunakan bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan. Bahan bakar ini terbuat dari bahan limbah terbarukan yang mampu mengurangi emisi perjalanan udara hingga 80% dibandingkan bahan bakar biasa. Penyediaan serta pasokannya akan didanai penuh oleh Coldplay
Keempat tentu saja panggung serta pertunjukan yang ramah
lingkungan. Desain panggung akan disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya
lokal di lokasi. Mengurangi borosnya penggunaan energi untuk pengangkutan.
Selain itu, panggung pun akan terbuat dari kombinasi bahan ringan, rendah
karbon, dan dapat digunakan kembali (termasuk bambu dan baja daur ulang)
setelah tur selesai.
Gelang LED untuk penonton yang menjadi ciri khas konser
Coldplay, kali ini pun ramah lingkungan. Terbuat dari 100% bahan nabati yang
dapat dikompos. Produksinya pun akan dikurangi hingga 80%, yaitu dengan cara
mengumpulkan, mensterilkan, dan mengisi ulang daya gelang setelah konser
selesai.
Terakhir mengelola sampah, alasan utama karena konser
adalah penyumbang sampah yang tergolong besar. Oleh sebab itu, Coldplay
berusaha untuk sebisa mungkin mengurangi sampah dan mempromosikan daur ulang di
setiap konser mereka nanti.
Band ini juga akan bekerja sama dengan venue untuk tidak
menjual air minuman kemasan plastik sekali pakai. Sebisa mungkin air minum
diganti dengan kemasan yang bisa digunakan kembali atau bisa didaur ulang.
Konser Go-Green ala Coldplay
Coldplay juga memasang lantai kinetik di lokasi tertentu di sekitar stadion sehingga tarian para penggemar dapat diubah menjadi energi yang dapat membantu menghidupkan pertunjukan. Pengelola konser juga akan memasang sepeda statis penghasil listrik sehingga para penggemar dapat secara aktif mengisi baterai pertunjukan tersebut.
100 persen daya listrik
yang Coldplay gunakan dalam konser tersebut pun bersumber dari energi
terbarukan. Tak hanya itu, Coldplay menyatakan setiap satu tiket yang terjual
akan dialokasikan untuk mendanai penanaman dan perlindungan seumur hidup satu
pohon baru.
Bagaimana cara kerja lantai
kinetik?
Bentuknya menyerupai lantai dansa yang terdiri dari modul lantai yang ketika diinjak, dilompati, atau ditarikan akan menggerakkan sistem elektro-mekanis internal dan menghasilkan energi antara 25-35W. Energi yang dihasilkan diubah menjadi listrik untuk menerangi lampu LED bawaan di lantai atau untuk menyalakan perangkat lain yang terhubung.
Ada juga sepeda dalam
penggerak motor listrik. Siapa di sini suka naik sepeda atau bahkan di gym
menyukai naik sepeda statis? Kini di konser Coldplay, akan diberikan kesempatan
buat mengayuh sepeda sebanyak mungkin buat fans terpilih.
Jejak Hijau para Partner Konser Coldplay
Beberapa nama besar yang masuk dalam jajaran partner
konser Coldplay, antara lain Neste, BMW, dan DHL, serta sponsor resmi konser di
Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Berikut ini ulasan mengenai jejak
hijau para partner Coldplay.
Neste, Dalam tur dunia Coldplay, Neste berperan
sebagai penyedia bahan bakar yang berkelanjutan. Untuk semua penerbangan yang
digunakan, baik komersial dan charter, Coldplay akan membayar biaya tambahan
untuk menggunakan atau memasok bahan bakar penerbangan berkelanjutan
(sustainable aviation fuel).
Mengutip laman resmi perusahaan, Neste akan memasok SAF yang dihasilkan 100% dari limbah dan residu, seperti minyak goreng bekas dari restoran. Ketika digunakan tanpa dicampur dengan bahan bakar jet fosil, SAF membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dari perjalanan udara hingga 80%, dibandingkan dengan bahan bakar jet fosil konvensional.
Neste juga akan menyediakan diesel terbarukan, yakni
biofuel tipe minyak nabati yang dihidrolis (hydrotreated vegetable oil), yang
diproduksi 100% dari bahan baku terbarukan, terutama limbah dan residu seperti
minyak goreng bekas.
Penggunaan diesel terbarukan ini dinilai dapat menurunkan
emisi karbon generator secara signifikan. Diesel terbarukan juga akan memberi
daya pada sebagian besar transportasi perlengkapan konser Coldplay yang
menggunakan truk, dengan jumlah pengurangan emisi sebanyak 75-95%.
Sebagai informasi, Neste Oyj adalah perusahaan
penyulingan dan pemasaran minyak yang berlokasi di Espoo, Finlandia. Perusahaan
yang beroperasi di 14 negara ini, memproduksi, memurnikan, dan memasarkan
produk minyak, menyediakan layanan teknik, dan melisensikan teknologi produksi.
DHL, merupakan official logistic partner untuk tur
dunia Coldplay, karena menjadi perusahaan logistik multinasional yang
meluncurkan layanan "GoGreen Plus", di mana layanan logistik yang
digunakan DHL dipastikan mengurangi emisi karbon.
Layanan GoGreen Plus dimungkinkan setelah kolaborasi DHL baru-baru ini dengan BP dan Neste untuk memasok SAF ke hub DHL Express di seluruh dunia. Bagian terbarukan dari bahan bakar inovatif dihasilkan dari limbah minyak. SAF dari limbah dan residu tersebut dapat memberikan pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 80% dibandingkan dengan bahan bakar jet konvensional.
Truk DHL yang menggunakan konsep GoGreen berupa konsep GoGreen
Plus memungkinkan pelanggan menurunkan scope 3 emission, yakni mencakup semua
emisi tidak langsung yang terjadi dalam kegiatan hulu dan hilir suatu
organisasi atau perusahaan.
GoGreen Plus yang diluncurkan DHL ditujukan untuk
mengurangi emisi dalam sektor logistik, dan dengan demikian dapat digunakan
untuk pelaporan emisi sukarela pelanggan DHL dan mengikuti filosofi science
based target initiative (SBTi).
BMW, Coldplay menggunakan baterai pertunjukan
pertama yang dapat diisi ulang. Ini merupakan baterai BMW i3 yang dapat didaur
ulang, yang akan memberi daya pada pertunjukan dengan energi terbarukan.
Sederhananya, baterai BMW i3 ini berfungsi sebagai power bank.
Teknologi penyimpanan untuk pemasok daya selama pertunjukan akan disediakan oleh sebagian baterai daur ulang yang digunakan dalam BMW i3. Baterai pertunjukan akan memberikan emisi super rendah yang diperlukan, tenaga listrik dan menggantikan generator diesel dan bensin biasa, yang pada gilirannya akan menghasilkan pengurangan jejak karbon yang signifikan.
Ini akan diisi ulang menggunakan berbagai sumber
terbarukan termasuk instalasi panel surya, dan lantai stadion kinetik yang
diproduksi oleh Energy Floor. Lalu, sepeda listrik, dan generator yang
ditenagai oleh Hydrotreated Vegetable Oil.
Lantai stadion kinetik dan sepeda listrik akan
memanfaatkan kekuatan kolektif dari para penggemar itu sendiri. Ini terlihat
dalam konser yang telah dilakukan dalam rangkaian tur dunia "Music of
the Spheres".
BCA, terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan
atau environmental, social, and corporate governance (ESG) sebagai sponsor. Beberapa
inisiatif hijau yang digalakkan BCA, antara lain penyaluran pembiayaan
berkelanjutan, seperti untuk kendaraan listrik. Kendaraan listrik menjadi salah
satu sektor potensial yang didanai oleh pembiayaan berkelanjutan BCA.
Oh iya, selama proses pembelian tiket Coldplay yang ada di tanah air juga, BCA melayani para nasabah bisa dengan mudah War Ticket Coldplay. Kemudahan ini didapatkan nasabah sebagai wujud kepedulian BCA dalam ambil andil serta memberdayakan energi terbarukan dalam konser mereka.
Jadi tugas BCA seakan mencoba mengedukasi masyarakat agar
beralih ke kendaraan listrik. Program yang ditawarkan BCA ini jadi alasan mereka
dalam mempromosikan diri dalam konser Coldplay. Penonton bisa melihat tawaran
apa saja yang BCA berikan.
PixMob, yang merupakan teknologi pencahayaan nirkabel
dari Eski Inc. Menggunakan objek yang dapat dikenakan sebagai piksel, audiens
acara itu sendiri dapat menjadi tampilan. Efek cahaya yang dihasilkan oleh
perangkat LED ini dapat dikontrol agar sesuai dengan pertunjukan cahaya,
berdenyut selaras dengan musik, serta bereaksi terhadap gerakan tubuh.
Gelang tangan LED 7 terbuat
dari plastik berbasis tanaman yang sangat berkelanjutan yang berasal dari tebu
yang dapat diperbaharui. Plastik PLA yang diproses yang digunakan dalam gelang
tangan LED 7 memiliki jejak karbon 400% lebih rendah daripada plastik biasa
(PET) dengan 500 kg CO2 eq./ton polymer.
Punya berat 17gram plastik PLA dalam setiap gelang tangan LED 7, total emisi untuk 1 juta unit diperkirakan mencapai 8.500 kg CO2 eq. Menurut EPA AS, ini setara dengan emisi mobil yang digunakan selama satu tahun. Ini sama dengan perbandingan 141 pohon yang tumbuh selama 10 tahun.
Gelang tangan LED 7 ini
adalah gelang tangan terang terbaik di pasaran. Dalam kolaborasi dengan Moving
Heads kami, gelang tangan LED ini menawarkan pengalaman cahaya yang
mengagumkan. Teknologi kami menawarkan fleksibilitas dan upaya terbaik dalam
kelasnya sehingga desainer dan artis dapat dengan lancar mengungkapkan visi
mereka.
Kesimpulan Akhir
Konser Go Green adalah konsep yang bertujuan untuk
membuat konser lebih ramah lingkungan. Ini adalah gerakan yang diadopsi oleh
tempat konser, artis, dan penggemar. Tujuan dari Konser Go Green adalah untuk
mengurangi dampak lingkungan konser dengan menggunakan bahan yang
berkelanjutan, mengurangi limbah, dan mempromosikan efisiensi energi.
Ada banyak cara untuk membuat konser lebih ramah
lingkungan. Beberapa praktik umum meliputi: Menggunakan bahan berkelanjutan,
seperti kertas daur ulang dan cangkir kompos. Mempromosikan efisiensi energi
dengan menggunakan pencahayaan dan peralatan hemat energi. Mendorong penggemar
untuk berbagi kendaraan atau menggunakan transportasi umum ke konser.
Coldplay mencoba mewujudkannya pada para fansnya bahwa
konser yang selama ini identic dengan buangan karbon yang sangat besar kini
ramah akan energi. Bahkan dari sebuah konser kita bisa menghasilkan energi bersih
darinya.
Akhir kata, have a nice day dan semoga postingan ini
bermanfaat dan makin banyak konser bebas karbon serupa.
0 komentar:
Post a Comment