Pagi itu aku dibangunkan oleh cahaya yang
muncul dari jendela kamar hotel. Aku mengira hari itu penuh dengan kabut dan sinar
cahaya pagi itu cukup mengganggu. Akhirnya aku melihat jauh keluar, tersadar
bahwa langit di luar dipenuhi oleh kabut asap.
Itu pemandangan pertama saat tiba di Jakarta, isu kabut di sana cukup mengkhawatirkan. Karena tiba saat malam hari, barulah di paginya kabut polusi terlihat jelas. Ini juga menandakan bagaimana begitu tidak nyamannya cuaca perkotaan Jakarta. Seakan langit biru sangat sulit terlihat dan berada di dalam ruangan adalah hal terbaik.
Menurut info yang didapatkan dari World Air
Quality Index (AQI), Jakarta menduduki ranking 27 dengan kualitas udara
terburuk di dunia dengan nilai 65 level moderat. Nilai ini terus berubah dan
bahkan sempat menempatkan Jakarta pada 10 besar kota dengan polusi udara
terparah.
Pergi ke
Jakarta dan Berupaya Melakukan Perubahan Kecil
Aku termasuk orang yang beruntung, berada bisa
mendapatkan kesempatan berharga bersama 35 teman-teman lainnya. Menjadi para
penggerak kecil dalam isu lingkungan dalam pundi-pundi Ecoblogger. Peduli
akan lingkungan tentu saja punya visi yang satu dalam membahas beragam hal
terkait isu lingkungan.
Pengalaman tak terlupakan selama 3 hari
tersebut dimulai saat berkumpul besar. Suasana yang awal agak dingin dan kaku
akhirnya larut. Saat pertemuan pertama di salah satu bilangan Cook Studio
Almond Zucchini. Berbaur satu sama lain, mulai dari saling berkenal diri. Bahkan
terpisah beda pulau hingga lautan tentu.
Tak terlupakan bisa bertemu teman blogger,
para anggota Hiip hingga tentu saja bertemu dengan Kak Ocha secara langsung. Selama
ini harus terpisah oleh layar laptop. Menjalani zoom meeting demi zoom meeting
hingga tentu saja jadi bagian penting EBS generasi pertama.
Makin lengkap tentu saja dengan bertemu dengan
teman-teman dari Hutanitu.id yang memperkenalkan berbagai hal tentang hutan.
Serta teknis memasak khas dari Chief Brian dan Mbak Ocha dalam proses memasak
makanan dan Dessert dengan memperkenalkan beragam hasil makanan khas hutan.
Langkah Kecil
Peduli pada Hutan
Jumlah hutan kini makin tergerus parah, efek ini terasa sangat kentara karena berbagai bencana alam datangnya dari kerusakan hutan. Kini kita merasakan dampaknya, bagaimana kini polusi udara, kekeringan, tanah longsor hingga banjir menghantui. Ketakutan inilah membuat kita peduli pada hutan.
Beragam nilai kepedulian pada hutan harus
terus dijaga, bagaimana hutan punya peran penting dari hal fungsi ekologi pada
marga satwa, pengatur hujan, pengatur cuaca serta iklim, perlindungan dari
bencana alam hingga tentu saja sebagai lokasi wisata. Bila mereka rusak atau
hilang, maka satu persatu fungsi ini hilang.
Kepedulian hutan wajib ditumbuhkan, inilah
yang menjadi landasan Ecoblogger Squad dari berbagai daerah di Indonesia
bersatu. Menciptakan kondisi pada alam, tak hanya aksi di sosial media tapi
aksi nyata di dunia nyata.
Bagaimana para teman-teman akhirnya bisa
merasakan dampak kecil selama ini. Khususnya yang sifatnya kecil. Mulai dari mengurangi
sampah plastik, aksi peduli pada alam hingga tentu saja terjun dalam aksi
menanam pohon.
Aksi Menanam Mangrove,
Kepedulian pada Alam
Keesokan
harinya kami melakukan aksi tak kalah penting: Menanam Mangrove.
Namun banyak yang terbesit di dalam kepala,
mengapa harus menanam Mangrove jauh-jauh ke Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Memangnya
di Jakarta tidak punya lahan kosong lagi?
Sebenarnya, menanam mangrove bentuk kepedulian kita pada alam. Hutan mangrove memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keseimbangan ekosistem di daerah pantai dan laut. Satu aksi yang kita lakukan akan jelas sangat berdampak besar pada alam.
Pertama diawali dengan menjaga keanekaragaman hayati.
Lokasi di mangrove jadi habitat yang baik banget buta beragam spesies hayati,
termasuk ikan, udang, kepiting, burung, dan hewan lainnya. Kehadiran mangrove
memberikan perlindungan dan sumber makanan bagi banyak makhluk hidup, sehingga
mendukung keanekaragaman hayati tetap terjaga utuh.
Mangrove yang tumbuh subur di pesisir ibarat tembok laut sebenarnya. Bukanlah bangun beton yang mampu menahan abrasi pantai tapi pohon hijau bernama mangrove. Berfungsi sebagai benteng alami yang melindungi pesisir dari dampak gelombang laut, badai, dan angin topan. Akar-akar mangrove yang kompleks dan tegak membantu meredam energi gelombang, mengurangi erosi pantai, dan melindungi pemukiman manusia di sekitarnya.
Lalu juga, di mangrove menjadi lokasi paling
strategis dalam menyerap dari daratan dalam jumlah besar. Tentunya itu didukung dengan beragam vegetasi mangrove dan endapan lumpur di bawahnya membantu mengikat karbon
dioksida dari atmosfer.
Oleh karena itu, menjaga mangrove dapat
membantu mengurangi tingkat gas rumah kaca dan perubahan iklim. Peran mangrove
yang kami tanam di PIK Jakarta Utara yang hanya 1 batang per satu Blogger berdampak
besar pada penyerapan karbon.
Pada satu pohon mangrove dapat menyimpan dan menyerap karbon sekitar 300 hingga 500 kg karbon dioksida tiap tahunnya. Namun, angka ini dapat bervariasi dan tergantung pada berbagai faktor, seperti spesies mangrove, kondisi ekosistem, dan iklim tempat tumbuhnya.
Serta dampaknya terasa dari kualitas air sekitar, mangrove jadi awal mula dalam menjernihkan air. Akar mangrove menyaring air laut dan menahan partikel lumpur, limbah, dan zat kimia berbahaya. Hal ini membantu membersihkan air dan meningkatkan kualitas air di ekosistem pesisir. Itu terlihat dari air di hutan mangrove lebih jernih dari di sekitarnya.
Hutan mangrove pula jadi lokasi sumber
pendapatan dan pariwisata sekitar. Masyarakat
lokal acapkali
menggantungkan hidup mereka pada sumber daya alam yang berasal dari hutan
mangrove, seperti ikan, udang, dan hasil hutan mangrove lainnya. Aku pun melihat
ada banyak pemancing ikan yang menjadikan hutan mangrove PIK sebagai lokasi memancing.
Terakhir tentu saja dalam segi wisata, hutan
mangrove dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan melalui sektor
perikanan dan pariwisata. Bahkan bisa dianggap sebagai lokasi healing terbaik
karena hutan memberikan pengalaman berbeda dibandingkan Gedung pencakar langit.
1 pohon untuk 1
orang, Aksi Sadar pada Alam
Menanam satu pohon untuk satu orang memiliki
sejumlah dampak positif yang signifikan, baik pada tingkat individu maupun
masyarakat secara keseluruhan. Ada banyak pengalaman dari teman-teman yang
merasakan hal tersebut. Menanam pohon mangrove sambal hujan-hujan dan melewati
jalanan terjal hingga ke lokasi penanaman.
Pengalaman tak terlupakan itu tentu berdampak positif. Memangnya apakah menanam 1 pohon berdampak besar? Secara garis besar tidak, tapi bila gerakan ini serentak dilakukan bahkan pada semua manusia di dunia. Jelas perubahan dirasa, memang kabut asap tidak akan hilang dalam sekejap dari perubahan kecil bisa membuat bumi jadi lebih baik.
Bahkan secara tak langsung kita bisa mengurangi
jejak karbon dari sebatang pohon. Menanam satu pohon untuk satu orang dapat
membantu mengurangi jejak karbon individu. Pohon-pohon tersebut, seiring
berjalannya waktu, akan menyerap karbon dan menyediakan manfaat lingkungan
jangka panjang.
Aksi 1 pohon untuk 1 orang jelas terasa, dampaknya dirasakan mulai dari penyerapan karbon: Pohon berfungsi sebagai penyerap karbon dioksida dari udara melalui proses fotosintesis. Kualitas udara dari pohon yang ditanam di sekitar kita akan jadi lebih baik. Pepohonan mengurangi polusi udara dengan menyerap berbagai polutan dan menghasilkan oksigen selama proses fotosintesis.
Langkah ini dianggap aksi konservasi keanekaragaman
hayati. Menanam pohon juga berarti menciptakan atau memperluas habitat bagi
berbagai jenis flora dan fauna. Ini dapat membantu dalam melestarikan
keanekaragaman hayati dan mendukung ekosistem lokal. Bahkan masyarakat sekitar
akan merasakan dampak dari bertambahkan lokasi hijau yang signifikan.
Peningkatan Lingkungan Hidup Lokal:
Pohon-pohon yang ditanam dapat memberikan manfaat lingkungan langsung di
sekitar tempat tinggal orang tersebut. Hal ini meliputi peningkatan suhu mikro
lingkungan, peningkatan kesejahteraan psikologis, dan penciptaan lingkungan
yang lebih hijau dan alami.
Efek lanjutan terasa dengan terjadinya pemulihan
ekosistem pesisir: Pohon mangrove, khususnya, dapat membantu dalam pemulihan
ekosistem pesisir. Mangrove berfungsi sebagai penahan gelombang, melindungi
pesisir dari erosi dan dampak badai.
Terakhir tentu saja, aksi menanam mangrove jadi tindakan kepedulian kita. Tak hanya para Ecoblogger. Ada banyak pihak terlibat dalam aksi mulia ini, secara tak langsung cara dalam pemberdayaan masyarakat, Kegiatan penanaman pohon dapat melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
Selain memberikan manfaat ekologis, ini juga
dapat memberdayakan masyarakat setempat dengan memberikan lapangan pekerjaan,
meningkatkan keterampilan, dan meningkatkan kepedulian lingkungan. Bahkan jadi
edukasi pada lingkungan bahwa menjaga alam jadi peran siapa saja, karena kita
hanya punya bumi yang sama dan harus dijaga bersama pula.
Kenapa sih, Mangrove
ditanam di Pesisir Pantai?
Hampir sama seperti pertanyaan di awal,
mengapa harus jauh-jauh menanam pohon hingga ke hutan mangrove PIK dan lokasinya
berada di pesisir pantai. Tentu saja karena tanaman mangrove umumnya ditanam di
pesisir pantai dan ideal hidup di sana. Lokasi pesisir yang punya salinitas
payau akan membuat ia tumbuh subur di sana.
Adanya mangrove tentu saja berperan penting selama
berada di pantai. Mulai dari pencegahan erosi tanah karena akar-akar mangrove
yang kompleks dan kuat membantu menjaga struktur tanah di daerah pesisir dari
gerusan gelombang laut dan arus air.
Bentuknya yang solid di tepi pantai tentu saja
jadi pelindung pesisir alias tembok laut. Hutan mangrove berfungsi sebagai
barier alami yang melindungi pesisir dari dampak gelombang tinggi, badai topan,
dan tsunami. Vegetasi mangrove membantu meredam energi gelombang, mengurangi
tingkat kerusakan akibat bencana alam, dan memberikan perlindungan terhadap
pemukiman manusia.
Jumlah yang paling kentara tentu saja beragam
khas ekosistem khas mangrove. Ada beragam spesies khas dari mulai dari ikan,
moluska, krustasea, burung, dan mikroorganisme. Ada sejumlah hewan khas yang
hidup bebas di sana, seperti kepiting bakau, ikan belanak, bangau putih, udang
bakau, nyamuk bakau hingga katak khas bakau. Kehadiran mangrove mendukung
keanekaragaman hayati di ekosistem pesisir, memainkan peran kunci dalam rantai
makanan dan reproduksi banyak spesies.
Mangrove yang ditanam di pesisir bahkan jadi
tembok tak terlihat khususnya dari menahan karbon yang dihasilkan dari emisi
buang perkotaan. Menjaga mangrove berarti menjaga stok karbon ini dan mencegah
pelepasan karbon dioksida ke atmosfer, yang dapat membantu mengurangi
kontribusi terhadap perubahan iklim. Bahkan tak jarang, badai laut yang terjadi
begitu sering diakibatkan oleh karbon yang dibawa ke laut kemudian dikembalikan
lagi ke daratan.
Terakhir bagi aku, menanam mangrove tak hanya
bentuk kepedulian pada alam tapi juga wujud kita dalam menciptakan model
ekowisata baru dalam wujud pariwisata ke hutan mangrove. Selama ini mangrove
diidentikkan dengan lokasi hutan yang seram dan punya beragam makhluk aneh yang
berbahaya. Hadirnya hutan mangrove seperti yang dikelola dengan sangat baik
dari Pemprov DKI Jakarta, secara tak langsung wujud dalam membangun brand ekowisata
di dalamnya.
Bahkan bisa dijadikan pusat studi akan
perkembangan mangrove secara berkelanjutan. Masyarakat dan wisatawan dapat
mempelajari ekologi mangrove, manfaatnya, dan pentingnya menjaga keberlanjutan
ekosistem pesisir. Masyarakat sekitar juga diuntungkan karena jadi sumber
pendapatan dari hasil alam mangrove sembari menjaga mangrove tetap tumbuh.
Tanam Mangrove,
Kenapa sih harus Jenis Mangrove Rhizopora?
Ada banyak teman yang bertanya kenapa sih
tumbuhan mangrove yang ditanam dalam aksi menanam mangrove di PIK berasal dari
jenis Rhizopora?
Sebagai gambaran, ada banyak jenis mangrove
yang tumbuh di sana selama pengamatan saya. Mulai dari Rhizophora, Avicennia,
Sonneratia, Bruguiera, dan Ceriops. Tapi kenapa paling dominan adalah Genus
Rhizophora?
Alasan pertama karena punya jenis Akar Tergelantung (Stilt Roots). Ciri utama buat jenis ini tentu saja akarnya akan tumbuh dari batang utama dan membentuk jaringan yang kuat, menciptakan sistem akar yang kokoh. Tak heran jenis ini jadi alasan utama yang digunakan buat aksi penanaman mangrove.
Akar tergelantung membantu tanaman ini
beradaptasi dengan kondisi pasang-surut dan membentuk struktur yang kuat untuk
menahan tekanan gelombang. Apalagi kondisi di PIK Jakarta sering digenangi oleh
air rob dan banjir kiriman dari hulu. Adanya mangrove jenis ini sangat kuat
dalam menjaga jaringan tanah saat ada air tinggi.
Selain itu, ia punya kemampuan dalam toleransi
terhadap garam. Mangrove Rhizophora memiliki kemampuan untuk bertahan dalam
kondisi air asin dan toleran terhadap kadar garam yang tinggi. Ini memungkinkan
mereka tumbuh dengan baik di wilayah pesisir yang terkena pasang-surut dan air
laut.
Alasan lainnya tentu saja pertumbuhan vegetatif
yang relative cepat, Mangrove Rhizophora memiliki tingkat pertumbuhan vegetatif
yang relatif cepat. Kemampuan ini membantu mereka untuk dengan cepat menutupi
area yang rusak atau terdegradasi, serta memberikan kontribusi pada
rehabilitasi ekosistem pesisir.
Ada banyak mangrove serupa yang ditanam di
dekat lokasi tersebut. Dalam sekejap ia sudah tumbuh subur karena proses pertumbuhannya
yang cepat dan tentu saja akan menambah habitat bagi makhluk hidup baru bisa
tinggal di sana.
Kayunya juga sangat berguna terutama dalam
sifatnya yang menjadi tumbuhan kayu produktif. Kayu mangrove dari Rhizophora
sering digunakan dalam konstruksi dan industri lainnya. Kami pun juga bisa
merasakan dampak lainnya berupa beragam hasil alam dari mangrove. Salah satunya
sirup dari tumbuhan mangrove.
Terakhir tentu saha kontribusi pada siklus nutrien.
Ia mampu menyumbangkan bahan organik ke perairan, menghasilkan daun dan
detritus yang kemudian menjadi sumber nutrien bagi organisme lain. Alhasil
tanah di sana relatif subur dan bahkan kualitas air menjadi jernih karena peran
mangrove dalam menyerap air keruh yang dibawa dari hulu.
Kesimpulan
Akhir
Tentu saja ini jadi pengalaman yang tak
terlupakan, beragam dari mimpi bisa ke ibukota setelah sekian lama. Lalu
bertemu dengan teman-teman blogger, para panitia dari EBS serta Hiip. Bahkan
para narasumber kenamaan dari hutanitu.id, chief Brian hingga tentu saja
pengalaman merasakan menanam mangrove di ibukota.
Merasakan pengalaman alam di tengah kota
terpadat di Nusantara. Bersama kita peduli pada alam dimulai dari menanam 1
pohon, aksi kecil dalam perubahan besar pada dunia.
Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua, akhir kata
Have a Nice Days.
0 komentar:
Post a Comment