Warna-warni menghiasi jalan, setiap harinya aku melihat ada puluhan hingga ratusan spanduk kampanye caleg. Mulai dari level spanduk ukuran kecil hingga level baliho dan videotron. Jelas banyak spanduk membuat keindahan setiap ruas jalan menjadi terganggu, namun itu bentuk menyambut pesta demokrasi.
Sejak tanggal 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024
nantinya, ada beragam warna-warni yang simpatisan politik. Bersaing dalam
mempromosikan diri dari tingkat paling rendah kabupaten/kota hingga ke jejang
kepala negara presiden.
Selama 75 hari yang panjang ini, jelas ada begitu banyak spanduk yang bertebaran di setiap sudut jalan. Menjadikan pertarungan kontestan politik, bersaing jadi yang terbaik dalam mewakili rakyat. Jelas setiap pemilu tentunya ada beragam intrik politik yang mengelabuhi masyarakat seperti serangan fajar atau bahkan politik uang. Muaranya jelas, karena banyak dari masyarakat tidak kenal dengan calon yang ia pilih dengan sepenuhnya.
Malahan level yang paling tidak dikenal tentu saja berada
di level paling rendah, posisi ini juga sangat rentan dalam hal politik uang
karena eksposur yang sangat rendah. Jangan heran untuk bisa menjadi wakil di
level kabupaten/kota identik dengan membeli suara. Alhasil, caleg yang terpilih
adalah yang paling banyak memberikan guyuran uang atau bantuan.
Menciptakan Pemilu yang Sehat dan Damai
Indonesia tergolong negara demokrasi terbesar di dunia,
bahkan bisa dikatakan konsep demokrasi yang diterapkan di Indonesia jadi
percontohan dalam memilih wakil rakyat secara langsung. Ada banyak pilihan yang
bisa masyarakat inginkan sesuatu wajah daerah, provinsi, daerah hingga level
presiden.
Menciptakan pemilu sehat nyatanya bisa dilakukan dengan melibat teknologi. Apalagi ada banyak masyarakat yang tidak kenal dengan calegnya. Hanya terpampang foto dan janji-janjinya di setiap pinggir jalan. Kinerja mana ada yang tidak kita ketahui, kecuali sebelumnya sudah pernah menjabat.
Agar suasana pemilihan jadi terkendali dan sehat,
tentunya masyarakat juga harus diedukasi. Khususnya sekali dalam mengetahui
wakil-wakil di daerahnya. Jangan tergiur hanya kucuran uang yang mungkin sekali
belanja habis atau sembako yang nominalnya hanya bisa dipakai selama seminggu.
Sedangkan wakil daerah akan menjabat selama 5 tahun lamanya.
Edukasi dalam pemilu akan menghadirkan pemilu yang sehat
salah satunya dalam sosialisasi caleg. Masyarakat kini terlalu fokus pada calon
pada posisi besar sedangkan ada banyak wakil daerah dan kebijakan mereka lebih
berpengaruh dibandingkan capres. Melalui sosialisasi, masyarakat akan lebih
peduli dalam hal ini.
Teknologi, Cara Menciptakan Pemilu yang Transparan
Selama ini pemilu identik dengan kertas dan kotak suara.
Tak ada teknologi di sini, hanya sebuah kertas yang para pemilihnya masuk ke
dalam bilik suara untuk menentukan pilihannya. Lalu setelah proses pemilihan,
para pemilih tinggal mencelupkan jarinya ke dalam tinta suara.
Saat proses perhitungan suara dilakukan, hanya dibutuhkan spidol dan papan tulis sebagai pencatatan suara. Jelas di sini tidak ada teknologi sedikit pun yang terlibat di dalamnya. Sama halnya dengan kampanye, bermodalkan spanduk yang dicetak dari percetakan terdekat lalu ditempelkan pada sudut kota agar pemilih tahu.
Nyatanya, teknologi saat punya peran penting dalam proses
awal pemilu (masa kampanye) hingga proses pemilihan. Pada kasus ini, penulis
ingin fokus dalam proses kampanye sedangkan dalam pemilihan akan ada tulisan
lainnya yang akan dibahas.
Rekam jejak seorang caleg mencakup informasi tentang
riwayat pendidikan, pengalaman kerja, aktivitas sosial, dan partisipasi dalam
berbagai kegiatan masyarakat. Hanya saja, banyak masyarakat terlalu malas
mencari rekam jejak hal tersebut. Paling sering yang jadi pembahasan tentunya
blunder dan harta kekayaan caleg yang berhasil diungkap sama media. Sisanya
fana, jangan heran banyak caleg bermasalah yang berhasil melenggang jadi wakil
rakyat.
Hadirnya terobosan teknologi dalam mengetahui caleg sangat membantu. Jangan sampai terkecoh oleh baliho, iklan atau bahkan serangan fajar yang tentunya saat mereka terpilih. Akan ada banyak politik kotor yang dimainkan, karena sejak awal cara yang digunakan tidak etis.
Melalui teknologi, praktik ini berkurang terutama buat
pemilih yang belum menentukan pilihan. Mereka jadi melek politik dan tahu calon
yang baik dari yang terbaik dan sekaligus membentuk pemilih yang baik. Tentunya
tak heran, kinerja para wakil rakyat akan jadi lebih baik. Di sinilah teknologi
membantu terutama dalam memilih yang terbaik.
Bagaimana Kita Tahu Rekam Jejak Caleg?
Selama ini, rekam jejak para caleg tidak banyak yang
diketahui, kecuali orang-orang yang cukup melek dengan politik. Sedangkan
sisanya, para masyarakat sering abai dan bahkan terkecoh dengan poster atau
baliho caleg. Perpaduan warna partainya dan pose yang menarik seakan menjadi
nilai daya tarik buat pemilih awam.
Namun tak perlu khawatir, ada sejumlah cara yang bisa digunakan dalam mengenal sejumlah cara. Sudah pasti ini memberikan pengetahuan pengguna. Dimulai dari situs resmi caleg: Cek situs resmi partai politik yang mencalonkan caleg tersebut. Biasanya, partai politik akan menyediakan informasi lengkap tentang setiap caleg yang diusung.
Ada cara lainnya yang lebih gampang namun kurang
berimbang yaitu sosial media. Banyak caleg menggunakan platform media sosial
seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau LinkedIn untuk berkomunikasi dengan
pemilih. Cari akun media sosial caleg dan lihat publikasi, foto, dan informasi
lainnya yang mungkin memberikan gambaran tentang latar belakang dan pandangan
politik mereka.
Di kesempatan lainnya, kita juga bisa melihat
kapabilitasnya melalui debat dan wawancara: Cek apakah caleg tersebut pernah
berpartisipasi dalam debat atau wawancara. Biasanya, ini dapat memberikan
wawasan tentang pemahaman mereka terhadap isu-isu politik dan pandangan mereka.
Kini lanjut ke tahap berita khususnya berita lokal
mengenai daerah asal caleg tersebut. Ada banyak tentunya beritanya terutama
jejak digital menjadi landasan utama dalam menilai salah satu caleg. Artikel-artikel
ini mungkin memberikan informasi tentang partisipasi mereka dalam kegiatan
masyarakat atau isu-isu politik lokal.
Ada juga berdasarkan rekomendasi dan ulasan: Tanyakan kepada orang-orang di sekitar Anda atau cari ulasan tentang caleg tersebut. Mungkin ada testimoni atau rekomendasi dari warga yang telah berinteraksi dengan mereka secara langsung.
Terakhir tentunya laporan harta kekayaan: Beberapa negara
atau wilayah memiliki persyaratan untuk caleg untuk melaporkan harta kekayaan
mereka. Cek apakah ada laporan semacam itu yang dapat memberikan informasi
tentang keuangan mereka. Ini juga bisa mengetahui kecurigaan dalam sejumlah
barang atau benda yang caleg gunakan.
Pelaporan LHK bahkan dianggap sebagai acuan dalam kecurigaan bila caleg yang sebelumnya pernah maju di periode sebelumnya, terjadi lonjakan kekayaan dalam waktu singkat. Ini bahkan jadi alasan pemilih dalam mempertimbangkan salah seorang caleg buat dipilih.
Ingatlah bahwa informasi ini sebaiknya dikumpulkan dari
berbagai sumber untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan akurat
tentang rekam jejak seorang caleg. Juga, pastikan untuk memverifikasi keabsahan
informasi yang kamu dapatkan untuk menghindari penyebaran informasi palsu atau
tidak akurat.
Lalu muncul pertanyaan, mengapa rekam jejak caleg
penting?
Ada banyak alasan yang mendasari rekam jejak sebagai
alasan memilih. Toh saat ini menjadi alasan kuat jejak digital dalam mengurangi
caleg yang ingin memperkaya diri dan menguntungkan partai saja. Abai penuh pada
rakyat setelah terpilih. Berikut sejumlah ulasannya:
Rekam jejak seorang caleg penting karena memberikan
pemilih gambaran yang lebih jelas tentang kualifikasi, integritas, dan visi
politik caleg tersebut. Ada banyak yang dinilai dari tingkat transparansi.
Rekam jejak membantu menciptakan transparansi dalam politik. Pemilih memiliki
hak untuk mengetahui lebih banyak tentang latar belakang caleg, termasuk
pendidikan, pengalaman kerja, dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat.
Lalu dilanjutkan dengan tingkat kualifikasi. Si sini dinilai informasi tentang pendidikan dan pengalaman kerja caleg membantu pemilih menilai apakah mereka memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk memahami dan mengatasi isu-isu politik yang kompleks. Ada juga yang diperlukan kualitas integritas dan etika: Pemilih ingin tahu apakah caleg tersebut memiliki catatan bersih atau pernah terlibat dalam kasus pelanggaran etika atau hukum.
Caleg juga harus dinilai rekam jejaknya dalam arah
padangan politik. Apakah itu berupa partisipasi dalam debat, penulisan artikel,
atau aktivitas lainnya dapat memberikan wawasan tentang pandangan politik
caleg. Ini membantu pemilih memahami di mana caleg tersebut berdiri pada
isu-isu tertentu.
Terakhir apakah caleg tersebut punya jejak dalam keterlibatan sosial: Aktivitas caleg di luar dunia politik, seperti keterlibatan dalam kegiatan sosial dan masyarakat, dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana mereka terhubung dengan kebutuhan dan aspirasi warga.
Jangan modal uang orang tua atau terkenal saja, lalu
nyaleg dan menang. Sudah pasti keterlibatan sosial minim dan tentu saja
keluarga dan partai politik prioritas utama setelah menang untung mengembalikan
dana kampanye.
Melalui pemahaman yang lebih baik tentang rekam jejak
caleg, pemilih dapat membuat keputusan yang lebih informatif dan memilih
perwakilan yang sesuai dengan nilai, aspirasi, dan kebutuhan mereka. Oleh
karena itu, rekam jejak caleg adalah salah satu faktor kunci dalam proses
demokrasi yang sehat.
Penerapan E-Caleg, Penerapan Sistem Pemantauan Digital
Teknologi kini harus dilibatkan pada banyak hal termasuk
dalam memilih wakil rakyat. Penerapan teknologi di sini bisa meminimalisir
hadirnya caleg yang kompeten. Politik uang yang sangat kuat dan mengakar jelas
tidak baik dan cara melawannya adalah dengan teknologi.
Memang ada sejumlah tantangan besar dalam
implementasinya, Untuk itulah sistem ini harus dijalankan secara mandiri dan independen.
Supaya tak ada intervensi terutama dalam caleg yang ingin kredibilitasnya naik
atau dimanipulasi.
Konsep teknologi yang menarik diterapkan bernama E-Caleg.
Sistem digital pemantau caleg adalah platform atau aplikasi berbasis teknologi
informasi yang digunakan untuk memantau dan menyediakan informasi tentang rekam
jejak, aktivitas, dan keterlibatan seorang caleg.
Tujuan utamanya baik, khususnya dari sistem ini adalah
meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dalam proses politik.
Bentuknya berupa aplikasi dan bahkan bila dianggap berjalan dengan cukup baik.
Nantinya ada metode scan wajah sehingga bisa mendapatkan segala data terkait
caleg.
Kebiasaan masyarakat kita dalam membaca dan lemah dalam mengingat nama secara lengkap sering membuat ada ledakan data saat proses pencarian. Alhasil pencarian caleg tidak tepat sasaran, adanya sistem scan wajah seperti yang diterapkan pada Google Lens mampu memberikan caleg dengan tepat.
Tentunya penerapan E-Caleg memberikan sejumlah fitur saat
proses pelaksanaannya. Mulai dari Profil Caleg yang di dalamnya sudah mencakup
sejumlah hal penting berupa pendidikan, pengalaman kerja, dan partisipasi dalam
organisasi atau kegiatan sosial. Terkait dalam privasi tidak perlu ada atau
ditampilkan seperti alamat rumah atau kontak karena rawan tindakan kriminal yang
bisa datang dari simpatisan atau bahkan oposisi.
Pada item lainnya juga hadir fitur berupa aktivitas politik.
Ini mencakup berupa melacak partisipasi caleg dalam debat, forum, dan kegiatan
politik lainnya. Bahkan menyediakan informasi tentang posisi caleg terhadap
isu-isu tertentu.
Selain itu ini termasuk juga keterlibatan dalam
masyarakat yang sifatnya program sosial yang si cale gada di dalamnya. Bahkan menampilkan
hasil dari pertemuan atau dialog langsung antara caleg dan pemilih.
Pada aplikasi E-Caleg, diharuskan punya sosial media yang
terintegrasi dengan sistem E-Caleg. Ini bisa mengetahui aktivitas si caleg.
Berupa tampilan dokumentasi, tanggapan, dan interaksi dengan pemilih. Bahkan
bisa mengetahui tanggapan negatif yang ada di sosial media. Misalnya saja
follow akun amoral atau berbau perjudian.
Item lainnya yang harus hadir berupa berita terkait caleg yang terbaru hingga paling lama. Ini memberikan informasi dari media yang kredibel. Bahkan berita terbaru yang caleg tersebut ini lakukan sebagai highlight.
Setiap berita juga ada analisa data caleg, ini mencakup
berbagai aspek yang dinilai. Nilainya dari paling rendah hingga tertinggi. Ibarat
kita membandingkan gadget terbaru, E-Caleg akan punya fitur serupa. Plus-minus
memilih caleg 1 atau caleg 2.
Terakhir tentu saja rekam jejak keuangan, Ini akan
menyajikan laporan keuangan caleg dan sejumlah barang yang dimiliki. Aplikasi
tersebut mengumpulkan data dari berbagai sumber, antara lain lembaga negara,
perbankan, dan asosiasi profesi. Ia menjamin data tersebut tidak melanggar
privasi seseorang karena bersifat publik.
Ini membuat caleg tidak bisa memanipulasi kekayaannya sehingga terlihat wajar di mata pemilih. Sistem yang
terintegrasi ini membuat para caleg bermasalah jadi ketar-ketir. Bahkan
termasuk dalam pemantauan sumbangan serta aktivitas dalam masa kampanye
terutama terindikasi dengan politik uang. Habislah kalau ketahuan, auto gagal
di akhir.
Bahkan yang cukup menarik yaitu dengan adanya rating berupa komentar dari para pemilih. Ini membuat caleg berlabel mantan koruptor, bermasalah pada periode sebelumnya hingga yang bermain politik uang akan berada di rating paling bawah.
Tentunya dengan adanya penggunaan sistem digital pemantau
caleg dapat membantu membangun kepercayaan antara caleg dan pemilih,
meningkatkan partisipasi dalam proses demokrasi, dan memberikan wawasan yang
lebih baik kepada pemilih untuk membuat keputusan yang terinformasi.
Namun, penting juga untuk memastikan transparansi,
akuntabilitas, dan keamanan data dalam pengembangan dan implementasi sistem
ini. Konsep yang cocok dalam penerapan ialah berupa sistem berbasis Big Data
yang menerapkan konsep Blockchain.
Aplikasi itu nantinya akan diserahkan kepada KPU untuk
mendeteksi lebih awal bakal caleg yang sesuai ketentuan. Artinya aplikasi akan
bekerja secara independent secara langsung. Bahkan ini mampu mendata para caleg
yang terdaftar di Indonesia secara real time.
Sebagai gambaran, Daerah Pemilihan (Dapil) dan Jumlah Kursi Anggota DPR sebanyak 84 Dapil dan 580 Kursi, DPRD Provinsi sebanyak 301 Dapil dan 2.372 Kursi, serta DPRD Kabupaten/Kota sebanyak 2.325 Dapil dan 17.510 Kursi, sehingga total keseluruhan 2.710 Dapil dan 20.462 Kursi. Cukup banyak bukan?
Jumlahnya yang mencapai puluhan ribu berhasil menyatu dalam
satu aplikasi yang berbasis Blockchain. Bahkan ini menjadi rekam jejak kembali
saat pemilu dilaksanakan kembali 5 tahun ke depan. Citra yang baik dibangun
kini, jadi modal berharga di masa depan.
Kendala Terbesar implementasi E-Caleg
Menghadirkan sebuah aplikasi tentunya tak hanya sebuah
keberanian dan terobosan saja. Butuh banyak hal yang perlunya, salah satunya dana
operasional. Bila kendala tersebut berhasil dipecahkan, akan berhasil jalan?
Jawabannya tidak karena itu hanya satu dari segudang masalah yang dihadapi.
Belum lagi masalah koneksi data karena melibatkan puluhan ribu caleg. Artinya semua kendala harus bisa diselesaikan dan harus real time. Bahkan harus ada pembaruan agar pengguna bisa menggunakannya bahkan setelah pemilu usai.
Lalu juga muncul masalah, bagaimana daerah penetrasi
internetnya yang masih sangat kurang. Harus adanya infrastruktur teknologi dan
konektivitas internet yang memadai merupakan aspek kunci dalam kesuksesan
aplikasi ini. Di daerah-daerah yang belum terjangkau oleh jaringan internet
yang andal, penggunaan aplikasi semacam ini mungkin sulit dilaksanakan.
Ini juga sejalan dengan proses pemeliharaan sistem yang
tentunya harus dipantau terutama mendekati masa pemilu. Dukungan teknis yang
berkelanjutan serta pemeliharaan rutin untuk memastikan bahwa aplikasi tetap
berfungsi dengan baik dan dapat diakses oleh pengguna.
Masalah keamanan data juga harus diperhatikan. Di posisi ini caleg jelas merasa dirugikan terutama bila data pribadinya bocor ke publik. Mengelola
data pribadi calon legislatif dan pemilih memerlukan sistem keamanan yang
sangat kuat untuk melindungi informasi sensitif dari ancaman keamanan seperti
peretasan dan pencurian identitas.
Terakhir tentu saja bagaimana aplikasi ini berguna dan
diterima sama masyarakat. Kadang muncul sikap skeptis dari masyarakat terutama pada calon pilihannya. Butuh pendekatan yang inklusif dan pendidikan
publik yang luas untuk memastikan partisipasi yang maksimal.
Pada tahap ini juga, masyarakat mungkin menghadapi
tantangan dalam menerima aplikasi E-Caleg karena perubahan budaya dan kebiasaan
terkait proses pemilihan umum yang biasanya dilakukan secara konvensional.
Bahkan di masa depan, ada terobosan lainnya dalam proses
memilih. Misalnya saja penerapan E-Voting yang tidak harus membutuhkan KPPS
lagi. Mantu idaman dari KPPS bisa tergantikan dengan teknologi.
Mengatasi kendala-kendala di atas memerlukan kerja sama
antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memastikan bahwa
aplikasi E-Caleg dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat yang
maksimal bagi proses demokrasi.
Kapan Aplikasi seperti ini Bisa Hadir?
Tahun 2024 bisa dianggap sebagai awal, penerapan teknologi sudah cukup baik tinggal bagaimana cara membangun aplikasi berbasis Big Data. Tugas selanjutnya adalah memberikan sosialisasi ke masyarakat terutama sekali agar melek pada politik. Toh mereka yang akan mengatur daerah, provinsi hingga negara kita. Bahkan cara ini bisa mengurangi berita hoax yang berseliweran selama ini.
Sisi positifnya, masyarakat kini makin dewasa dan melek
teknologi. Ada banyak informasi yang didapatkan namun makin cerdas dalam
memfilter terutama dalam caleg. Kini banyak dari masyarakat kelas bawah yang
masih terpengaruh, dibutuhkan sosialisasi dan kesadaran dalam memilih caleg
terbaik. Minimal saat berada di dalam bilik pemilu, sudah mantap pada
pilihannya.
Penerapan teknologi E-Caleg tidaklah sulit, hanya saja, penerapan machine learning dan scan detecting face berkembang dengan sangat pesat. Tinggal bagaimana dan siapa yang mau mengeksekusi menjadi sebuah aplikasi. Sistem yang diterapkan agar tidak memakan banyak penyimpanan dan bisa bertahan sepanjang masa adalah berbasis Big Data dan Blockchain.
Semoga tulisan ini memberikan inspirasi kita terkait dalam
proses pemilihan. Teknologi itu hanyalah sebuah alat dan kita manusialah yang
mengeksekusi baik tidaknya sebuah alat bekerja dengan benar. Akhir kata, Ayo
kita sisihkan sedikit waktu untuk orang yang kita pilih dan akan memimpin
selama 5 tahun ke depan.
Semoga tulisan ini menginspirasi kita, akhir kata: Have a
Nice Days.
0 komentar:
Post a Comment