Harus diakui, mesin pencari terus berkembang pesat
melampaui zaman. Saya seakan ingat 18 tahun lalu saat pertama sekali browsing
di internet. Google kala itu masih sangat muda, umurnya masih seumur jagung.
Seakan ia mencoba mengalahkan kedigdayaan Yahoo yang sangat mengglobal.
Dalam sekejap Google Search Engine menjadi mesin pencari paling populer. Kedigdayaannya serasa tak tertandingi. Banyak mesin pencarian dari era lama hingga baru mencoba mengganggu dominasinya. Hanya saja, banyak yang gagal atau bahkan mati sebelum berkembang. GSE ibarat mesin uang Google selain dengan Youtubenya.
Kedigdayaan Google dengan GSE serasa sangat manis. Namun
perlahan tapi pasti, dunia digital akan terus berubah. Ia akan menyesuaikan
zaman terutama arah mesin pencarian dan kebutuhan manusia yang terus berubah.
Kini mesin pencari terasa mulai merasakan banyak
tantangan terutama pengembangan AI. Kemampuan AI yang serasa lebih digdaya,
seakan menggerus GSE yang jadi andalan Google. Namun Google coba berbenah
dengan mencoba terobosan baru melalui project Google Labs. Aspek yang
ditekankan terutama sekali yang berkaitan dengan AI.
Ini cukup menghasilkan terutama sekali dengan lahirnya
inovasi baru. Google jelas lebih digdaya karena mereka punya basis data jauh
lebih besar dan kuat. Sejumlah aplikasi berbasis AI selama ini, malah banyak
mengambil source dari Google. Bagaimana bila yang punya source tersebut yang
terjun langsung. Menarik untuk layak ditunggu.
Apakah di Masa Depan Mesin Pencarian Masih Dibutuhkan?
Ya, mesin pencarian kemungkinan besar akan tetap menjadi komponen penting dalam ekosistem digital di masa depan. Meskipun tren teknologi terus berkembang dan makin kompleks tentunya. Perannya tak sebatas mencari dan kemudian selesai tetapi bagaimana ia bisa terkoneksi dengan banyak informasi baru.
Misalnya saja kini, saat kita mencari ponsel terbaru. Ia
akan memberikan sejumlah informasi ponsel terbaru. Ada banyak website yang
berada di halaman bawah pencarian Google. Sedangkan E-commerce melihat peluang
ini dalam mempromosikan produknya. Ini bisa masuk dalam kebutuhan pencarian
kontekstual yang makin memberikan banyak keinginan yang pengguna inginkan.
Bahkan pada perangkat yang kita gunakan akan ada integrasi
dengan teknologi seperti asisten suara, perangkat cerdas, dan platform
e-commerce. Ini memperluas fungsionalitas mereka dan membuatnya lebih mudah
diakses oleh pengguna. Makin berkembang dan tentunya perannya jadi kompleks dan
beragam. Kini tinggal Google yang memaksimalkannya.
Melihat Gambaran Mesin Pencari di Masa Depan?
Google di masa depan ternyata sangat berbeda dengan Google yang kita kenal sekarang. Ia akan menjadi lebih responsif, pintar dan tahu maksud apa yang ingin kita cari. Bahkan bisa dikatakan ia mencoba belajar dan menjawab layaknya seorang manusia. Kasarnya, ibarat kita bertanya pada teman di tongkrongan.
Jelas ini sebuah loncatan besar, dan bahkan kemampuannya
makin di luar batas karena punya menganalisa miliaran data dalam sekejap
menjadi sebuah jawaban versinya. Jelas GSE versi masa depan sangat diharapkan,
terutama dalam berbagai bentuk bahasa dan jawaban tentunya.
Selain itu juga, pengguna tak hanya sekedar mengetik lalu mencari jawaban hingga ke dasar halaman. Membuka hingga puluhan halaman lagi, karena kini GSE akan jadi cerdas. Ia akan memberikan kesimpulan jawaban dengan tepat dan cepat. Ada banyak opsi yang akan diberikan terutama terkait pertanyaan yang kita tanyakan.
Selama ini, bila kita tak menemukan jawabannya. Pasti
akan muncul beragam website atau bahkan blog yang melelahkan untuk dibaca.
Namun kini hadirnya GSE versi masa depan akan mempermudah jawaban dan bahkan
gambaran mesin pencari masa depan.
Google Labs, Program Eksperimental pada AI
Program ini merupakan wadah bagi Google untuk menguji ide-ide inovatif, teknologi baru, dan fitur eksperimental sebelum mereka memutuskan untuk merilisnya secara resmi ke publik. Google sadar akan ada perubahan di dunia digital dan mereka menyadari dan tidak mau terbuai. Terutama dengan ada banyaknya AI seperti GPT atau Copilot yang siap menggerus pasar mereka.
Sejak pertama kali dihadirkan di tahun 2002, Google Labs telah
menguji dan merilis berbagai proyek dan fitur baru kepada pengguna. Melalui
Google Labs, pengguna dapat mencoba fitur-fitur tersebut dan memberikan umpan
balik kepada Google sebelum fitur tersebut diperkenalkan secara resmi ke dalam
produk-produk utama Google.
Hadirnya Google Labs seakan memberikan terobosan baru dalam proyek riset akan masa depan dunia konten dan sistem pencarian masa depan. Ini menjadi dorongan dalam inovasi terutama pada ide-ide segar khas Google. Bahkan jadi ladang pengujian sebelum diterima pada pasar, bahkan bila dianggap layak setelah melewati masa pengujian. Ini akan dimatangkan dan kemudian diluncurkan.
Sejumlah program Google Labs di antaranya yang layak
dicoba yaitu: Search Powered By Generative AI, Imagefx, Gen Ai In Chrome,
Notebooklm, Musicfx, Say What You See, Help Me Script, Duet AI, Textfx, Poem
Postcards, Magic Editor, Project Idx, dan Magic Compose.
Semuanya berkaitan dengan konten kreator dan yang menarik
perhatian yaitu pada Search Powered By Generative AI yang dikenal dengan Google
Search Generative Experience. Nanti SGE inilah yang diprediksi menggantikan
tugas GSE yang saat ini sering kita gunakan.
Mengenal Jauh Konsep Google SGE
Google resmi menghadirkan Search Generative Experience ke lebih dari 120 negara yang sebelumnya hanya ada pada 3 negara saja yaitu Jepang, India dan Amerika Serikat. Setelah dianggap cukup baik, kini saatnya diterapkan pada sejumlah negara.
Ini ibarat peluang dari Google dalam mengembalikan
citranya. Bila yang sebelumnya agak telat dalam merespons dari kehadiran
ChatGPT atau bahkan Copilot. Keterlambatan selama setahun saja sudah sangat
berpengaruh pada eksistensi GSE. Hadirnya SGE ibarat anti tesis dalam melawan
gebrakan AI yang siap menggantikan mesin pencari.
Konsep hampir serupa dengan Google pada umumnya. Hal yang membedakan hanya berupa penambahan fitur yang menyerupai logo gelas ukur yang menjadi ciri khas dari Google Labs dan SGE bisa terinstal pada aplikasi.
Hal yang patut diperhatikan tentu saja yaitu harus
menggunakan aplikasi berbasis Chrome. Karena pada aplikasi lainnya, SGE tidak
bisa digunakan karena dinilai tidak kompartibel. Bila sudah dianggap sudah
terkoneksi. Kini Google SGE sudah bisa digunakan.
Untuk saat ini SGE sudah bisa diakses di Indonesia
melalui Chrome versi desktop. Sementara untuk aplikasi Google di Android dan
iOS, akses ke fitur ini baru akan hadir beberapa minggu ke depan. Namun untuk
kedua fitur baru tadi, keduanya baru akan hadir dalam beberapa minggu ke depan.
Bagaimana cara mengaktifkan Google SGE?
Bagi siapa yang ingin mencoba Google SGE ini, caranya cukup mudah. Pertama sekali tinggal membuat Browser Google Chrome, pastikan udah terupdate di versi yang paling baru. Lalu login ke akun Google, dan di start page Google Chrome itu ada logo Google Labs. Tinggal klik saja dan akan muncul logo khas dari Google Labs, itu artinya, Google SGE sudah terpasang.
Sekarang tinggal mencoba bertanya padanya, ia bisa
memahami bahasa yang lebih manusiawi dan santai. Jadi bisa kalian coba sendiri variasi
pertanyaan yang dilontarkan.
Prinsip Kerja Google SGE
Supaya kita semua bisa memahami konsep kerja pada Google SGE , kita harus mengenal dulu apa itu Generative AI. Berupa sistem kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan data baru, seperti gambar, teks, atau suara, yang mirip dengan data pelatihan yang diterimanya. Ini berbeda dari pendekatan yang lebih umum di mana AI digunakan untuk mengklasifikasikan atau memproses data yang sudah ada.
Generative AI menciptakan konten baru yang belum pernah
dilihat sebelumnya, dengan menggunakan model statistik dan pembelajaran mesin
yang kompleks. Apa yang sudah ChatGPT lakukan dan diperkuat oleh Bing milik
Copilot adalah contohnya.
Pasda Google SGE ini banyak bergantung ke salah satu bagian dari Generative AI yaitu LLM atau Large Language Models. Nah.. di sini Google bikin sendiri sehingga lebih berbeda dan mandiri dibandingkan dengan milik GPT 4 atau Copilot. Mereka menamainya dengan Google MUM, Google PaLM, dan yang lainnya.
Nah LLM inilah yang punya kemampuan untuk memahami maksud
pertanyaan kita, lalu membaca isi dari website-website di hasil pencarian, dan
mengenerate rangkuman jawabannya buat kita. Sekali lagi seperti yang saya
tekankan. Google punya sumber data paling besar, pasti referensinya sangat
banyak dan beragam. Tinggal bagaimana meningkatkannya.
Jadi ada 6 proses utama yang berlangsung saat kita
mencari di Google SGE. Pertama saat kita mengetik pertanyaan, LLM akan mencoba
memahami pertanyaan kita. Terus yang kedua, Google SGE akan mulai mencari
jawaban dan membaca isi dari top ranking website. Lalu yang ketiga, LLM akan
mulai memproses semua data yang terkumpul — baik itu fakta, poin-poin penting,
dan yang lainnya.
Pada tahapan yang keempat, dia akan menggenerate jawabannya buat kita. Di format ke dalam jawaban yang mudah kita mengerti, baik dalam bentuk penjelasan, list, produk, dan berbagai hal lainnya yang sesuai dengan pertanyaan yang kita lontarkan.
Nah proses kelima adalah menambahkan sumber rujukannya.
Dan keenam adalah dynamic learning, dari setiap kali kita bertanya, melakukan
follow up, dan sebagainya akan dijadikan sebagai bahan belajar lagi oleh AI
nya. Jadi makin banyak digunakan, lama-lama akan semakin bagus dan relevan.
Karena konsepnya menggunakan LLM dan itu merupakan bagian
dari Deep Learning. Jelas makin lama, AI akan pintar dan akan mempelajari
kebiasaan manusia dalam bertanya dan menambah referensinya. Jadi awal
kemunculan dari Google SGE ibarat proses belajar padanya.
Belajar akan Cara Menggunakan Google SGE
Google pun sadar dalam memperkenalkan fitur baru, ia
harus membuat pengguna lamanya nyaman. Inilah yang membuat dalam mengakses
Google SGE sama seperti mengakses Google biasa. Hanya satu hal yang berbeda
yaitu harus sudah terinstal Google SGE saja. Ini terlihat dari logonya yang
menyerupai gelas ukur kimia.
Lalu masuk pada URL Google SGE tetaplah Google.com.
Tampilan halaman utama nya juga sama persis seperti Google saat ini. Tapi kalo
kita mencari sesuatu, nah ini yang jauh berbeda. Di sini kita tak perlu lagi
mencari dengan keyword yang kaku seperti yang bisa kita gunakan.
Tetapi kita bisa langsung menanyakan saja dengan menggunakan bahasa percakapan sehari-hari karena Google SGE bakal tetap paham. Ini berkat kemampuan LLM yang sudah diadopsikan pada Google SGE, hasilnya langsung terlihat dari hasil jawaban yang diberikan.
Sangat berbeda dengan Google klasik saat ini yang akan
menyodorkan deretan hasil pencarian yang berisi keyword atau website yang
sesuai dengan yang kita cari, atau kalaupun ada snippet biasanya cuman
jawaban-jawaban cepat yang singkat.
Pada Google SGE ini memberikan opsi untuk langsung mendapatkan rangkuman jawabannya dari Generative AI. Jadi kita tidak perlu susah-susah klik hasil pencarian dan mencari jawabannya di website satu per satu. Jawaban akan langsung diberikan secara instan oleh Generative AI dari Google GSE.
Google menyebut
jawaban instan dari AI ini sebagai AI snapshot. Ia akan hadir dengan warna pink
atau ungu dengan kumpulan jawaban yang runtun. Uniknya lagi tentu saja dari
jawaban akan diberikan datang dari referensi kredibel sehingga bisa
mengaksesnya bila ragu dari jawaban Google SGE.
Kita juga diberi beberapa list pertanyaan follow up yang
bisa kita klik untuk explore lebih lanjut — atau kita bisa juga ketik sendiri
juga. Jadi mencari di Google GSE ini berasa lebih kayak percakapan, dengan
pertanyaan yang bisa terus nyambung sampai kita mendapatkan jawaban yang kita
inginkan. Google menyebutnya sebagai conversational mode.
Kita bisa bertanya sesuatu, meminta penjelasan lengkap
dari suatu hal, bisa mendapatkan poin-poin penting dari jawaban, atau sekedar
bertanya instruksi melakukan sesuatu. Pengguna juga bisa bertanya mengenai
jawaban yang spesifik dan akan menghasilkan jawaban Generative AI hasil dari
penggabungan banyak data dan referensi yang ia miliki.
Saya mencobanya dengan pertanyaan seperti ini
Saya punya berat badan 79 kg, bagaimana bisa menurunkan berat badan ke 70 kg hanya dalam waktu 30 hari. Apa saja kombinasi latihan dan makanan yang harus saya lakukan?
Ada banyak situs yang mengarahkan pada jawaban saya dan ini jadi acuan juga karena bisa mengetahui jawaban lebih lengkap. Bahkan ada sejumlah pertanyaan serupa yang ada kaitannya dengan pertanyaan yang saya tanyakan.
Memang tidaklah lengkap, tapi ini jadi referensi awal dan
bahkan Generative AI akan mempelajari pertanyaan ini bila ditanyakan secara
serupa. Bahkan bisa lebih detail dan jadi acuan penting.
Ada juga Ask a Follow up yang berguna dalam pertanyaan
serupa sebagai pertanyaan lanjutan untuk hasil pencarian yang sebelumnya sudah
dilakukan.
Kelemahan Google SGE yang harus Diperbaiki
Selama pengalaman saya dari menggunakan Google SGE, tentu
saja pengalamannya yang kesannya masih belum sepenuhnya siap. Kadang tampilan
dari Google SGE tidak muncul dan bila pun muncul akan terlihat sedikit
berantakan.
Selain itu kadang harus menekan tombol generate agar hasil jawaban Google SGE muncul atau bahkan tidak muncul sama sekali. Serta kadang pada pertanyaan follow up tidak hadir pula pada hasil pencariannya dan masih banyak hal aneh lainnya yang muncul.
Ini wajib perbaiki karena tentunya, pengguna pasti berekspektasi
pada Google. Mereka punya sumber daya dan punya segalanya, namun masih dianggap
sangat pemula pada bidang Generated AI.
Selain itu juga, kelemahan dari Generated AI tentunya
hasil jawaban yang kebanyakan masih nyeleneh dan itu datangnya dari sumber yang
ia dapatkan. Apalagi pertanyaan yang dilontarkan aneh juga. Ia kan menjawab
dengan rada sedih aneh dan melakukan riset terlebih dahulu.
Sumbernya yang didapatkan pastinya dari penelusuran kilat
tanpa kroscek. Jadi jangan langsung mematok jawaban sepenuhnya dari Google SGE.
Peran artikel di bawahnya jauh lebih baik dan kredibel. Ini cukup wajar karena
masih eksperimental dan Google akan mencoba memperbaikinya.
Bila disuruh memilih, apakah Search Engine biasa atau
Google Generated Experience?
Jawabannya baik saya pribadi, jelas Search Engine biasa. Karena
SGE masih dalam proyek uji coba dan masih banyak gagalnya. Namun ia akan
belajar dan menjadi lebih pintar dan responsif. Kini saya rasa, Google konvensional
masih sesuai dengan zaman dan bila ingin merasakan pengalaman baru. SGE adalah
pilihannya.
Nasib para Blogger akan Google SGE
Hadirnya Google SGE menggantikan Google saat ini seakan menjadi petaka besar terutama pada konten kreator. Mereka yang selama ini mengandalkan pendapatan dari hasil website terutama para Blogger, jelas sangat gundah. Termasuk saya sendiri, karena Google dengan Generative AI-nya akan mengambil informasi dari Blog kita dan lalu menampilkan pada pengguna.
Bila dulunya, yang muncul pada halaman pertama mesin pencarian
Google adalah website atau blog yang paling kuat SEO atau baik kontennya. Tapi kini
dengan adanya Generate AI dari Google SGE seakan membuat ia berada paling atas
dan relevan.
Makin menyakitkan lagi karena segala sumbernya diambil
atau bahkan dikutip dari blog kita. Memang di satu sisi ia kan menampilkan slide
singkat pada website atau Blog tersebut. Namun dari hasil pengujian kami,
kebanyakan yang dihubungkan ada pada situs-situs besar. Bukanlah para Blogger,
jadi ini sebuah kerugian terutama Blogger yang menggantungkan hidupnya pada
adsense pada blognya, jumlahnya akan menurun drastis.
Kini bagaimana Google dalam memberdayakan konten kreator, yang membuat Google tetap besar selama hampir 2 dekade tentunya adalah peran konten kreator. Bagaimana dalam menerapkan Google SGE namun tetap menguntungkan semua pihak tanpa terkecuali merugikan konten kreator.
Sebaik apa pun Generated AI, tetap saja tidak mampu
menandingi konten kreator. Mereka punya ide yang jauh lebih segar dan hebat.
Bahkan kreativitas tidak bisa dikalahkan oleh teknologi sampai kapan pun. Kini
tugas Google dalam menggabungkan peran AI dengan konten kreator atau memberikan
batasan. Tinggal waktu yang menjawabnya.
Para Pesaing Google SGE yang Lebih Sempurna
Google bisa dibilang terlambat karena para pesaingnya
jauh lebih siap dan kompleks. Saya pribadi baru tahu akan hadirnya Google SGE
padahal sudah hadir sejak November 2023. Sedangkan saat ChatGPT pertama
meluncur, sehari setelahnya langsung saya mencobanya dan jatuh cinta.
Bing pun tidak mau ketinggalan dengan Copilotnya, bahkan bisa dibilang hampir sama kuatnya dengan ChatGPT. Hal pertama yang membedakan yaitu Copilot lebih baik untuk tugas pemrograman dan pengembangan perangkat lunak, sementara ChatGPT lebih cocok untuk pertanyaan umum, pembuatan konten, dan percakapan.
Memang ada sejumlah generate AI lainnya, namun ini yang
paling dominan digunakan karena duluan muncul dan cukup kuat dalam melalukan
generate atas pertanyaan. Nah.. di sinilah tantangan besar sekaligus peluang
besar.
Tantangan besar terutama bagaimana mempromosikan dan
memperkenalkan pada pelanggan. Misalnya saja Google SGE harus menggunakan
Google Chrome. Ini jelas sebuah kekurangan, apalagi Chrome kini mulai
ditinggalkan karena sangat berat. Ia harus bisa diadopsikan pada sejumlah
browser agar maksimal dalam proses penggunaannya.
Tantangan kedua tentu saja, bagaimana dalam mengurangi
generate informasi yang datang dari informasi dari website atau Blog. Ini jelas
membuat orang yang tidak percaya pada media tersebut akan skeptis pada jawaban
yang Google SGE berikan.
Terakhir tentu saja, bagaimana Google SGE memberikan dimensi baru terutama dari tampilan yang ada pada pencariannya. Jadi ini seakan membuat Google SGE jadi next level dalam masa depan mesin pencari.
Sedangkan secara kekuatan, ia cukup kuat dalam pengguna
karena rata-rata pengguna internet adalah pengguna Google. Jadi jangan salah,
Google cukup melakukan migrasi pengguna saja. Tidak sulit bila berhasil
dilakukan dengan smooth.
Selain itu, mereka punya sumber data yang sangat besar
dan kuat. Tinggal bagaimana memperkuat generate AI dan berhasil memperbaiki
dari LLM, pastinya akan mengalahkan Copilot dan bahkan ChatGPT. Selain itu ia
akan memberikan tak hanya jawaban berupa kalimat tapi bahkan gambar atau video.
Jadi kini tinggal bagaimana Google melakukan terobosan,
jangan sampai salah arah. Karena siapa saja yang salah arah akan ditinggalkan
pengguna. Kasus Yahoo sudah membuktikan dahulu, merasa nyaman dan tidak siap
dengan pesaing baru dan hancur.
Tapi Google tidak seperti itu, mereka serius namun belum
menemukan racikan yang tepat saja pada Google SGE. Kini kita tinggal ucapkan:
selamat datang Google dari masa depan: Google Generative Experience.
Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua dan akhir
kata, Have a Nice Days.
Sejak Gemini AI terintegrasi di Google Search, nuansa pencarian semakin berbeda. Terima kasih ulasannya.
ReplyDelete