Wednesday, June 19, 2024

Benarkah AI Mampu Mempermudah Pekerjaan?

Saat pandemi mendera dunia di tahun 2020, hampir sebagian besar manusia harus menahan diri untuk tinggal di rumah. Tahun itu jadi sesuatu yang berat untuk semua orang tanpa terkecuali, memulai segala hal dari rumah.

 

Berbagai inovasi coba dihasilkan terutama yang berhubungan dengan teknologi. Manusia selaku makhluk sosial butuh namanya interaksi, alhasil berbagai perusahaan teknologi mencoba inovasi baru. Lahirnya gebrakan besar seperti yang Facebook lakukan dengan Metaverse-nya.

 

Seakan dengan begitu percaya dirinya, Meta mencoba menciptakan konsep ruang bersama virtual yang diciptakan oleh konvergensi realitas fisik yang ditingkatkan secara virtual, augmented reality, dan internet. Hingga menghasilkan produk dan ekosistem virtual ala mereka.

 

Nah.. Metaverse, seseorang dapat terlibat langsung dengan menggunakan perangkat canggih dalam dunia virtual. Di dalamnya, kita dapat bersosialisasi, bermain game, hingga berbelanja, tetapi hanya sebatas pada dunia virtual saja.

 

Namun nyatanya, Metaverse ibarat proyek besar yang layu sebelum berkembang. Saat masa pandemi seakan berakhir sepenuh. Praktis siapa yang ingin lama-lama di rumah atau merasakan sensasi dunia maya. Toh.. kita bisa mengeksplorasi dunia nyata tanpa batas.

 

Namun tak semuanya gagal, ada Apple yang bisa dibilang cukup sukses dengan produk Apple Vision Pro milik mereka. Namun tidak dengan Meta yang sudah jor-joran di sana, karena yang dibutuhkan manusia saat ini adalah kemudahan bukan kesulitan dalam melakukan pekerjaan.

 

Lonjakan Perkembangan AI kala Pandemi

Bisa dibilang AI sudah sangat lama dikembangkan, namun pandemi jadi trigger untuk ia bisa matang dan memperkenalkan diri. Seperti yang saya bilang tadi, manusia butuh tools yang memudahkan bukan mencari tools baru yang makin menyulitkan keadaan.

 

AI sangat dibutuhkan dalam sejumlah aspek pekerjaan, aktivitas hingga hiburan. Sedangkan VR atau AR memang sudah lama, namun implementasinya masih sulit diterapkan. Apalagi harganya yang sangat mahal dan membuat pengguna memalingkan pilihannya.

 

Itu makin lengkap saat pandemi selesai, Hype yang ada pada VR dan AR mendadak hilang. Sedangkan AI tetap berlanjut dan bahkan saat ini semua lini sudah beriringan dengan AI. Dulu AI hanya sebatas kemampuan dasar yang tertanam di gadget namun kini ke segala ini telah menerapkan konsep AI.

 

OpenAI dan ChatGPT, Awal Baru dari Ledakan AI

Saat pertama kali ChatGPT diperkenalkan ke publik, reaksi publik sangat positif dan terkejut dengan kemampuan teknologi ini. Pengembang OpenAI mengatakan bahwa mereka tidak mengharapkan ChatGPT sangat berhasil dan mereka terkejut dengan perhatian yang banyak terhadap ChatGPT.

 

Dalam sekejap popularitasnya melejit dengan cepat, ada jutaan pengguna yang menggunakannya. Alasan utama karena takjub, bagaimana sebuah bahasa pemograman bisa menerjemahkan sebuah pertanyaan, mengerti akan tabel, hingga gambar.

 

Meskipun setelahnya, ada banyak hal yang tidak sesuai dalam penerapannya. Mulai dari penerjemahannya yang ngawur, pemahaman yang melenceng hingga tentu saja lonjakan data salah yang menimbulkan hoax. Namun setelahnya, OpenAI mencoba memperbaiki dan perlahan masalah ini bisa diselesaikan.

 

Satu hal yang menarik setelahnya, ada banyak pengembangan yang mencoba turun ke AI. Tak hanya sebatas bahasa pemograman LLM saja. Ada banyak bidang yang bisa dijelajahi dalam pengembangan AI. Semisalnya kini AI sudah memasuki hampir semua lini aplikasi. Apakah edit foto, video hingga bahkan berbagai pekerjaan yang ada sentuhan AI.

 

Mengapa AI bisa Berkembang Sangat Pesat?

Kemajuan teknologi dan infrastruktur merupakan salah satu alasan utama. Perkembangan pesat dalam teknologi perangkat keras, seperti CPU, GPU, dan TPU, telah meningkatkan kemampuan komputasi secara signifikan. Hal ini memungkinkan pelatihan model AI yang lebih kompleks dan besar dalam waktu yang lebih singkat.

 

Saya pribadi begitu kagum melihat bagaimana perusahaan teknologi seperti NVIDIA terus mendorong batasan dengan menciptakan perangkat keras yang lebih kuat. Selain itu, ketersediaan data besar dari berbagai sumber, seperti media sosial, sensor IoT, dan perangkat seluler, menyediakan bahan baku yang melimpah untuk melatih model AI.

 

Namun, daya komputasi dan data besar saja tidak cukup. Kemajuan dalam algoritma dan metode juga memainkan peran penting. Penemuan dan pengembangan algoritma baru yang lebih efisien dan efektif, seperti deep learning, telah meningkatkan kemampuan AI dalam memecahkan berbagai masalah kompleks.

 

Selain itu, investasi besar dan dukungan dari berbagai industri telah mempercepat penelitian dan pengembangan AI. Saya melihat banyaknya investasi dari perusahaan teknologi besar, venture capital, dan pemerintah yang mempercepat laju inovasi di bidang ini.

 

Faktor X lainnya pada Kemajuan AI

Kemajuan dalam pembelajaran mesin juga mempercepat adopsi AI. Penggunaan model yang sudah dilatih sebelumnya (pre-trained models) dan teknik transfer learning memungkinkan penggunaan AI yang cepat dan efisien tanpa perlu pelatihan dari awal.

 

Pemrosesan data yang lebih baik dan teknik augmentasi data juga meningkatkan kualitas pelatihan model. Saya sering mengaplikasikan teknik-teknik ini dalam proyek-proyek saya, yang membantu mencapai hasil yang lebih baik dalam waktu yang lebih singkat.

 

Adopsi AI oleh perusahaan besar juga tidak bisa diabaikan. Implementasi oleh perusahaan teknologi seperti Google, Amazon, Microsoft, dan Facebook telah mendorong adopsi AI di seluruh industri. Layanan cloud computing dari perusahaan-perusahaan ini membuat AI lebih mudah diakses oleh bisnis kecil dan menengah, memungkinkan lebih banyak orang untuk memanfaatkan teknologi ini.

 

Semua faktor ini – kemajuan teknologi, ketersediaan data, investasi besar, dukungan industri, aplikasi luas, komunitas aktif, kemajuan dalam pembelajaran mesin, adopsi oleh perusahaan besar, dan permintaan pasar yang berkontribusi pada kesuksesan AI dalam waktu singkat.

 

Ini adalah perjalanan yang luar biasa, dan saya merasa beruntung bisa menjadi bagian dari revolusi ini, memanfaatkan AI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam pekerjaan sehari-hari. Dengan memahami dan mengaplikasikan teknologi ini dengan benar, kita bisa terus mendorong batasan dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

 

Saat AI mencoba Memasuki Lini Pekerjaan dan Bisnis Manusia

Saat AI datang, ada banyak yang skeptis, bisa saja para yang bergelut di bidang tersebut, usahawan hingga perusahaan besar. Mereka skeptis dan juga cemas akan masa depan. Bagaimana tidak, misalnya dulu ada penerjemah yang menggantungkan hasil terjemahannya dari kemampuan bahasa yang ia punya. Kini sudah ada AI yang dalam sekejap bisa menghasilkan terjemahkan yang lumayan bagus.

 

Lalu level usaha, yang dulunya mengandalkan hasil studio seperti studio foto. Namun saat AI sudah cukup mumpuni, perlahan studio foto bisa saja terpengaruh dengan adanya AI. Sedangkan level perusahaan besar sekalipun seperti Google, takut karena konsep mencari ala Google Search bisa tergantikan dengan pencarian ala ChatGPT.

 

Lalu tindakan apa yang harus dilakukan?

Saat ada disrupsi pada sesuatu hal, jangan pernah takut dan menganggap itu sebuah ancaman. Namun anggap ini sebagai langkah baru. Toh yang dulunya mengandalkan terjemahan manual darinya, kini bisa berkolaborasi dengan AI sehingga proses penerjemahan jadi lebih banyak dan smooth. Pada AI, smooth ini tidak ditemukan, hanya manusia yang paham.

 

Lalu di lini bisnis misalnya pada studio foto, dengan adanya AI ia bisa menghasilkan variasi foto yang lebih keren. Itu karena ada banyak fitur dan tools yang dimanfaatkan, toh studio akan makin untung karena ada AI.

 

Terakhir tentu saja perusahaan besar seperti Google, hadirnya AI membuat mereka menerapkan sejumlah produk yang ada unsur AI-nya. Seperti dulu ada Google Bard yang kini digantikan Gemini dan Google Search Experience.

Bagaimana AI bisa mempermudah Pekerjaan Manusia

Pekerjaan yang paling melelahkan dan gampang tergantikan ialah pekerjaan yang berkaitan dengan sesuatu yang berulang. Berulang di sini artinya cara yang dilakukan tetap sama, tanpa proses berpikir. Pekerjaan ini sudah banyak digantikan dengan AI. Selain tidak efisien dan kurang produktif tentunya.

 

Sebelum adanya AI, ada banyak pekerjaan yang digantikan dengan robot. Nah.. kala itu, pekerjaan yang berisiko besar dan tak manusiawi sebaiknya menggunakan robot. Misalnya saja membersihkan jendela di gedung tinggi atau pekerjaan membersihkan selokan yang penuh dengan air kotor dan hewan melata di dalamnya.

 

Kini ada AI, dan bisa dikatakan AI merupakan Robot dalam wujud aplikasi. Ia mampu diterapkan dalam sejumlah perangkat yang kita gunakan saat ini. Bahkan tak perlu instal, namun sudah bisa mengaksesnya tanpa batas.

 

Kenapa kita Semua Butuh dan Wajib Pakai AI

Kehadiran AI nyatanya sangat terasa, bagi saya pribadi AI bisa dianggap sebagai salah satu wujud dalam mempermudah pekerjaan. Ada sejumlah pekerjaan berulang yang menyita waktu dan tenaga bisa dilakukan dengan AI.

Seorang penulis dapat memanfaatkan ChatGPT dalam pekerjaannya untuk mempercepat proses penulisan, menghasilkan ide-ide baru, serta meningkatkan kualitas dari tulisan yang dihasilkan. Tentunya hasilnya jauh lebih baik karena ada dua kepala yang berpikir secara kreatif dan ChatGPT yang mempelajari Deep Learning secara kontinyu.

 

Caran yang bisa ChatGPT lakukan adalah dengan mempercepat proses penulisan khususnya dalam menemukan kata-kata atau frasa yang tepat dan membantu mempercepat proses penulisan dengan saran kata kunci dan ide-ide yang dapat digunakan dalam menulis artikel, esai, atau cerita.

 

Selanjutnya adalah dengan menemukan ide-ide baru dan kreatif dengan memberikan saran dan ide-ide berdasarkan topik tertentu atau keyword yang diberikan. Lalu dengan memperbaiki kesalahan atau typo dalam penulisan kata, kesalahan tata bahasa, ejaan, dan gaya penulisan.

 

Terakhir adalah kemampuan menghasilkan konten baru dengan cara memasukkan beberapa kalimat atau paragraf sebagai input, dan ChatGPT akan menghasilkan konten baru yang relevan dan sesuai dengan topik yang dibahas.

 

Itu baru di bidang menulis, ada banyak bidang lainnya yang bisa digarap dari AI. Artinya semua pihak terbuka. Bahkan bisa saja karena ada AI, akan menghasilkan jenis pekerjaan baru. Sama halnya saat Google pertama kali hadir, setelahnya ada banyak lini pekerjaan yang lain seperti blogger, Youtuber, Vlogger dan segudang pekerjaan baru lainnya.

 

Nah kini serupa, saat AI hadir ada segudang pekerjaan yang tak populer dan tidak pernah didengar sebelumnya seperti saja, Data Scientist, AI Engineering, Machine Learning Engineering, NLP Engineering, NLP Engineering, Computer Vision Engineering hingga Konsultan AI. Pokoknya banyak dan beragam yang belum terpikirkan sebelumnya.

 

Jangan Menjadi Budak AI

Sudah dipastikan AI masuk ke dalam berbagai jenis lini. Namun satu hal yang pastinya tak boleh dikesampingkan yaitu tidak terbawa arus. Maksud di sini jangan sampai saat AI hadir, kita tak lagi mengembangkan kreativitas. Selama ini kita berharap banyak padanya sehingga menghilangkan seni dari sebuah kreativitas.

 

Ini bukan tanpa sebab karena AI membuat banyak yang malas berpikir sehingga kreativitas berkurang. Misalnya saja seorang konten kreator yang sepenuhnya hasil pencariannya dia dapatkan dari AI. Alhasil gaya bahasanya tak keluar, terkesan kaku.

 

Atau seorang peneliti yang sepenuhnya mencaplok hasil jurnal yang dia dapatkan tanpa kroscek. Alhasil karya tulis yang ingin ia publikasikan terkesan asal jadi dan bisa saja terkenal plagiasi. Sehingga ini berbahaya bagi reputasinya.

 

Nah.. itu baru sebagian contoh, AI sebagai tools. Kita yang mengelolanya dan bukan malah jadi budak dari sistem yang ia miliki. Toh dengan AI malahan kita bisa memikirkan hal kreatif sedangkan pekerjaan yang berurusan dengan repetisi akan AI lakukan. Lebih tepatnya dalam wujud kolaborasi dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.

Memanfaatkan AI dengan Benar Sepenuhnya

Sebagai seorang profesional yang tertarik untuk memanfaatkan AI dengan benar, saya memulai perjalanan ini dengan menentukan kebutuhan dan tujuan pribadi saya. Saya memiliki visi untuk meningkatkan efisiensi dalam pekerjaan sehari-hari dan mengembangkan keterampilan baru yang relevan dengan perkembangan teknologi terkini.

 

Pertama, saya duduk dan merenungkan apa yang ingin saya capai dengan AI. Saya ingin mengotomatiskan beberapa tugas rutin, seperti penjadwalan dan pengelolaan email, serta mempelajari cara menganalisis data untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam target saya lakukan. Dengan tujuan yang jelas ini, saya merasa lebih siap untuk melangkah ke tahap berikutnya.

 

Kemudian, saya mulai mencari tahu tentang berbagai jenis teknologi AI yang tersedia. Saya membaca banyak artikel dan mengikuti kursus online untuk memahami perbedaan antara Machine Learning, Natural Language Processing (NLP), dan Computer Vision. Setelah mengeksplorasi berbagai opsi, saya memutuskan untuk fokus pada NLP untuk mengembangkan asisten virtual pribadi dan Machine Learning untuk analisis data tulisan saya.

 

Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan dan mempersiapkan data. Saya mengumpulkan data dari email, kalender, dan target sebelumnya. Saya memastikan data tersebut berkualitas tinggi dan relevan. Proses pembersihan data memakan waktu, tetapi sangat penting untuk menghilangkan inkonsistensi dan informasi yang tidak diperlukan.

 

Dengan data yang sudah siap, saya mulai membangun dan melatih model AI. Saya menggunakan alat-alat seperti TensorFlow dan PyTorch untuk membangun model asisten virtual yang bisa memahami dan merespons perintah suara dan teks. Untuk analisis data, saya membuat model Machine Learning yang dapat mengidentifikasi pola dan tren dalam data yang saya butuhkan. Proses pelatihan ini memerlukan banyak eksperimen dan penyempurnaan, tetapi setiap langkah membawa saya lebih dekat ke hasil yang diinginkan.

 

Setelah model-model ini terlatih, saya melakukan evaluasi kinerja menggunakan metrik seperti akurasi dan presisi. Hasilnya cukup memuaskan, tetapi saya menyadari bahwa ada beberapa area yang bisa ditingkatkan. Saya melakukan iterasi perbaikan dan optimasi berdasarkan feedback dari hasil evaluasi, memastikan model saya semakin baik dari waktu ke waktu.

 

Setelah merasa puas dengan kinerja model, saya mulai menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Asisten virtual saya membantu menjawab email, mengatur jadwal, dan mengingatkan saya tentang tugas-tugas penting. Model analisis data saya membantu saya membuat keputusan yang lebih baik dalam mengeksekusi sebuah target.

 

Namun, saya menyadari pentingnya pemantauan terus-menerus. Saya rutin memeriksa kinerja model dan memperbaruinya dengan data terbaru untuk menjaga relevansi dan akurasi. Selain itu, saya memastikan penggunaan AI ini etis dan mematuhi semua regulasi yang berlaku, terutama terkait privasi dan keamanan data pribadi.

 

Selain itu, saya terus belajar dan meningkatkan keterampilan saya. Saya mengikuti kursus lanjutan dan membaca literatur terbaru tentang perkembangan AI. Ini tidak hanya membantu saya memanfaatkan AI dengan lebih baik, tetapi juga membuat saya lebih kompeten dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

 

Dengan pendekatan yang teliti dan bertanggung jawab ini, saya berhasil memanfaatkan AI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pribadi saya. Perjalanan ini mengajarkan saya banyak hal, dan saya merasa lebih siap untuk menghadapi masa depan dengan keterampilan dan pengetahuan baru yang saya bisa dapatkan.

 

Kesimpulan Akhir

Saya menganggap AI hadir di waktu yang tepat, dalam waktu sekejap bisa mengubah wajah dunia. Hanya butuh mengoptimalkan teknologi yang telah ada sebelumnya. Lalu kemudian ia menjadi bagian yang bisa membantu banyak pekerjaan manusia.

 

Tak tertutup kemungkinan, di masa depan ada banyak bisa yang bisa dikoneksikan dengan AI. Wujud inilah yang membuat AI bisa berkolaborasi dengan manusia dan perangkat sebelumnya. Beda dengan AR dan VR yang butuh adaptasi baru.

 

Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua, akhir kata: Have a Nice days.

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kenalan Blogger

My photo
Blogger & Part Time Writer EDM Observer