Saat pandemi mendera dunia di tahun 2020, hampir sebagian
besar manusia harus menahan diri untuk tinggal di rumah. Tahun itu jadi sesuatu
yang berat untuk semua orang tanpa terkecuali, memulai segala hal dari rumah.
Berbagai inovasi coba dihasilkan terutama yang berhubungan dengan teknologi. Manusia selaku makhluk sosial butuh namanya interaksi, alhasil berbagai perusahaan teknologi mencoba inovasi baru. Lahirnya gebrakan besar seperti yang Facebook lakukan dengan Metaverse-nya.
Seakan dengan begitu percaya dirinya, Meta mencoba
menciptakan konsep ruang bersama virtual yang diciptakan oleh konvergensi
realitas fisik yang ditingkatkan secara virtual, augmented reality, dan
internet. Hingga menghasilkan produk dan ekosistem virtual ala mereka.
Nah.. Metaverse, seseorang dapat terlibat langsung dengan
menggunakan perangkat canggih dalam dunia virtual. Di dalamnya, kita dapat
bersosialisasi, bermain game, hingga berbelanja, tetapi hanya sebatas pada
dunia virtual saja.
Namun nyatanya, Metaverse ibarat proyek besar yang layu
sebelum berkembang. Saat masa pandemi seakan berakhir sepenuh. Praktis siapa
yang ingin lama-lama di rumah atau merasakan sensasi dunia maya. Toh.. kita
bisa mengeksplorasi dunia nyata tanpa batas.
Namun tak semuanya gagal, ada Apple yang bisa dibilang
cukup sukses dengan produk Apple Vision Pro milik mereka. Namun tidak dengan
Meta yang sudah jor-joran di sana, karena yang dibutuhkan manusia saat ini
adalah kemudahan bukan kesulitan dalam melakukan pekerjaan.
Lonjakan Perkembangan AI kala Pandemi
Bisa dibilang AI sudah sangat lama dikembangkan, namun
pandemi jadi trigger untuk ia bisa matang dan memperkenalkan diri. Seperti yang
saya bilang tadi, manusia butuh tools yang memudahkan bukan mencari tools baru
yang makin menyulitkan keadaan.
AI sangat dibutuhkan dalam sejumlah aspek pekerjaan,
aktivitas hingga hiburan. Sedangkan VR atau AR memang sudah lama, namun
implementasinya masih sulit diterapkan. Apalagi harganya yang sangat mahal dan
membuat pengguna memalingkan pilihannya.
Itu makin lengkap saat pandemi selesai, Hype yang ada
pada VR dan AR mendadak hilang. Sedangkan AI tetap berlanjut dan bahkan saat
ini semua lini sudah beriringan dengan AI. Dulu AI hanya sebatas kemampuan
dasar yang tertanam di gadget namun kini ke segala ini telah menerapkan konsep
AI.
OpenAI dan ChatGPT, Awal Baru dari Ledakan AI
Saat pertama kali ChatGPT diperkenalkan ke publik, reaksi
publik sangat positif dan terkejut dengan kemampuan teknologi ini. Pengembang
OpenAI mengatakan bahwa mereka tidak mengharapkan ChatGPT sangat berhasil dan
mereka terkejut dengan perhatian yang banyak terhadap ChatGPT.
Dalam sekejap popularitasnya melejit dengan cepat, ada
jutaan pengguna yang menggunakannya. Alasan utama karena takjub, bagaimana
sebuah bahasa pemograman bisa menerjemahkan sebuah pertanyaan, mengerti akan
tabel, hingga gambar.
Meskipun setelahnya, ada banyak hal yang tidak sesuai
dalam penerapannya. Mulai dari penerjemahannya yang ngawur, pemahaman yang
melenceng hingga tentu saja lonjakan data salah yang menimbulkan hoax. Namun
setelahnya, OpenAI mencoba memperbaiki dan perlahan masalah ini bisa
diselesaikan.
Satu hal yang menarik setelahnya, ada banyak pengembangan
yang mencoba turun ke AI. Tak hanya sebatas bahasa pemograman LLM saja. Ada
banyak bidang yang bisa dijelajahi dalam pengembangan AI. Semisalnya kini AI
sudah memasuki hampir semua lini aplikasi. Apakah edit foto, video hingga
bahkan berbagai pekerjaan yang ada sentuhan AI.
Mengapa AI bisa Berkembang Sangat Pesat?
Kemajuan teknologi dan infrastruktur merupakan salah satu
alasan utama. Perkembangan pesat dalam teknologi perangkat keras, seperti CPU,
GPU, dan TPU, telah meningkatkan kemampuan komputasi secara signifikan. Hal ini
memungkinkan pelatihan model AI yang lebih kompleks dan besar dalam waktu yang
lebih singkat.
Saya pribadi begitu kagum melihat bagaimana perusahaan
teknologi seperti NVIDIA terus mendorong batasan dengan menciptakan perangkat
keras yang lebih kuat. Selain itu, ketersediaan data besar dari berbagai
sumber, seperti media sosial, sensor IoT, dan perangkat seluler, menyediakan
bahan baku yang melimpah untuk melatih model AI.
Namun, daya komputasi dan data besar saja tidak cukup.
Kemajuan dalam algoritma dan metode juga memainkan peran penting. Penemuan dan
pengembangan algoritma baru yang lebih efisien dan efektif, seperti deep
learning, telah meningkatkan kemampuan AI dalam memecahkan berbagai masalah
kompleks.
Selain itu, investasi besar dan dukungan dari berbagai
industri telah mempercepat penelitian dan pengembangan AI. Saya melihat
banyaknya investasi dari perusahaan teknologi besar, venture capital, dan
pemerintah yang mempercepat laju inovasi di bidang ini.
Faktor X lainnya pada Kemajuan AI
Kemajuan dalam pembelajaran mesin juga mempercepat adopsi
AI. Penggunaan model yang sudah dilatih sebelumnya (pre-trained models)
dan teknik transfer learning memungkinkan penggunaan AI yang cepat dan efisien
tanpa perlu pelatihan dari awal.
Pemrosesan data yang lebih baik dan teknik augmentasi
data juga meningkatkan kualitas pelatihan model. Saya sering mengaplikasikan
teknik-teknik ini dalam proyek-proyek saya, yang membantu mencapai hasil yang
lebih baik dalam waktu yang lebih singkat.
Adopsi AI oleh perusahaan besar juga tidak bisa
diabaikan. Implementasi oleh perusahaan teknologi seperti Google, Amazon,
Microsoft, dan Facebook telah mendorong adopsi AI di seluruh industri. Layanan cloud
computing dari perusahaan-perusahaan ini membuat AI lebih mudah diakses
oleh bisnis kecil dan menengah, memungkinkan lebih banyak orang untuk
memanfaatkan teknologi ini.
Semua faktor ini – kemajuan teknologi, ketersediaan data,
investasi besar, dukungan industri, aplikasi luas, komunitas aktif, kemajuan
dalam pembelajaran mesin, adopsi oleh perusahaan besar, dan permintaan pasar yang
berkontribusi pada kesuksesan AI dalam waktu singkat.
Ini adalah perjalanan yang luar biasa, dan saya merasa
beruntung bisa menjadi bagian dari revolusi ini, memanfaatkan AI untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam pekerjaan sehari-hari. Dengan
memahami dan mengaplikasikan teknologi ini dengan benar, kita bisa terus
mendorong batasan dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Saat AI mencoba Memasuki Lini Pekerjaan dan Bisnis Manusia
Saat AI datang, ada banyak yang skeptis, bisa saja para
yang bergelut di bidang tersebut, usahawan hingga perusahaan besar. Mereka
skeptis dan juga cemas akan masa depan. Bagaimana tidak, misalnya dulu ada
penerjemah yang menggantungkan hasil terjemahannya dari kemampuan bahasa yang
ia punya. Kini sudah ada AI yang dalam sekejap bisa menghasilkan terjemahkan
yang lumayan bagus.
Lalu level usaha, yang dulunya mengandalkan hasil studio
seperti studio foto. Namun saat AI sudah cukup mumpuni, perlahan studio foto
bisa saja terpengaruh dengan adanya AI. Sedangkan level perusahaan besar
sekalipun seperti Google, takut karena konsep mencari ala Google Search bisa
tergantikan dengan pencarian ala ChatGPT.
Lalu tindakan apa yang harus dilakukan?
Saat ada disrupsi pada sesuatu hal, jangan pernah takut
dan menganggap itu sebuah ancaman. Namun anggap ini sebagai langkah baru. Toh
yang dulunya mengandalkan terjemahan manual darinya, kini bisa berkolaborasi
dengan AI sehingga proses penerjemahan jadi lebih banyak dan smooth. Pada AI,
smooth ini tidak ditemukan, hanya manusia yang paham.
Lalu di lini bisnis misalnya pada studio foto, dengan
adanya AI ia bisa menghasilkan variasi foto yang lebih keren. Itu karena ada
banyak fitur dan tools yang dimanfaatkan, toh studio akan makin untung karena
ada AI.
Terakhir tentu saja perusahaan besar seperti Google, hadirnya AI membuat
mereka menerapkan sejumlah produk yang ada unsur AI-nya. Seperti dulu ada
Google Bard yang kini digantikan Gemini dan Google Search Experience.
Bagaimana AI bisa mempermudah Pekerjaan Manusia
Pekerjaan yang paling melelahkan dan gampang tergantikan
ialah pekerjaan yang berkaitan dengan sesuatu yang berulang. Berulang di sini
artinya cara yang dilakukan tetap sama, tanpa proses berpikir. Pekerjaan ini
sudah banyak digantikan dengan AI. Selain tidak efisien dan kurang produktif
tentunya.
Sebelum adanya AI, ada banyak pekerjaan yang digantikan
dengan robot. Nah.. kala itu, pekerjaan yang berisiko besar dan tak manusiawi
sebaiknya menggunakan robot. Misalnya saja membersihkan jendela di gedung
tinggi atau pekerjaan membersihkan selokan yang penuh dengan air kotor dan
hewan melata di dalamnya.
Kini ada AI, dan bisa dikatakan AI merupakan Robot dalam
wujud aplikasi. Ia mampu diterapkan dalam sejumlah perangkat yang kita gunakan
saat ini. Bahkan tak perlu instal, namun sudah bisa mengaksesnya tanpa batas.
Kenapa kita Semua Butuh dan Wajib Pakai AI
Kehadiran AI nyatanya sangat terasa, bagi saya pribadi AI bisa dianggap
sebagai salah satu wujud dalam mempermudah pekerjaan. Ada sejumlah pekerjaan
berulang yang menyita waktu dan tenaga bisa dilakukan dengan AI.
Seorang penulis dapat memanfaatkan ChatGPT dalam
pekerjaannya untuk mempercepat proses penulisan, menghasilkan ide-ide baru,
serta meningkatkan kualitas dari tulisan yang dihasilkan. Tentunya hasilnya
jauh lebih baik karena ada dua kepala yang berpikir secara kreatif dan ChatGPT
yang mempelajari Deep Learning secara kontinyu.
Caran yang bisa ChatGPT lakukan adalah dengan mempercepat
proses penulisan khususnya dalam menemukan kata-kata atau frasa yang tepat dan
membantu mempercepat proses penulisan dengan saran kata kunci dan ide-ide yang
dapat digunakan dalam menulis artikel, esai, atau cerita.
Selanjutnya adalah dengan menemukan ide-ide baru dan
kreatif dengan memberikan saran dan ide-ide berdasarkan topik tertentu atau
keyword yang diberikan. Lalu dengan memperbaiki kesalahan atau typo dalam
penulisan kata, kesalahan tata bahasa, ejaan, dan gaya penulisan.
Terakhir adalah kemampuan menghasilkan konten baru dengan
cara memasukkan beberapa kalimat atau paragraf sebagai input, dan ChatGPT akan
menghasilkan konten baru yang relevan dan sesuai dengan topik yang dibahas.
Itu baru di bidang menulis, ada banyak bidang lainnya
yang bisa digarap dari AI. Artinya semua pihak terbuka. Bahkan bisa saja karena
ada AI, akan menghasilkan jenis pekerjaan baru. Sama halnya saat Google pertama
kali hadir, setelahnya ada banyak lini pekerjaan yang lain seperti blogger,
Youtuber, Vlogger dan segudang pekerjaan baru lainnya.
Nah kini serupa, saat AI hadir ada segudang pekerjaan
yang tak populer dan tidak pernah didengar sebelumnya seperti saja, Data
Scientist, AI Engineering, Machine Learning Engineering, NLP Engineering, NLP
Engineering, Computer Vision Engineering hingga Konsultan AI. Pokoknya banyak
dan beragam yang belum terpikirkan sebelumnya.
Jangan Menjadi Budak AI
Sudah dipastikan AI masuk ke dalam berbagai jenis lini.
Namun satu hal yang pastinya tak boleh dikesampingkan yaitu tidak terbawa arus.
Maksud di sini jangan sampai saat AI hadir, kita tak lagi mengembangkan
kreativitas. Selama ini kita berharap banyak padanya sehingga menghilangkan
seni dari sebuah kreativitas.
Ini bukan tanpa sebab karena AI membuat banyak yang malas
berpikir sehingga kreativitas berkurang. Misalnya saja seorang konten kreator
yang sepenuhnya hasil pencariannya dia dapatkan dari AI. Alhasil gaya bahasanya
tak keluar, terkesan kaku.
Atau seorang peneliti yang sepenuhnya mencaplok hasil
jurnal yang dia dapatkan tanpa kroscek. Alhasil karya tulis yang ingin ia
publikasikan terkesan asal jadi dan bisa saja terkenal plagiasi. Sehingga ini
berbahaya bagi reputasinya.
Nah.. itu baru sebagian contoh, AI sebagai tools. Kita yang mengelolanya
dan bukan malah jadi budak dari sistem yang ia miliki. Toh dengan AI malahan
kita bisa memikirkan hal kreatif sedangkan pekerjaan yang berurusan dengan repetisi
akan AI lakukan. Lebih tepatnya dalam wujud kolaborasi dalam menyelesaikan
sebuah pekerjaan.
Memanfaatkan AI dengan Benar Sepenuhnya
Sebagai seorang profesional yang tertarik untuk
memanfaatkan AI dengan benar, saya memulai perjalanan ini dengan menentukan
kebutuhan dan tujuan pribadi saya. Saya memiliki visi untuk meningkatkan
efisiensi dalam pekerjaan sehari-hari dan mengembangkan keterampilan baru yang
relevan dengan perkembangan teknologi terkini.
Pertama, saya duduk dan merenungkan apa yang ingin saya
capai dengan AI. Saya ingin mengotomatiskan beberapa tugas rutin, seperti
penjadwalan dan pengelolaan email, serta mempelajari cara menganalisis data
untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam target saya lakukan. Dengan tujuan
yang jelas ini, saya merasa lebih siap untuk melangkah ke tahap berikutnya.
Kemudian, saya mulai mencari tahu tentang berbagai jenis
teknologi AI yang tersedia. Saya membaca banyak artikel dan mengikuti kursus
online untuk memahami perbedaan antara Machine Learning, Natural Language
Processing (NLP), dan Computer Vision. Setelah mengeksplorasi berbagai opsi,
saya memutuskan untuk fokus pada NLP untuk mengembangkan asisten virtual
pribadi dan Machine Learning untuk analisis data tulisan saya.
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan dan mempersiapkan
data. Saya mengumpulkan data dari email, kalender, dan target sebelumnya. Saya
memastikan data tersebut berkualitas tinggi dan relevan. Proses pembersihan
data memakan waktu, tetapi sangat penting untuk menghilangkan inkonsistensi dan
informasi yang tidak diperlukan.
Dengan data yang sudah siap, saya mulai membangun dan
melatih model AI. Saya menggunakan alat-alat seperti TensorFlow dan PyTorch
untuk membangun model asisten virtual yang bisa memahami dan merespons perintah
suara dan teks. Untuk analisis data, saya membuat model Machine Learning yang
dapat mengidentifikasi pola dan tren dalam data yang saya butuhkan. Proses
pelatihan ini memerlukan banyak eksperimen dan penyempurnaan, tetapi setiap
langkah membawa saya lebih dekat ke hasil yang diinginkan.
Setelah model-model ini terlatih, saya melakukan evaluasi
kinerja menggunakan metrik seperti akurasi dan presisi. Hasilnya cukup
memuaskan, tetapi saya menyadari bahwa ada beberapa area yang bisa
ditingkatkan. Saya melakukan iterasi perbaikan dan optimasi berdasarkan
feedback dari hasil evaluasi, memastikan model saya semakin baik dari waktu ke
waktu.
Setelah merasa puas dengan kinerja model, saya mulai
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Asisten virtual saya membantu
menjawab email, mengatur jadwal, dan mengingatkan saya tentang tugas-tugas
penting. Model analisis data saya membantu saya membuat keputusan yang lebih
baik dalam mengeksekusi sebuah target.
Namun, saya menyadari pentingnya pemantauan
terus-menerus. Saya rutin memeriksa kinerja model dan memperbaruinya dengan
data terbaru untuk menjaga relevansi dan akurasi. Selain itu, saya memastikan
penggunaan AI ini etis dan mematuhi semua regulasi yang berlaku, terutama
terkait privasi dan keamanan data pribadi.
Selain itu, saya terus belajar dan meningkatkan
keterampilan saya. Saya mengikuti kursus lanjutan dan membaca literatur terbaru
tentang perkembangan AI. Ini tidak hanya membantu saya memanfaatkan AI dengan
lebih baik, tetapi juga membuat saya lebih kompeten dan siap menghadapi
tantangan di masa depan.
Dengan pendekatan yang teliti dan bertanggung jawab ini,
saya berhasil memanfaatkan AI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas
pribadi saya. Perjalanan ini mengajarkan saya banyak hal, dan saya merasa lebih
siap untuk menghadapi masa depan dengan keterampilan dan pengetahuan baru yang
saya bisa dapatkan.
Kesimpulan Akhir
Saya menganggap AI hadir di waktu yang tepat, dalam waktu
sekejap bisa mengubah wajah dunia. Hanya butuh mengoptimalkan teknologi yang
telah ada sebelumnya. Lalu kemudian ia menjadi bagian yang bisa membantu banyak
pekerjaan manusia.
Tak tertutup kemungkinan, di masa depan ada banyak bisa
yang bisa dikoneksikan dengan AI. Wujud inilah yang membuat AI bisa
berkolaborasi dengan manusia dan perangkat sebelumnya. Beda dengan AR dan VR
yang butuh adaptasi baru.
Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua, akhir kata: Have
a Nice days.
0 komentar:
Post a Comment