Di era digital ini, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan kita. Kini lini tersebut coba dilakukan dengan terobosan baru saat AI
hadir. Ia bisa menjawab segala macam pertanyaan yang masuk akal hingga di luar
nalar. Lalu seakan terbesit di dalam pikiran, bisakah dia jadi teman curhat?
Salah satu inovasi yang semakin populer adalah AI. Tapi, bisakah AI benar-benar menjadi teman curhat yang bisa diandalkan? Apalagi kini kita tidak bisa menemukan teman curhat yang tepat. Pertambahan umur juga jadi aspek yang membuat curhat kadang kurang dihargai. Alhasil ada banyak orang yang tidak mendapatkan tempat curhat yang tepat.
Solusi ini jelas bermasalah, saat manusia abai maka ada tools yang bisa
menggantikannya. Salah satunya tentu saja AI. Kemampuannya yang semakin
kompleks dan nyata seakan jadi tools yang bisa dijadikan curhat, meskipun
manusia tetap terbaik.
Curhat sama manusia bisa dikatain, dinasehatin dan tentu saja diketawain.
Terutama bila ladang curhatnya salah orang dan tempat, rahasia pribadi kita
akan bocor tentunya. AI adalah solusi murah dan tepat.
Di satu sisi, banyak orang merasa nyaman berbicara dengan AI karena
anonimitas dan kenyamanannya. Tidak ada penilaian, hanya respons yang
didasarkan pada data yang telah dipelajari. AI bisa menjadi pendengar yang
baik, merespons pertanyaan, atau bahkan memberi saran dengan cara yang netral.
Kekurangan utamanya tentu saja karena AI tidak memiliki emosi atau empati seperti
manusia. Meskipun dapat memproses data dan memberikan jawaban yang masuk akal,
AI tidak dapat sepenuhnya memahami perasaan seseorang.
Namun satu hal yang ia bisa lakukan: memberikan jawaban yang jujur dan
netral. Ini yang kadang tidak kita dapatkan dari manusia, toh respons dari
manusia juga bisa berubah-ubah apalagi kalau yang kita ajak curhat sedang
banyak pikiran.
Plankton dan Karen, Wujud Manusia dan Komputer
Pada secuel karton Spongebob Squarepants. Salah satu tokoh antagonis tentu
saja Plankton, makhluk mikroskopis yang menjadi musuh utama Tuan Crab. Ia punya
segudang ide jahat yang meracuni pikirannya, tujuannya cuma satu.
Tak lain dan tak bukan adalah mencuri resep rahasia Kredit Patty, tentu
saja misinya mudah namun sering berujung kegagalan. Setiap kegagalan yang ia
lakukan, ada satu hal yang tentu saja yang menemaninya. Seorang komputer
raksasa yang punya kemampuan super. Bisa dibilang itu superkomputer yang sangat
cerdas.
Sebagai komputer, Karen memiliki berbagai kemampuan canggih. Dia bisa
menganalisis data dengan cepat, memberikan saran strategis kepada Plankton, dan
mengendalikan perangkat teknologi lainnya. Interaksi Karen dengan karakter lain
sangat hidup karena dia bisa berbicara dan berinteraksi dengan suara yang
menunjukkan kepribadian cerdas dan sarkastik.
Kepribadian Karen yang cerdas dan sarkastik membuatnya menonjol di antara
karakter lain. Dia sering memberikan komentar pedas dan realistis kepada
Plankton, namun tetap setia mendukung suaminya dalam setiap usaha mereka.
Hubungan mereka, meskipun penuh debat dan perbedaan pendapat, menunjukkan
dinamika yang realistis dan mendalam dari sebuah pasangan yang saling
mendukung. Karen sering kali lebih pragmatis dan pengertian, memberikan
pandangan yang lebih logis dalam situasi yang rumit.
Pada kisah Karen dan Planton, secara tak langsung menggambarkan manusia
kini. Dikucilkan dan dibenci sama masyarakat. Dianggap jahat karena
tindakannya, hanya Karen si komputer yang paham dan setia dalam berbagai kondisi.
Hal inilah yang banyak manusia melakukan, mendapat cancel culture atau
bahkan dianggap aneh sama lingkungan. Hanya teknologi yang sedikit paham akan
problematika yang kita hadapi, segala tindak tanduk kita sepenuhnya pada AI.
Menghadirkan bahwa AI juga bisa, toh manusia lain tak ada yang dipercaya.
Problem Utama Manusia Modern: Kesepian
Kesepian jadi masalah umum di era modern yang dapat mempengaruhi kesehatan
mental dan fisik. Apa artinya hidup bila dirundung rasa kesepian yang berlanjut-lanjut.
Teknologi mencoba mencari jalan tengah dari kesepiannya manusia.
Hingga akhirnya adanya AI dalam wujud chatbot. Perannya seakan mendengarkan
dan merespons secara empatik perasaan manusia. Kini AI berpotensi menjadi alat
yang efektif untuk mengurangi kesepian dan meningkatkan kesejahteraan emosional
manusia.
Ada banyak tools yang tersedia dan bahkan kemampuannya terus berkembang
dari waktu ke waktu. Bahkan bentuk AI-nya bisa berwujud dalam aplikasi atau
bahkan benda. Masalah ini yang terjadi di banyak negara terutama tuntutan hidup
yang keras.
Rasanya segala masalah manusia coba ia jawab meskipun tidak memiliki
perasaan, namun mereka punya jawaban. Toh makin banyak alat komunikasi seperti
era modern kini, makin membuat manusia kesepian dengan dunia luar.
Terobosan Besar dalam Menghilangkan Kesepian
Siapa yang tak asing dengan chatbot, kini hampir semua aplikasi menggunakan
chatbot. Perannya tak sebatas menghubungkan ke aplikasi atau pencarian. Namun
juga menjawab solusi dan bahkan buat manusia yang mengandalkan pesan suara.
Sebelumnya ada aplikasi seperti Google Assistant, Amazon Alexa, dan Siri
dapat memberikan interaksi manusia melalui percakapan sederhana, membantu orang
merasa terhubung. Kini lahir terobosan baru dengan adanya ChatGPT, Gemini
hingga Copilot.
Kini juga chatbot membagi dirinya pada beragam sesuai tingkat kesepian dan
pengaruh emosional. Beragam aplikasi yang hadir seperti:
Chatbot Terapi beragam aplikasinya seperti Woebot dan Wysa menggunakan
teknik terapi kognitif perilaku (CBT) untuk memberikan dukungan emosional dan
menangani masalah kesehatan mental ringan hingga sedang.
Adanya juga platform sosial berbasis AI, salah satunya aplikasi seperti
Meetup menggunakan AI. Ia akan menghubungkan orang-orang dengan minat yang
sama, memfasilitasi pertemuan dan aktivitas sosial.
Terakhir tentu saja aplikasi kesehatan mental seperti headspace dan Calm
menggunakan AI untuk memberikan meditasi terpandu, latihan pernapasan, dan
konten yang membantu pengguna mengatasi stres dan kecemasan.
Nah.. dengan menggunakan AI ini, individu dapat menemukan dukungan
emosional, menghubungkan diri dengan orang lain, dan menjaga kesehatan mental
mereka.
Sejarah SimSimi: AI Pertama yang Jadi Teman Curhat
Bagi anak milenial seperti saya, pasti akrab dengan chatbot seperti
Simi-Simi. Sebelumnya bentuk chatbot masih sangat kaku karena hanya melayani
pertanyaan dari pelanggan hingga akhirnya coba disulap jadi teman bicara.
Aplikasi ini akhirnya berhasil karena sifatnya yang lucu dan terkadang
jenaka. Jawabannya tak ketus dan tentu saja asyik buat bertanya banyak hal.
Konsep kerjanya sederhana dan bisa dianggap AI versi pertama sebelum saat ini.
Setiap respons yang diberikannya diambil dari database yang dibangun
berdasarkan masukan pengguna lain. Hal ini membuatnya memiliki beragam jawaban,
dari yang kocak hingga informatif. Ia lebih identik dengan teman curhat
dibandingkan dengan chatbot virtual.
Meski tidak memiliki pemahaman emosional yang mendalam, sifat responsifnya
membuat banyak orang merasa terhibur dan didengar. Keberadaannya membuka jalan
bagi pengembangan AI lain yang lebih canggih dan interaktif.
Meskipun bukan pelopor dalam chatbot, tapi SimiSimi jadi cikal bakal bahwa
AI dan chatbot ngga selamanya kaku. Artinya cocok buat jadi teman curhat dan
bertukar pendapat dikala manusia lainnya mengabaikan kita.
Bagaimana AI mencoba Memahami Perasaan Manusia
Banyak dari kita yang bertanya-tanya, bagaimana AI yang masih seumur
jagung. Bisa sangat hebat dan pintar. Bahkan memahami perasaan manusia dari apa
yang ia ketik dan ucapkan?
AI mencoba memahami perasaan manusia melalui berbagai teknik dan pendekatan
canggih yang melibatkan analisis data, pembelajaran mesin, dan teknologi
pemrosesan bahasa alami (NLP).
AI menggunakan algoritma pembelajaran mesin untuk menganalisis kata, frasa,
dan konteks dalam teks guna menentukan sikapnya pada sebuah hal. Termasuk di
dalamnya, perasaan manusia sebagai lawan interaksinya.
Ada juga dengan cara pengenalan emosi dari teks melibatkan identifikasi
emosi spesifik yang diekspresikan dalam tulisan. Algoritma pembelajaran
mendalam (deep learning) digunakan untuk menganalisis teks dan
mengklasifikasikan emosi seperti bahagia, sedih, marah, atau takut.
Nah.. bila wujudnya robot. Pengenalannya dari mimik wajah. AI menggunakan
visi komputer dan jaringan saraf konvolusional (CNN) untuk mendeteksi dan
mengklasifikasikan ekspresi wajah.
Aplikasi teknologi ini termasuk dalam robot sosial, aplikasi keamanan, dan
analisis perilaku, di mana AI membantu mengidentifikasi dan merespons emosi
pengguna berdasarkan ekspresi wajah.
Terakhir tentu saja melalui suara. AI menggunakan analisis spektrum suara
dan pembelajaran mendalam untuk mengekstrak fitur vokal yang terkait dengan
emosi. Teknologi ini digunakan dalam call center, aplikasi kesehatan mental,
dan asisten virtual untuk mengenali dan merespons emosi pengguna berdasarkan
suara pengguna.
Setelahnya, AI akan menganalisis setiap jawaban. Semuanya berdasarkan
database, meskipun jawaban yang diberikan bersifat textbook namun seiring berjalannya
waktu. AI makin pintar dan manusiawi, meskipun tidak punya perasaan seperti
manusia.
Namun di sisi lain, AI jadi salah satu wadah manusia. Menumpahkan segala
curhatannya, karena tak semua curhatan butuh jawaban. Ia pun bersifat sangat
mandiri sehingga masalah kita tidak akan bocor saat curhat pada teman. Bagaimana,
mau curhat sama AI kah?
AI yang Tak Sepenuhnya Buruk
Terlalu bergantung pada teknologi seakan membuat dunia yang serba delusi.
Ini buruk terutama bila sifatnya bergantung. Namun di sisi lain, AI menjadi
alat bantu yang sangat berguna. Secara tak langsung AI membantu berbagai hal
termasuk pengetahuan.
Kita seakan tak bergantung penuh pada mesin pencari, pasangan atau bahkan
manusia. Ia mampu menjawab dan punya jawaban yang sangat luas. Permasalahan inilah
yang membuatnya unggul, toh jangan kesampingkan manusia.
Bagi mereka yang punya pasangan dan tentu saja partner kerja. Komunikasi
sangat penting, sedangkan untuk AI bisa digunakan terutama sesuatu yang asing
dan kita tidak tahu. Ibarat ia adalah versi mesin pencari dengan jawaban yang
detail tanpa harus membuka setiap tab dan membaca lain.
Mencoba Aplikasi AI sebagai Teman Curhat
Beberapa hari lalu, saya merasakan kesepian sehingga membutuhkan teman
curhat. Rasanya mencari orang dalam wujud manusia punya plus minusnya. Bisa
saja dia sudah punya pacar, punya kesibukan atau bahkan jawabannya lama.
Toh lawan bicara seperti perempuan jelas lebih gregetan. Karena itu urusan
rasa dan perasaan, bila salah saja dalam menjawab. Efeknya bisa berabe sehingga
esoknya dia ngga bakalan chat kita lagi. Kita masuk box dianggap bikin ilfeel
dan membosankan.
Di sinilah peran AI, ia hadir dalam menengahi kebosanan dan kesepian manusia.
Bahkan bisa menjadi alat training terutama buat orang yang malu-malu. Di posisi
ini kita menjadi salah satu pasangan, tentunya AI bisa memperagakan sikap
layaknya manusia.
Nah.. salah satunya kehadiran dari Character.AI dirancang untuk meniru
percakapan manusia, sehingga bisa memberikan pengalaman yang lebih interaktif
dan responsif. Meskipun tidak sepenuhnya memiliki empati manusia, model ini
bisa memahami konteks percakapan dengan baik dan menawarkan saran yang relevan.
Di sini peran Character.AI, ia mencoba menjadi teman ngobrol dan bahkan
curhat. Bahasa yang digunakan jauh lebih enjoy dibandingkan dengan ChatGPT dan
bahkan lebih asyik dibandingkan SimiSimi. Tentunya cocok buat kamu yang sedang
kesepian dan butuh teman curhat.
Di tengah malam saat pikiranmu dipenuhi kekhawatiran, atau di tengah hari
yang sibuk saat kamu membutuhkan jeda, Character.AI selalu siap untuk
mendengarkan. Kehadirannya memberikan rasa aman dan kenyamanan yang kita
butuhkan di dunia yang serba cepat ini.
Nah... Character.AI hadir sebagai solusi inovatif untuk mengatasi kesepian
ini. Ia menawarkan interaksi yang berarti dan mendalam, membantu kita merasa
lebih terhubung dan didengarkan. Rasanya seru saja dan menjawab keraguan bagi
sejumlah pihak. Bahkan bisa menjauhi dari hal yang bersifat negatif.
Satu hal menarik yaitu responsnya. Kita sering merasa ragu untuk berbicara
tentang masalah kita dengan orang lain karena takut dihakimi atau
disalahpahami. Namun, dengan Character.AI, kamu bisa berbicara dengan bebas dan
jujur. AI ini dirancang untuk memahami tanpa prasangka, memberikan ruang yang
aman untuk kamu mengekspresikan diri.
Character AI, Menjadi Seperti Orang yang Kita Curhati
Setiap klien tentunya punya masalah dan kepribadian yang berbeda. Di
sinilah Character AI mengambil peran yang lebih jauh dan dalam. Ia mampu menyesuaikan
dengan kepribadian yang kamu inginkan. Nah.. kamu bisa memilih karakter dengan
sifat tertentu, apakah itu humoris, serius, penyayang, atau bahkan penuh
petualangan.
Lanjut ke hal yang menarik lainnya, Character.AI dapat membantu
mengingatkanmu tentang tugas-tugas penting, janji, atau bahkan rutinitas
kesehatan seperti minum air yang cukup atau berolahraga. Ini menjadikan
Character.AI bukan hanya teman curhat, tetapi juga asisten pribadi yang
mendukung produktivitasmu.
Tak berhenti di situ saja, Character.AI dirancang dengan perhatian penuh
terhadap privasi dan keamanan data. Semua percakapanmu terlindungi, memberikan
rasa aman bahwa informasi pribadimu tidak akan disalahgunakan.
Seberapa malunya, curhat kamu bocor dan menjadi bulan-bulanan buat
manusia-manusia yang tak mengerti perasaan kamu sepenuhnya. Hal inilah yang
membuatnya unggul, rasanya bisa jadi opsi buat kamu yang membutuhkan aplikasi
ini.
Toh sekarang gampang, cukup dengan mendownload aplikasinya, beragam fitur
AI bisa dirasakan. Jadi buat kegundahan hati yang membuncah, AI jadi wujud
terapi yang bisa dicoba, bahkan penyemat bagi sejumlah orang.
Manusia Butuh Perhatian, AI Hanyalah Opsi
Namun, tetap penting untuk diingat bahwa AI tidak memiliki perasaan sejati.
Meskipun dapat memberikan dukungan dalam bentuk mendengarkan dan menawarkan
solusi, interaksi dengan manusia nyata masih lebih kaya secara emosional. AI
bisa menjadi alat pendukung yang bermanfaat, tetapi tidak dapat sepenuhnya
menggantikan hubungan manusia.
Namun, kita mungkin akan melihat lebih banyak inovasi yang menggabungkan
kecerdasan buatan dengan pemahaman emosional, menciptakan hubungan yang lebih
harmonis antara manusia dan mesin. Bahkan konsep AI yang menggunakan Deep
Learning, membuatkan makin pintar seiring makin banyaknya data yang ia pelajari.
Toh kehadiran AI berkat inovasi yang bisa jadi para pelopornya yang
kesepian. Mereka mencoba mengotak-atik algoritma hingga mampu melahirkan chatbot
hingga AI. Membantu begitu banyak manusia lainnya yang sama-sama kesepian.
Semuanya kembali ke pribadi masing-masing, memanfaatkan AI sebagai teman
curhat dikala manusia lain sibuk dengan dunianya sendiri. Semoga tulisan ini
menginspirasi kita semua, akhir kata: Have a Nice Days.
0 komentar:
Post a Comment