Monday, July 29, 2024

KOMINFO: Tua Bangka, Mana Paham Teknologi!

 

Kamis pagi tanggal 20 Juni 2024 jadi hari yang kelam. Kekacauan dimulai dari Bandara Soetta yang jadi bandara terbesar di Indonesia. Secara tak langsung proses layanan imigrasi harus dilakukan secara manual. Membuat banyak penerbangan tertunda karena proses berlangsung secara manual, sedangkan pusat data tidak bisa diakses.

 

Itu baru di bandara, ada banyak instansi di pagi hari itu mengalami gangguan akses pada data. Seacara tak langsung, kamis ini membuat semua instansi pemerintah lumpuh total. Total ada sebanyak  282 instansi pemerintah terkunci, mengakibatkan gangguan signifikan pada layanan publik, termasuk layanan imigrasi.

 

Memang siapa yang teledor dalam hal ini? Tak lain dan tak bukan yaitu KOMINFO, jelas mereka sangat kelabakan. Karena ada begitu banyak data miliki semua orang Indonesia dijual bebas di forum gelap BreachForums di DarkWeb.

 

Jelas ini hal yang sedemikian kalinya dan lebih gilanya lagi, ini melibatkan banyak instansi dalam satu waktu saja. Data yang bocor pun tak main-main karena berhubungan dengan data pribadi nan sensitif seperti

Nomor Induk Kependudukan (NIK), detail rekening bank, dan informasi terkait sistem keamanan lisensi perangkat lunak serta dokumen kontrak dari Pusat Data Nasional (PDN) untuk periode 2021 hingga 2024.

 

Auto ketar-ketir karena itu pastinya data yang bocor sangat detail. Tentu saja para peretas meminta tebusan yang tidak sedikit. Nilai menyentuh angka 8 juta dolar atau setara dengan 131 miliar. Dari mana uangnya, gaya Ustad Mansyur ngomong!!.

 

Apakah pemerintah mau membayarnya? Jangan meminta bayar, meminta maaf atas kebocoran data saya tak sudi. Toh itu sudah jadi tipikal boomer sejak dulu, malahan menyalahkan peretas atas kebocoran data yang terjadi di pagi hari itu.

 

Analogi Mermaid Man dan Bernacle Boy, Tua Bangka Mana Paham

Dalam sekuel film Spongebob Squarepant, ada tokoh superhero yang menjadi andalan warga bikini buttom. Mereka tak lain adalah dua serangkai Pak Tua Mermaid Man dan Bernacle Boy, peran mereka sangat krusial saat muda. Ada banyak musuh yang menyerang bikini buttom berhasil dilumpuhkan oleh mereka.

 

Namun sudah berganti, kini mereka hanya pensiunan pahlawan yang hanya tinggal di panti jompo di pinggiran kota. Menghabiskan masa tuanya dengan bermain dengan para jompo lainnya dan tentu saja menonton TV. Ada satu hal yang membuat mereka masih superior, tak lain kejayaan masa lalu.

 

Ini identik dengan para boomer yang ada di instansi pemerintah kita, merasa paling bisa dan sudah saatnya mengundurkan diri atau pensiun. Kapabilitas mereka tak seberapa tapi merasa paling tahu dalam banyak hal salah satunya teknologi.

 

Ada banyak peristiwa konyol akan kebodohan dan kepikunan yang ditunjukkan oleh Mermaid Man. Tindakannya kadang membuat masa-masa kejayaannya jadi sirna, tak jarang yang mengingatkan tentu saja Bernacle Boy. Meskipun sama-sama sudah tua, namun Bernacle Boy sedikit sadar diri akan usianya.

 

Kekonyolan yang dilakukan tentu saja menjadi bahan guyonan, meskipun mereka tetap idola para anak-anak akan superhero. Satu hal scene paling kena tentu saja saat Mermaid Man berdebat keras dengan Bernacle Boy. Scene ini seakan jadi meme yang menggambarkan Boomer yang tidak tahu teknologi.

 

Sembari memegang ponsel genggam, sifat boomer yang merasa sangat tahu seakan dipatahkan dengan orang yang lebih muda. Meskipun Bernacle Boy juga sudah tua, namun ia sadar diri. Ia ibarat orang tua yang mewakili anak muda atas kekesalan Boomer. Para pengunjung restoran Krusty Krab tentunya terkejut dengan hal tersebut.

 

Ini ibarat yang sangat jelas menggambarkan bagaimana boomer yang semena-mena dan tak mau merasa bersalah. Inilah yang terjadi saat ini dan mereka butuh trigger atas apa yang dilakukan adalah salah.

 

Kebutuhan Data dan Lahirnya Pusat Data Nasional

Pembangunan PDN merupakan bagian dari kebijakan pemerintah untuk menciptakan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Hal ini diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 95 Tahun 2018, yang mendefinisikan pusat data sebagai fasilitas untuk penempatan, penyimpanan, pengolahan, dan pemulihan data.

 

PDN direncanakan sebagai sekumpulan pusat data yang dapat digunakan secara bersama oleh instansi pusat dan daerah, serta saling terhubung untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan data. Saat ini ada 2 lokasi PDN yang telah berdiri yaitu di Kawasan Deltamas Industrial Estate, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dan Nongsa Digital Park, Kota Batam. Sedangkan dalam proses lanjutan akan berada di IKN.

 

Kalau bicara mengenai kehadirannya tentu cukup baik karena jelas sangat efisien akan biaya yang dikeluarkan, mampu terintegrasi ke berbagai layanan, punya keamanan data dan tentu saja target pemerintah dalam hal transformasi digital dari 2.700 pusat data dari 630 institusi dan lembaga.

 

Meskipun kemarin ada sebanyak 278 lembaga yang datanya berhasil diretas atau sebanyak sepertiga dari keseluruhan data. Jelas membuktikan hampir separuh data negara diobok-obok sama peretas. Bahkan yang mengejutkan lagi karena sistem keamanannya yang sangat rapuh hanya menggunakan windows defender.

 

BTW... sebelum serangan terjadi, analisis forensik dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menunjukkan bahwa fitur keamanan Windows Defender dinonaktifkan pada 17 Juni, yang memungkinkan aktivitas berbahaya virus ransomware masuk saat itu.

 

Bayangkan saya teman-teman, biaya pembangunan buat PDN anggarannya hingga 700 miliar. Sedangkan sistem keamanan yang digunakan hanya Windows Defender yang bisa ditemukan pada laptop spek kentang. Makin tambah kocak saat password untuk mengakses server PD adalah "Admin#1234".

 

Bagaimana Negara Mengelola Data Nasional

Negara mengelola data nasional melalui sistem yang terintegrasi dan terpusat, dengan fokus pada penguatan kedaulatan data dan pemanfaatan teknologi informasi. Salah satunya dengan berdirinya PDN pada sejumlah lokasi agar tidak terjadi hal di luar prediksi saat ada aksi peretas.

 

Infrastruktur Keamanan yang digunakan menggunakan standar Tier-4. Sehingga  menjamin keandalan dan keamanan infrastruktur pusat data. Ini mencakup sistem kelistrikan yang stabil dan redundansi untuk memastikan operabilitas 24 jam tanpa terputus. Bahkan ada juga dengan sistem akses fisik yang berupa kontrol akses untuk mencegah akses tidak sah ke fasilitas dan sistem yang menyimpan data sensitif

 

Lalu siapa yang mengelola data tersebut?

Ada dua nama besar yang mengarah pada hal tersebut yaitu Kominfo dan BSSN. Pada Kominfo bertanggung jawab atas pengembangan dan implementasi kebijakan terkait pengelolaan data nasional. Mereka mengawasi pembangunan PDN dan memastikan bahwa infrastruktur yang dibangun memenuhi standar keamanan dan efisiensi.

 

Lalu BSSN berperan dalam menjaga keamanan data dan sistem informasi pemerintah. Mereka melakukan pengawasan terhadap potensi ancaman siber dan bertanggung jawab untuk investigasi insiden keamanan, seperti yang terjadi pada PDN pada Juni 2024.

 

Sedangkan peran profesional dan pihak swasta sangat minim, padahal para swasta sangat jago dalam hal ini. Pemerintah merasa peran swasta sangat kecil dan sering dianggap remeh. Ada banyak kabar burung yang dulu sejumlah para hacker andal ditolak pemerintah dan diremehkan kemampuannya. Mereka baru sadar saat petaka besar terjadi.

 

Peretas yang Membuat Negara Ketar-Ketir

Penyerangan yang terjadi pada PDN berlangsung pada pagi dini hari. Aksi ini memang sudah diketahui sejak tahun lalu, namun tidak ditangani dan kesannya cuek. Toh ini urusan berkaitan dengan data nasional yang cukup besar.

Jenis ransomware yang dikirimkan juga tergolong baru dan ditambah dengan sistem keamanan yang buruk. Itu sama dengan malapetaka, jenis ransomware yaitu Brain Cipher 3.0 yang sudah melumpuhkan sejumlah negara.

 

Ada sejumlah keunikan yang dimilik dari sistem ini, pertama sekali tentu saja ia tidak memberikan jumlah tebusan yang harus dibayarkan. Biasanya sebuah ransomware langsung tertera jumlah tebusan yang harus dibayarkan. Namun pada jenis ini tidak, mereka tidak memberikan nilai spesifik untuk tebusan yang diminta, yang bisa membuat korban merasa lebih bingung dan tertekan dalam situasi tersebut.

 

Tapi ada cara lain yang dilakukan, yaitu dengan mempermalukan. Hal yang cocok sih buat pemerintah dalam hal ini Kominfo dan BSSN. Caranya dengan menyebarkan di halaman Darkweb, sudah pasti banyak orang Indonesia yang nongol di sana.

 

Di sana akan banyak orang Indonesia yang mencari informasi di dunia gelap. Jelas dalam sekejap bisa langsung terblow-up hingga ke media besar. Bahkan sebelum proses infeksi virus berlangsung pada sistem tersebut.

 

Itulah yang membuat Brain Cipher cukup unggul, karena proses negoisasi berlangsung di jaringan Tor.  Hal ini juga meningkatkan kerahasiaan dan keamanan bagi pelaku, serta memberikan mereka lebih banyak kontrol dalam proses negosiasi.

 

Selain mengenkripsi data, Brain Cipher juga mencuri informasi sensitif dari korban. Mereka menggunakan data yang dicuri sebagai leverage tambahan untuk memaksa korban membayar tebusan. Dalam banyak kasus, mereka mengancam akan mempublikasikan data tersebut jika tebusan tidak dibayar, yang merupakan strategi pemerasan ganda.

 

Jelas negara lambat menindaknya karena data tidak bisa diakses dan proses enkripsi berlangsung sangat lama. Popularitas pemerintah dalam hal ini Kominfo jatuh, apalagi dengan sejumlah blunder yang dilakukan selama ini. Menunjukkan mereka tidak siap dan lalai dalam menangani persoalan peretas yang membuat gempar satu Indonesia.

 

Banyak pihak yang merasa kesulitan karena PDN mereka yang kelola berhasil dibobol tanpa back up. Uang yang digelontorkan bisa dibilang cukup besar, namun hanya menggunakan Windows Defender dan diperparah dengan password lemah mirip password komputer boomer di perkantoran.

 

Mengenal Brain Cipher, Jenis dari Ransomware 3.0

Ransomware Brain Cipher adalah jenis perangkat lunak jahat yang menyandera data dengan cara mengenkripsinya, sehingga korban tidak dapat mengakses file-file tersebut tanpa kunci deskripsi yang diberikan setelah membayar tebusan.

 

Tentunya ada banyak dampak yang dirasakan pada serangan ini, PDN dan PDBS punya Indonesia jadi korban keganasannya. Tentu saja ada jutaan orang yang bergantung pada sistem ini. Dampaknya sudah masuk ke tahap gangguan publik yang karena ada sebanyak  282 layanan digital pemerintah menjadi lumpuh.

 

Layanan yang terdampak termasuk imigrasi, pemeriksaan paspor, dan penerbitan izin acara. Gangguan ini mengakibatkan kesulitan bagi masyarakat dalam mengakses layanan penting yang biasanya tersedia secara online.

 

Tak berhenti di situ saja, ada juga pengaruh penyalahgunaan data dari ransomware tersebu karena ia dapat mengenkripsi.  Para peretas tentunya akan mengancam akan membocorkan data yang dicuri jika tebusan tidak dibayar, yang menambah risiko bagi individu dan organisasi terkait. Ini menciptakan ketidakpastian dan kekhawatiran mengenai privasi dan keamanan data publik.

 

Terakhir tentu saja ada data yang hilang pastinya ada tebusan yang besar pula. Sudah bukan hal asing bahwa data jadi sesuatu yang mahal di era digital kini. Sindikat ini meminta tebusan sebesar US$8 juta dalam bentuk cryptocurrency Monero untuk mendekripsi data dan tidak membocorkan informasi yang dicuri. Jumlah ini mencerminkan besarnya dampak finansial yang dapat ditimbulkan oleh serangan ransomware terhadap institusi pemerintah.

 

Proses Kerja Ransomware Brain Cipher

Nah.. Ransomware jenis ini sangat berbahaya, prosesnya tentu berbeda karena setiap versinya peretas akan belajar. Sebisa mungkin korban yang kena akan nantinya pasrah dan rela bernegoisasi harga atas tebusan. Jadinya peretas terus mengembangkan malware yang menyusahkan satu negara sekaligus.

 

Tahap awal dimulai dengan proses infiltrasi malware, Brain Cipher pertama-tama mengakses jaringan korban, biasanya melalui teknik seperti phishing atau eksploitasi kerentanan dalam perangkat lunak. Setelah berhasil masuk, ransomware ini menyebar secara lateral ke perangkat lain dalam jaringan, mencari untuk mendapatkan kredensial administrator domain Windows.

 

Setelah berhasil mendapatkan data curian, pelaku mencuri data sensitif dari sistem korban. Ini dilakukan untuk memberikan leverage dalam proses pemerasan, di mana mereka mengancam untuk membocorkan data tersebut jika tebusan tidak dibayar.

 

Itu juga termasuk hal yang dilakukan peretas tentu saja enkripsi file. Setelah data dicuri, Brain Cipher mengenkripsi file di sistem korban. Ransomware ini menggunakan algoritma enkripsi Salsa20 untuk mengenkripsi file dan RSA-1024 untuk mengenkripsi kunci Salsa20. Nama file yang terenkripsi juga diubah, dengan ekstensi baru ditambahkan, dan nama file itu sendiri juga dienkripsi.

 

Nah bila sudah berhasil, kini saatnya membuat nilai tebusan yang layak. Mereka akan menjelaskan apa yang terjadi dan memberikan instruksi untuk membayar tebusan. Dalam kasus serangan terhadap Pusat Data Nasional Indonesia, tebusan yang diminta adalah sebesar $8 juta dalam bentuk cryptocurrency Monero.

 

Terakhir tentu saja proses negosiasi sekaligus ancaman, pelaku biasanya menyediakan situs negosiasi di jaringan Tor, di mana korban dapat berkomunikasi dengan mereka. Jika tebusan tidak dibayar, pelaku mengancam untuk merilis data yang dicuri ke publik, yang merupakan bagian dari strategi pemerasan ganda yang umum digunakan oleh kelompok ransomware saat ini.

 

Apa bedanya Lockbit yag Menimpa BSI tahun lalu dengan Brain Cipher 3.0 yang Menyerang PDN?

 Perbedaan utama antara Brain Cipher 3.0 dan LockBit 3.0 terletak pada asal usul dan beberapa fitur operasionalnya. Ini dimulai dari asal usul dari Lockbit 3.0 yang berada pada naungan Lockbit. Tentunya LockBit dikenal karena kemampuannya untuk mengenkripsi dan mencuri data dari sistem korban, serta memiliki infrastruktur yang lebih matang dan terorganisir dalam melakukan serangan siber.

 

Sedangkan Brain Cipher 3.0 dikenal sebagai varian baru yang kemungkinan besar dikembangkan menggunakan builder LockBit 3.0 yang bocor. Analisis menunjukkan bahwa Brain Cipher memiliki kemiripan tinggi dengan LockBit 3.0, tetapi dengan beberapa modifikasi kecil pada struktur kode dan parameter yang digunakan.

 

Metode serangan juga berbeda, pada Brain Cipher tidak hanya mengenkripsi data, tetapi juga mencuri informasi sensitif dari korban sebelum melakukan enkripsi. Data yang dicuri digunakan sebagai leverage untuk memaksa korban membayar tebusan, yang merupakan strategi pemerasan ganda yang lebih agresif dibandingkan dengan banyak varian ransomware lainnya.

 

Terakhir tentu saja metode tebusan yang diberikan berbeda. Ada banyak ransomware yang mencantumkan jumlah tebusan dan alamat dompet dalam catatan tebusan, Brain Cipher tidak menyertakan informasi tersebut. Sebagai gantinya, mereka mengarahkan korban ke halaman komunikasi berbasis Tor untuk negosiasi, yang menunjukkan pendekatan yang lebih terarah dan mungkin lebih sulit untuk dilacak.

 

Intinya perbedaan antara Lockbit dan Brain Cipher 3.0 hampir sama. Tapi Brain Cipher menonjol karena merupakan varian baru yang memiliki kesamaan dengan LockBit 3.0, tetapi dengan pendekatan yang lebih agresif dalam pencurian data dan negosiasi tebusan. Ini menciptakan tantangan baru dalam dunia keamanan siber, terutama dalam hal perlindungan dan mitigasi terhadap serangan ransomware.

Pemerintah yang Gegabah dan Ketar-Ketir Merespons

Meskipun gaptek dan tertekan, jelas pemerintah mengambil langkah dalam pemulihan data. Bila tidak, ada banyak instansi yang shut down akibat peretasan tersebut. Meskipun sampai saat ini belum meminta maaf pada masyarakat. Sampai diomelin sama DPR karena sifat teledor yang dilakukan oleh Kominfo dan jajarannya.

 

Meskipun gaptek, mereka harus merespons sebagai jawaban atas ketidakbecusan. Itu dimulai dari proses konfirmasi kunci data secara deskripsi. Cara ini dilakukan untuk bisa memulihkan data yang hilang karena sudah terkontaminasi dengan malware.

 

Memang di saat panik semua pihak diajak, tentunya di sini ada Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).  Dalam hal ini BSSN juga terlibat dalam pemantauan dan penanganan insiden siber ini untuk memastikan bahwa langkah-langkah pemulihan dilakukan dengan efektif.

 

Proses pemulihan data tentunya memakan waktu yang sangat lama. Ini termasuk memperbaiki kerentanan yang ada, meningkatkan protokol keamanan, dan memastikan bahwa data cadangan tersedia untuk menghindari insiden serupa di masa depan.

 

Terakhir memberikan tahu korban, rasanya korban sudah lebih tahu duluan karena yang bocor di banyak instansi. Diperparah lagi dengan menyebarnya data tersebut di situs DarkWeb. Pihak Kominfo dan BSSN tidak bisa apa-apa dan bahkan tidak mengerti akan penyerangan ini.

 

Alhasil menjadi aib yang sekian banyak. Paling kini bagaimana meyakinkan publik yang sudah tidak dipercaya lagi. Hal paling masuk akal tentu saja bagaimana bernegosiasi dengan peretas. Toh kadang mereka juga iseng dalam mengujinya.

 

Ini terbukti dengan para peretas yang kasihan dan kemudian mengembalikan data kepada Kominfo tercinta. Memang membuktikan mereka tidak hanya sulit dalam back up data tetapi juga bagaimana membayar tebusan. Toh urusan data pribadi sudah bocor semua sejak dulu, bahkan ibarat pagar yang jebol, mudah dimasuki kambing.

 

Belajar dari Kesalahan, Merekrut Orang Terbaik di Bidang

Selama ini Kominfo dihuni para boomer, tentu saja kemampuan mereka terbatas dalam akses digital. Itu terlihat dari kualitas menteri hingga pejabat di daerahnya. Hampir semua sama, dengan ego besar dan program yang mereka lakukan benar.

 

Nyata dunia digital sudah berkembang pesat, butuh anak muda dan para swasta dalam berkolaborasi dalam menjadi sistem informasi di Indonesia. Kasus peretas mungkin ini bukan yang pertama karena akan terjadi lagi di masa depan. Tinggal bagaimana cara tanggapnya, karena anggaran yang digelontorkan sangat besar.

 

Ada banyak anak bangsa yang punya kapasitas di sana, sebaiknya diajak gabung dan kolaborasi. Sebab mereka lebih paham bahwa dunia maya yang begitu keras. Urusan kejahatan siber akan terus berlangsung hingga kapan pun, tinggal bagaimana cara memproteksikan diri saja.

 

Akhir kata, semoga Kominfo tobat dan sadar karena menghujatmu adalah bagian besar dari aktivitas bila data bocor. Semoga ya sabar, karena hujatan akan berhenti bila pekerjaan beres. Akhir kata, have a nice days.


Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kenalan Blogger

My photo
Blogger & Part Time Writer EDM Observer