Monday, November 4, 2024

Bank Sampah Desa: Abdul Halim dan Misi Bersihkan Bireuen

Urusan sampah sudah menjadi isu pelik sejak dulu di Kota Bireuen. Telah jadi kebiasaan mendarah daging buat masyarakat membuang sampah sembarangan tanpa melihat tempat. Menjadikan banyak tempat di Kota Bireuen jadi tak sedap dipandang.

 

Media pun mengamini hal tersebut dan isu sampah sudah jadi santapan sehari-hari pemberitaan media lokal. Mulai dari pemberitaan terkait sampah yang menumpuk di selokan hingga aksi buang sampah sembarangan di pinggiran jalan. Rasanya, tong sampah terbentang luas sepanjang wilayah Kota Bireuen.

 

Kondisi ini jelas membuat sejumlah masyarakat jengah dan harus ada orang yang menginspirasi dalam perubahan besar tersebut. Inisiasi dimulai dari hal kecil dan orang tergerak dalam aksi ini yaitu Abdul Halim, Pria desa asal Putoh, Kabupaten Bireuen. Rasa gundah inilah yang seakan mendorongnya menyelesaikan masalah di kota kelahirannya. Mencoba menata kembali kota kelahirannya setelah menuntut ilmu di kota seberang.



Kota Bireuen dan Isu Sampah yang Berlarut

Masalah sampah sudah coba ditekankan sejak awal Kota Bireuen berdiri, mereka sadar kebersihan adalah sebagian dari iman. Untuk itu hadirlah Qanun No. 15 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah. Ada banyak regulasi yang diatur khususnya dalam menyikapi masalah sampah. Tertuang panjang dalam Qanun yang tertulis sebanyak 22 halaman tersebut.

 

Nyata pengelolaan sampah ibarat jauh panggang dari api. Ada banyak kendala setelah lebih dari satu dasawarsa sejak awal disahkan. Masalah sampah masih terus terjadi terutama di pusat keramaian. Masalah yang belum dapat ditangani secara berkelanjutan dan bisa menjadi bom waktu. sehingga pilihan akhir adalah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir.

Masalah sampai saat sedikit yang peduli dan berharap sampah yang dihasilkan khususnya di perkotaan sepenuhnya adalah tugas para petugas kebersihan dan DLKH Kabupaten Bireuen. Harus ada yang berani turun tangan dalam mengelola sampah dan tentunya berani bersosialisasi akan wujud kepedulian dan kebersihan. Bahkan bisa mengelola sampah menjadi barang bernilai dari tangan-tangan kreatif masyarakat Bireuen.

 

Abdul Halim Mencoba Mencari Pemecahan Masalah dari Sampah

Permasalahan sampah seakan membuat seorang asal Bireuen tergerak hatinya. Itu didukung dengan kecintaannya pada isu lingkungan sejak duduk di bangku perkuliahan. Namanya adalah Abdul Halim dan merupakan mahasiswa jebolan Universitas Malikul Saleh.

 

Awal mulanya datang dari 2017 dengan ia bergabung dalam salah satu LSM yang bergerak ke arah lingkungan. Saat itu isu yang diangkat adalah proses penyelamatan di Sungai Peusangan, Bireuen Provinsi Aceh. Sebagai gambaran, DAS Peusangan sangatlah besar dan saat itu cukup tercemar akibat tingginya buangan limbahnya.

 

Ini berpengaruh pada rasa dan bau pada airnya, dan sungai jadi sumber kehidupan banyak masyarakat di sekitarnya. Berkat dedikasi tersebut, DAS Peusangan berhasil steril dan tidak ada lagi bau yang menyengat karena aktivitas limbah di sana.

Tak berhenti di sana, di akhir tahun 2019, lahirnya ide dalam memfasilitasi petugas untuk mengambil sampah rumah tangga dengan memanfaatkan motor roda tiga, bantuan KLHK. Rutin melakukan aksi dalam mengambil sampah ada di rumah-rumah warga. Petugas desa berhasil melayani 60 rumah tangga untuk pengambilan sampah setiap dua kali seminggu. Sampah seterusnya diangkut oleh petugas kebersihan Dinas LHK Bireuen.

 

Persoalan Sampah, Persoalan Kita Bersama

Dalam proses pengelolaan sampah, Bang Halim mengatakan bahwa pihak DLHK Kabupaten Bireuen menerapkan konsep 3R yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle terhadap sampah yang ada di rumah tangga. Cara ini cukup efektif terutama sekali dalam pengelolaan sampah. Hadirnya konsep 3R menjadi awal mula cara mengatasi persoalan sampah di Kabupaten Bireuen.

 

Hasilnya cukup terlihat terutama dari dampak lingkungan sekitar. Bila dulunya ada banyak sampah berserakan khususnya yang ada di tempat keramaian hingga selokan. Kini jumlah mulai teratur, dan lebih sedap dipandang mata.

 

Setelah itu juga, mulai timbul kesadaran dari masyarakat setempat. Masalah sampah bukan hanya urusan DLHK Kabupaten Bireuen saja. Semua pihak harus terlibat dalam pengelolaan sampah khususnya dimulai dari desa. Terutama terkait edukasi dan perilaku dalam urusan sampah sekitar.

 

Wujud Nyata dengan BUMDES pada Sampah

Bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Akhirnya ide itu terwujud, Bang Halim akhirnya bisa mengimplementasikan idenya. Menciptakan pengelolaan dan bank sampah terpadu dalam mengurangi sampah.

 

Akhirnya terpilihlah Desa Blang Asan, Kecamatan Peusangan. Bireuen. Alasan pertama karena lokasi Desa Blang Asan yang hanya berjarak 1 KM tentunya membuat proses pengumpulan sampah jadi lebih mudah dan dekat. Selain itu keterlibatan masyarakat tentu adalah hal penting. Bang Halim juga menceritakan bagaimana ada 60 kepala keluarga dari total 110 terlibat di dalam aksi tersebut.

 

Meskipun belum secara menyeluruh, namun secara perlahan pihak desa telah berkolaborasi dengan DLHK dalam proses pengumpulan sampah. Aksi kecil ini jelas berdampak apalagi ada banyak program lanjutan yang terus hadir.

 

Di tahun 2021 jadi bukti, saat berdirinya Bank Sampah. Selama ini Desa Blang Asan. Pada tanggal 18 Desember 2021 jadi bukti. Bank Sampah pertama yang ada di Kota Bireuen akhirnya berdiri, berlokasi di Lapangan Bola Blang Asan.

 

Awal pelaksanaan program tersebut, terdapat 30 Kepala Keluarga yang ikut berpartisipasi dan saat ini telah mencapai angka 65 KK. Konsep Pengelolaan Sampah Terintegrasi (PST) ini telah diluncurkan oleh Bupati Bireuen dan berhasil diimplementasikan di Desa Blang Asan.

 

Kepedulian masyarakat pada sampah di Desa Blang Asan juga tergolong besar. Lebih dari separuh dari total Kepala Keluarga terlibat dalam aksi ini. Menunjukkan kesadaran dan kepedulian masyarakat cukup tinggi terutama urusan sampah.

 

Bang Halim juga lebih mudah menjelaskan hal tersebut. Apalagi selama ini banyak konotasi negatif terkait pengelolaan sampah. Masyarakat masih menganggap sampah khususnya anorganik dan botol sangat sulit dijadikan bahan baku. Sehingga berakhir di penampungan sampah. Kapasitas TPA yang terbatas makin membuat masalah sampai jadi isu tahunan di Kota Bireuen.

 

Tentunya Bang Halim mengaku bangga, sebab ide beliau berhasil diterapkan di desa tersebut. Selama ini ada begitu banyak sampah dan berujung ke TPA. Namun kini dengan lahirnya PST di Blang Asan, mampu mengurangi jumlah buangan sampah di TPA. Malahan sampah yang dibuang ke TPA adalah sampah yang tidak bisa diolah dan digunakan kembali.

 

Untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA, maka perlu dilakukan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, untuk tahap awal, pemilahan dapat dilakukan dengan kategori sampah organik, anorganik dan botol. Tentunya pengelolaan sampah tingkat desa harus mendapat dukungan semua pihak, sehingga sampah dapat dikelola oleh masyarakat desa.

 

Konsep Bank Sampah ala Abdul Halim

Konsep Bank Sampah Desa yang diterapkan Bang Halim dikhususkan pada dua aspek yaitu pengelolaan dan pengolahan sampah. Awal mulanya digunakan jasa berupa layanan angkut sampah keliling desa yang dilaksanakan sebanyak dua kali dalam sepekan.

 

Petugas yang menjalankan tugas tersebut siap mengambil sampah dengan menggunakan becak. Kendaraan operasional yang digunakan berasal dari hibah DLHK Kabupaten Bireuen. Nah.. dengan begitu sistem pengumpulan sampah yang terstruktur dan terjadwal di desa.

Warga desa dari Blang Asan diharapkan untuk memisahkan sampah menjadi kategori yang sesuai, seperti plastik, kertas, logam, atau bahan organik. Sampah-sampah tersebut kemudian dikumpulkan oleh petugas bank sampah dengan menggunakan kendaraan atau tempat pengumpulan yang telah ditentukan.

 

Setibanya sampah-sampah tersebut di lokasi Bank Sampah Asri yang berlokasi di desa tersebut. Setelahnya kemudian dilakukan proses pemilahan. Sampah yang telah dipilah akan diolah atau dijual ke pihak ketiga yang bisa mendaur ulang sampah menjadi barang jadi bernilai.

 

Bang Halim juga mengatakan bahwa di Desa Blang Asan juga dibentuk kader lingkungan hidup dalam proses pendataan sampah warga setempat. Tak hanya itu saja, Pendapatan ini bisa digunakan untuk membiayai operasional bank sampah, memberikan insentif atau imbalan kepada masyarakat yang aktif dalam pengelolaan sampah. Wujudnya dalam bentuk Buku Tabungan Bank Sampah.

Tentunya, dalam proses terbentuk Bank Sampah, ada banyak pihak yang terlibat langsung. Mulai dari yang berminat berkolaborasi seperti DLHK Kabupaten Bireuen, perangkat Desa hingga pihak Bank Aceh yang menjadi mitra dalam pengadaan tong sampah sesuai jenis sampah.

 

Ekspansi dan Kendala Terbesar Bank Sampah

Implementasi Bank Sampah tentunya coba dikembangkan kembali. Hingga akhirnya Bang Halim kembali melibatkan desa lainnya yang ada di Kabupaten Bireuen.  Berlokasi di Dusun Geudong Teungoh, Desa Pulo Ara. Kabupaten Bireuen. pemilihan sampah rumahan. Para ibu-ibu yang dilibatkan dalam hal ini khususnya para ibu PKK.

 

Program bank sampah ini adalah langkah konkret yang diambil oleh ibu-ibu PKK dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Serta tentunya dalam meningkatkan keterampilan dan ekonomi para ibu-ibu dalam berkreasi dari sampah.

 

Bang Halim juga mengatakan, mengapa peran-peran ibu sangat penting dalam pengelolaan sampah. Alasan utama karena para ibu paling banyak dalam menghasilkan sampah khususnya dari aktivitas rumah tangga. Tentunya dengan mengajak kaum ibu peduli pada sampah artinya bisa mengurangi sampah terbuang dan bisa diolah jadi barang jadi.

 

Pada kegiatan awalnya, sempat ada kendala terutama setelah peluncuran di tahun 2021, Bank Sampah yang ada di Blang Asan sangat banyak peminatnya. Hanya saja menjelang akhir 2022, harga dari satuan sampah mengalami penurunan signifikan. Tentunya ada sejumlah cara yang dilakukan adalah pemilihan sampah dan mengubah sampah buangan menjadi barang berhasil yang punya nilai jual tinggi.

 

Cara lainnya adalah dengan penjualan sampah pada pengepul, petugas bank sampah bisa mengalokasi dana dari penjualan Untuk operasional bank sampah secara mandiri, baik sebagai membayar honor petugas bank sampah, melakukan pengadaan dan perawatan aset bank sampah lainnya.

 

Buah Hasil Mengabdi pada Desa

Setelah hampir tiga tahun setelah awal bergerak dari desa-desa. Bang Abdul Halim merasa bahwa dedikasinya masih sangat kecil. Beliau pun masih sungkan membagikan kegiatannya di sosial media karena murni dedikasi dan hasil yang beliau berikan masih belum optimal.

 

Namun begitu, ada banyak perubahan yang sudah terjadi selama tiga tahun terakhir khususnya program sampah yang terjadi di sejumlah wilayah di Bireuen. Bekerja dengan semua pihak khususnya dimulai dari desa. Sebab bagi beliau, desa ibarat akar rumput pertama dalam memutus persoalan sampah.

 

Bang Halim berpendapat bahwa, pemerintah pusat dan daerah harus membuka ruang sebesar-besarnya kepada desa, agar dapat mengelola sampah secara mandiri, mulai dari proses pemilahan dari rumah, pengangkutan, dan pengolahan di TPS. Terkait sisa sampah yang tidak dapat diolah dan didaur ulang di TPS, maka pemerintah daerah harus memfasilitasi pengangkutannya menuju TPA.

 

Tak hanya itu saja, ini membuka peluang kerja bagi masyarakat desa dan sumber pendapatan asli desa. Melalui sampah, ada begitu banyak dana yang masuk dari pengelolaan sampah saja. Jelas regulasi ini membuat desa punya peran dalam mengelola sampah secara mandiri.

Bang Halim juga bercerita bagaimana sejumlah target sudah berhasil dijalankan secara optimal. Awal dicanangkan ada empat program besar yang ia jalankan dan sudah sebanyak dua sudah berhasil direalisasikan. Program yang sudah berhasil dijalankan pertama adalah jasa pengangkutan sampah desa, menggunakan becak yang beroperasi mengelilingi desa dan mengumpulkan sampah warga.

 

Selanjutnya yang kedua adalah Bank Sampah. Kini sudah ada dua tempat yang sudah berhasil direalisasikan yaitu di Desa Blang Asan dan Pulo Ara. Di lokasi tersebut juga dilakukan sejumlah program berupa pengelolaan produk baru misalnya saja kursi, tas, bros hingga bahan Ecobrick.

 

Sedangkan kedua program lainnya yang masih belum bisa di antaranya adalah pengolahan  minyak jelantah dan pembuatan bahan pupuk organik. Metode ini sedang dicoba di desa lainnya agar bisa lahir pengelolaan sampah terpadu yang tak berfokus pada satu titik.

 

Bang Halim juga mengatakan, bila program pengelolaan sampah organik berhasil dijalankan. Tentunya ada budidaya lainnya yang bisa dilakukan. Menurutnya, budidaya yang bisa dilakukan dalam proses pupuk organik adalah budidaya maggot.Ini mampu dijual sebagai nutrisi pakan ayam, ikan, dan juga peliharaan rumah lainnya seperti burung, iguana, hingga tokek.

 

Mencoba Kembali dan Mengajukan Diri pada Astra

Kegagalan di tahun 2019 akhirnya coba dibalaskan, di tahun 2021 Bang Halim akhirnya kembali memberanikan diri untuk mendaftarkan diri ke Astra Satu Indonesia Award. Tentunya kini pihak Astra melihat dedikasi beliau yang telah lakukan selama ini.

Akhirnya berbuah manis dengan ganjaran Apresiasi Astra Tingkat Provinsi Aceh tahun 2021. Tentunya ini baru permulaan dan beliau bertekat lebih baik lagi dalam hal pengelolaan sampah. Masih ada banyak PR yang belum diselesaikan dan kendala sampah masih menjadi isu pelik di Kota Juang.

 

Melakukan gebrakan di bidang lingkungan dan kepedulian alam yang awal mulanya diragukan berhasil dan berkembang mengingat Bireuen sejak dulu akrab dengan kebiasaan buang sampah sembarang. Nyatanya sejumlah program sudah berhasil dijalankan dan bahkan mendapatkan apresiasi dari Bupati setempat.

 

Satu kalimat yang beliau ucapkan adalah : Saya berharap, Pengelolaan sampah berbasis desa yang telah dilaksanakan di Blang Asan dapat diwujudkan ke desa lain di Kabupaten Bireuen, agar upaya pengurangan timbunan sampah  di TPA dapat dicapai.

 

Saya juga berharap Kepada para pihak, terutama pemerintah agar dapat mendukung Pengelolaan sampah berbasis desa untuk mendorong lahirnya peluang kerja dan pendapatan ekonomi keluarga pada kegiatan pemilahan sampah dari rumah pungkasnya Bang Halim.

 

Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua. Tinggal bagaimana nantinya semesta akan membalas semua lelah kita menjadi secercah harapan besar.

 

#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kenalan Blogger

My photo
Blogger & Part Time Writer EDM Observer